Jemaat Jemaat Allah Al Maséhi

 

[170]

 

Peran Perintah Allah Ke Empat dalam

Gereja-gereja Tuhan Yang Memelihara

Tradisi Hari Sabat yang Bersejarah [170]

 

(Edisi 2.0 19960622-20000122-20090128)

 

Adalah layak untuk diasumsikan oleh gereja-gereja yang memelihara tradisi hari Sabat pada dua abad terakhir bahwa tema utama dan ciri pengenal dari Kekristenan adalah hari Sabat dan bahwa gereja-gereja di sepanjang sejarah mengalami aniaya karena ketaatan mereka pada tradisi Sabat. Pendapat ini pada sisi terbaiknya hanyalah separuh benar dan pada sisi terburuknya berarti menyembunyikan aspek-aspek mendasar yang sejati dari iman yang menyebabkan Gereja Tuhan mengalami aniaya dan aspek-aspek lainnya yang membentuk ciri-ciri dari umat pilihan. Karya tulis ini menunjukkan bahwa pada kenyataannya terdapat serangkaian tanda-tanda yang menjadi ciri dari umat pilihan dan yang digunakan untuk mengucilkan mereka dan untuk memisahkan mereka dari masyarakat di sepanjang masa penganiayaan yang umum disebut masa “Inquisitions” (semacam dewan yang dibentuk oleh gereja Roma pada abad 15 dan 16).

 

 

 

Christian Churches of God

PO Box 369,  WODEN  ACT 2606,  AUSTRALIA

 

E-mail: secretary@ccg.org

 

 

 

(Hak Cipta ã 1996, 1998, 2000, 2009 Wade Cox)

 

Karya ini dapat diperbanyak dan didistribusikan secara bebas dengan syarat bahwa disalin secara utuh tanpa perubahan ataupun penghapusan kata. Nama dan alamat penerbit serta pernyataan Hak Cipta harus disertakan. Tidak ada biaya yang dikenakan pada penerima salinan yang didistribusikan. Kutipan sigkat dapat dimasukkan ke dalam artikel kritik ataupun resensi tanpa melanggar ketentuan hak cipta.

 

Karya tulis ini tersedia di situs World Wide Web:
http://www.logon.org and http://www.ccg.org

 


Peran Perintah Allah Ke Empat dalam Gereja-gereja Tuhan Yang Memelihara Tradisi Hari Sabat yang Bersejarah [170]

 


Pendahuluan

Dalam karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja yang Memelihara Tradisi Hari Sabat [122] telah ditunjukkan bahwa terdapat sebuah keterkaitan yang berkesinam-bungan dari gereja-gereja yang memelihara tra-disi Sabat di sepanjang sejarah yang terus ditentang, dan dianiaya oleh, gereja-gereja dari aliran utama. Adalah layak untuk diasumsikan oleh gereja-gereja yang memelihara tradisi Sabat pada dua abad terakhir bahwa tema utama dan ciri pengenal dari sistem ini adalah Sabat dan bahwa gereja-gereja tersebut dianiaya karena ketaatan mereka pada tradisi Sabat. Pendapat ini pada sisi terbaiknya hanyalah separuh benar dan pada sisi terburuknya berarti menyembunyikan aspek-aspek mendasar yang sejati dari iman yang menyebabkan Gereja Tuhan mengalami aniaya dan aspek-aspek lainnya yang membentuk ciri-ciri dari umat pilihan. Karya tulis ini menunjukkan bahwa pada kenyataannya terdapat serangkaian tanda-tanda yang menjadi ciri dari umat pilihan dan yang digunakan untuk mengucilkan mereka dan untuk memisahkan mereka dari masyarakat di sepanjang masa penganiayaan yang umum disebut masa “Inquisitions” (semacam dewan yang dibentuk oleh gereja Roma pada abad 15 dan 16). Sistem ortodoks utama menggunakan banyak dari ciri-ciri pengenal dari iman untuk mengumpulkan informasi dan bukti terhadap umat pilihan dengan tujuan untuk menghancurkan mereka.

 

Gereja-gereja Tuhan di abad ke duapuluh membuat sebuah kesalahan mendasar dengan mengasumsikan bahwa apa yang mereka pahami adalah lebih baik atau lebih lengkap dari yang dipahami oleh gereja-gereja pada era sebelumnya. Hal ini, pada kenyataannya, terbukti sebagai unsur perusak dalam gereja-gereja masa kini dan timbul dari ketidak-pedulian mereka terhadap doktrin-doktrin gereja-gereja terdahulu dan penerapan dari doktrin iman mereka.

 

Adalah kebenaran faktual bahwa jaman-jaman selanjutnya mempertunjukkan keseluruhan karakteristik dari sistem baik Sardis maupun Laodikia (Wahyu 3:1-6,14-22). Dari ketidak-pedulian ini akan muncul sistem sejati Filadelfia (Wahyu 3:7-13) yang mempunyai sedikit kekuatan namun setia terhadap perintah Allah dan kesaksian Yesus Kristus (Wahyu 12:17; 14:12).

 

Apa sebenarnya yang dinyatakan Alkitab sebagai ciri-ciri umat pilihan dan peran apakah yang dimainkan Sabat dalam proses identifikasi itu?

 

Sabat sebagai salah satu ciri Gereja

Sabat adalah perintah Allah ke empat. Sabat diselidiki secara panjang-lebar dalam karya tulis Hukum dan Perintah Allah Ke Empat [256]; lihat juga Sabat [031]. Hal ini terdapat dalam Keluaran 20:8,10,11; dan Ulangan 5:12.

 

Sabat dicatatkan sebagai ciri dari umat Tuhan. Sabat merupakan tanda antara kita dan Allah yang menguduskan kita.

Keluaran 31:12-14 Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: 13 “Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari SabatKu harus kamu pelhara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, yang menguduskan kamu. 14 Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat titu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya.

 

Seringkali salah diasumsikan bahwa hari Sabat yang disebut di sini yang dalam bahasa Inggrisnya dituliskan Sabbaths merupakan bentuk jamak dari hari Sabat mingguan yang dituliskan dalam bentuk tunggal. Hal ini tidaklah benar. Sabat dalam bentuk jamak ini pengertiannya meluas ke seluruh bentuk kebaktian pada Hari-hari Kudus yang termasuk sebagai hari Sabat. Kata pastilah dihukum mati, mempunyai arti rohani.

 

Sabat bukanlah eksklusif tanda dari Gereja. Sabat juga merupakan tanda umat perjanjian yang belum lagi dipanggil ke Gereja. Apabila Sabat merupakan tanda umat pilihan, maka Yudaisme akan menjadi bagian dari kebangkitan yang pertama, dan tidaklah demikian adanya.

 

Ciri/tanda lain dari umat pilihan

Ciri yang ke dua adalah Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi.

Keluaran 13:9-16 Hal itu bagimu harus menjadi tanda pada tanganmu dan menjadi peringatan di dahimu, supaya hukum TUHAN ada di bibirmu; sebab dengan tangan yang kuat TUHAN telah membawa engkau keluar dari Mesir. 10 Haruslah kaupegang ketetapan ini pada waktunya yang sudah ditentukan, dari tahun ke tahun. 11 Apabila engkau telah dibawa TUHAN ke negeri orang Kanaan, seperti yang telah dijanjikanNya kepada nenek moyangmu, dan negeri itu telah diberikanNya kepadamu, 12 maka haruslah kaupersembahkan bagi TUHAN segala yang lahir terdahulu dari kandungan; juga setiap kali ada hewan yang kaupunyai beranak pertama kali, anak jantan yang sulung adalah bagi TUHAN. 13 Tetapi setiap anak keledai yang lahir terdahulu kautebuslah dengan seekor domba; atau, jika engkau tidak menebusnya, engkau harus mematahkan batang lehernya. Tetapi mengenai manusia, setiap anak sulung di antara anak-anakmu lelaki, haruslah kautebus. 14 Dan apabila anakmu akan bertanya kepadamu di kemudian hari: Apakah artinya itu? maka haruslah engkau berkata kepadanya: Dengan kekuatan tanganNya TUHAN telah membawa kita keluar dari Mesir, dari rumah perbudakan. 15 Sebab ketika Firaun dengan tegar menolak untuk membiarkan kita pergi, maka TUHAN membunuh semua anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung manusia sampai anak sulung hewan. Itulah sebabnya maka aku biasa mempersembahkan kepada TUHAN segala binatang jantan yang lahir terdahulu dari kandungan, sedang semua anak sulung di antara anak-anakku lelaki kutebus. 16 Hal itu harus menjadi tanda pada tanganmu dan menjadi lambang di dahimu, sebab dengan kekuatan tanganNya TUHAN membawa kita keluar dari Mesir.”

Paskah dan Roti Tidak Beragi merupakan ciri ke dua dari umat perjanjian. Perluasan dari perintah Allah yang ke empat ini (sebagaimana kita lihat di atas) adalah untuk menandai hukum Tuhan dalam tindakan kita (tangan) dan dalam pikiran kita (dahi, di antara mata). Keduanya adalah tanda dari hukum Tuhan (Ulangan 6:8) dan dari penebusanNya atas Israel (Ulangan 6:10). Dari Perjanjian Baru, status ini diperluas ke manusia lain selain orang Israel yang ada dalam Kristus (Roma 9:6; 11:25-26). Pengertian dari Paskah di Gereja-gereja Tuhan di abad ke duapuluh telah mengalami kekeliruan yang serius. Telah diasumsikan dengan salah bahwa orang Yahudi melakukan kesalahan dalam penetapan Paskah dan bahwa sebenarnya Paskah jatuh pada malam dari tanggal empatbelas bulan Nisan dan bahwa Malam yang Harus Diingat jatuh pada tanggal limabelas dan bahwa malam itu telah dengan keliru diistilahkan sebagai Paskah oleh orang Yahudi. Hal ini telah diselidiki secara rinci dan keseluruhan struktur dari premis yang salah yang menjadi dasar anggapan tersebut diuraikan dalam Lampiran dari karya tulis Paskah [098].

 

Tanda-tanda dari hukum ini, Sabat, dan Paskah telah dirancang secara spesifik untuk menghin-darkan penyembahan berhala (Ulangan 11:6). Kedua tanda ini merupakan meterai di tangan dan dahi dari umat Allah. Bersama dengan Roh Kudus, kedua tanda ini merupakan dasar dari pemeteraian dalam Wahyu 7:3 di jaman akhir. Dengan demikian tanda dari umat pilihan berpusat pada perintah Allah yang pertama. Kristus mengatakan Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti (atau layani) (Mat. 4:10; Luk. 4:8). Pelayanan adalah penyembahan/kebaktian dalam terminologi Alkitab.

 

Pendamaian (atonement) adalah tanda lain dari umat perjanjian. Kelalaian melakukan Pendamaian akan mendatangkan hukuman berupa dilenyapkan dari bangsa; dengan kata lain, dari tubuh perjanjian Israel yang adalah gereja (Imamat 23:29).

 

Tanda utama dan pertama dari umat perjanjian adalah sunat (Kejadian 17:14). Tanda ini dihapuskan dan digantikan dengan baptisan (lihat karya tulis Pertobatan dan Baptisan [052]).

 

Karena itulah, Baptisan Roh Kudus, merupakan tanda utama dari orang percaya melalui darah Yesus Kristus menjadi satu tubuh (Mat. 28:19; KPR 1:5; 11:16; Roma 6:3; 1Kor. 12:13; Ibrani 9:11-28).

 

Pendirian umum Gereja dari segi doktrin

Doktrin umum dari umat pilihan dapat dilihat dari saat-saat paling awal. Pengetahuan terdekat tentang rasul Yohanes yang kita miliki adalah dari muridnya Polycarp dan Irenaeus. Pandangan yang paling awal adalah bahwa Alkitab dan gereja Perjanjian Baru mempunyai pandangan yang tak ada duanya mengenai Allah Bapa yang telah dipegang secara konsisten sejak duaribu tahun.

 

Pemusatan iman mereka adalah pada doktrin mereka tentang Allah. Hari Sabat, hari raya Bulan Baru dan Hari Raya lainnya merupakan aspek yang lain dari yang lain dalam penyembahan pada Allah. Ini juga disertai dengan kepatuhan pada hukum tentang makanan dalam dasar yang agar luas atau umum (lihat juga karya tulis Hukum tentang Makanan [015]). Dengan demikian Sabat dan semua yang bersumber darinya merupakan sebuah tanda penyembahan terhadap Tuhan yang satu dan yang sejati (Yoh. 17:3). Tuhan ini, Eloah, bukan lain adalah Tuhan yang disembah oleh Yudea dan dikemukakan dalam Perjanjian Lama. Bagi gereja-gereja mula-mula, Alkitab adalah Perjanjian Lama yang diinterpretasikan dan dijelaskan oleh Perjanjian Baru (lihatt karya tulis Alkitab [164]). Doktrin-doktrin gereja yang mula-mula mengenai Tuhan telah dibahas dalam karya tulis Teologi Mula-mula mengenai Allah Bapa [127] dan juga Mengenai Imortalitas [165], Keillahian Kristus [147], Perintah Allah yang Pertama: Dosa Iblis [153] dan juga Konsubstansial dengan Allah Bapa [081].

 

Landasan Alkitabiah untuk doktrin umum

Landasan Alkitabiah untuk doktrin umum dipusatkan pada Perintah Allah yang pertama dan ke empat (lihat karya tulis Perintah Besar Pertama [252]. Dengan cara ini kita melihat bahwa perintah yang ke empat hanyalah faset ke empat dari sebuah struktur yang lebih luas. Hari Sabat dan Hari-hari Raya pada gilirannya merupakan sub-struktur dari perintah ke empat dan berinter-relasi dengan perintah-perintah yang lainnya. Hal ini diuraikan dalam Pernyataan Iman Kristen [A1].

 

Gereja berkomitmen untuk memelihara Kesepuluh Perintah Allah sebagaimana yang dituliskan dalam Keluaran 20:1-17 dan Ulangan 5:6-21.

Perintah yang pertama adalah:

Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu.

Allah Bapa adalah satu-satunya Allah yang sejati (Jn. 17:3) dan tak ada elohim lain yang ada sebelum ataupun setara dengan Dia. Adalah tidak diperbolehkan untuk menyembah atau berdoa pada entitas lain, termasuk pada Yesus Kristus.

Perintah yang ke dua adalah:

Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ke tiga dan ke empat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menjunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu.

Dengan demikian tidaklah diperbolehkan untuk membuat patung atau suatu bentuk yang menyerupai dari deskripsi apapun untuk digunakan dalam penyembahan atau simbolisme keagamaan. Salib sendiri karenanya tidaklah dibenarkan untuk digunakan sebagai simbol gereja. Perintah-perintah Allah itu sendiri membentuk bagian dari identifikasi atas sistem keagamaan dan merupakan batasan atas kesemua bagian yang lainnya.

 

 

Perintah yang ke tiga adalah:

Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan.

Nama Allah merupakan suatu otoritas dan dengan demikian hukum ini berlaku tidak hanya sebagai suatu peringatan belaka namun juga mencakup hal penyalah-gunaan dari otoritas Gereja dan semua pihak yang bersikap seolah-olah mengikuti petunjuk Tuhan melalui Yesus Kristus.

Perintah yang ke empat adalah:

Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ke tujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ke tujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

Dengan demikian, Sabat hari ke tujuh merupakan sesuatu yang wajib dalam hal keimanan. Tak seorang Kristenpun yang dapat melayani Allah sambil mengabaikan hari Sabat, yang dalam sistem penanggalan masa kini dikenal sebagai hari Sabtu. Penetapan hari penyembahan yang lain kecuali hari ke tujuh tidak hanya menyimpang dari perintah ini namun tindakan itu sendiri merupakan pelambang pemberhalaan yang tidak disebutkan dalam pernyataan terbuka dari Allah. Ini merupakan suatu tindakan pemberontakan dan dengan demikian tidak ada bedanya dengan ilmu sihir (1 Samuel 15:23). Apabila dikaitkan dengan perintah yang ke dua, yang memberikan batasan kepada perintah ke empat, hal ini menjadi sebuah tindakan penyembahan berhala. Penetapan sebuah penanggalan, yang menyesuaikan minggu-minggu dalam sebuah sistem perputaran, juga mempunyai akibat yang serupa.

 

Ke empat perintah yang pertama ini menentukan hubungan antara manusia dengan Tuhan dan diidentifikasikan sebagai kepala pertama atau utama dari hukum Allah, yaitu

 

kasihilah Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal-budim (dan dengan segenap kekuatanmu; Markus 12:30). Inilah perintah utama dan perintah terbesar (Matius 22:37-38).

 

Identifikasi absolut terhadap Allah mengemuka dari ketaatan penuh iman terhadap perintah-perintah ini dan penghindaran setiap tindakan, yang akan menyimpang darinya.

 

Perintah yang ke empat karenanya merupakan satu dari empat serangkai, yang merupakan bagian integral dari perintah besar yang utama. Dengan demikian, dari mulut Yesus Kristus, Allah Bapa merupakan pusat, dan merupakan pokok utama dan pamungkas, dari keimanan (Matius 22:37-38; Markus 12:30; Wahyu 1:8). Pengetahuan mengenai Satu Allah yang Sejati dan puteranya Yesus Kristus, yang diutusNya, merupakan pusat dari perolehan hidup kekal (Yohanes 17:3; 1Yohanes 5:20). Perintah ke empat dengan demikian bukanlah suatu akhir dalam perintah itu sendiri, namun hanya merupakan indikator utama dari orang pilihan dan fakta dari kepatuhan mereka pada Allah.

 

Perintah Allah ke empat, lebih luas lagi mencakup keseluruhan sistem penyembahan dalam Alkitab yaitu Bulan Baru, Perayaan dan Hari-hari Kudus dan juga mengenai perpuluhan (lihat karya tulis Perpuluhan [161]) yang berkaitan dengan sistem hasil pertama dan Panenan Yang Dijanjikan (lihat juga karya tulis Perjanjian Allah [152]).

 

Kita telah melihat dampak dari perayaan Bulan Baru dalam penanggalan Allah (lihat karya tulis Penanggalan Allah [156]). Perayaan Bulan Baru dan Hari-hari Raya menyatu menjadi struktur dari pemerintahan Allah. Kaum Sanhedrin, dengan cara yang sama seperti Bait Allah dan keimamannya, merupakan sebuah refleksi dari sistem surgawi (Ibrani 8:5). Akan tetapi, pada kita ada sebuah altar dari mana mereka yang melayani kemah (atau struktur jasmaniah) tidak berhak untuk memperoleh makanan (Ibrani 13:10). Karena itu, kita tidaklah memiliki sebuah kota jasmaniah yang kekal tetapi harus berusaha mencari kota yang lain lagi, yang masih akan datang. Dengan cara yang sama dengan cara bagaimana kurban-kurban bakaran dipersembahkan di luar kota, demikian pula Yesus Kristus dikurbankan di luar kota dan dengan demikian kita maju ke luar dari perkemahan untuk melakukan pelanggaran yang sama seperti pelanggaran yang harus menjadi tanggungan Yesus Kristus (Ibrani 13:12-13).

 

Maka berangkat dari gambaran itu, kita kemudian melihat pada contoh yang berupa saudara-saudara kita di masa lalu untuk melihat apa yang telah mereka alami dan apa yang menyebabkan mereka harus menjalani hukuman. Doktrin-doktrin gereja yang mula-mula akan nampak cukup konsisten apabila kita dapat memisahkan antara fakta dengan propaganda dari sistem aliran-aliran utama.

 

Penerapan elemen-elemen khusus ini dalam doktrin Gereja-gereja

Gereja yang mula-mula secara eksklusif adalah gereja yang Unitarian. Kaum Gnostik dan Modalis tidaklah dapat dianggap sebagai bagian dari gereja mula-mula. Tak terdapat sebuahpun bukti bahwa Yesus Kristus ataupun para rasul atau murid-murid dari para rasul mempunyai ciri sebagai Binitarian atau Trinitarian. Bahkan, terdapat sebuah bukti yang jelas bahwa doktrin Trinitas merupakan pengembangan dari suatu turunan Binitarianisme dari apa yang disebut sebagai umat Kristen abad ke empat. Pendirian Trinitarian, dan juga pendahulunya yang tidak begitu jelas, Binitarianisme, tidaklah pernah dipegang oleh gereja-gereja yang mematuhi hari Sabat hingga pada masa tersebut atau bahkan hingga terjadinya Reformasi sekitar sebelas abad kemudian. Pada kenyataannya, Binitarianisme berasal dari aliran Modalis yang merupakan doktrin dari para penyembah dewa Attis di Roma (lihat karya tulis Asal Muasal Natal dan Paskah [235]).

 

Bukti-bukti Sejarah dan Penganiayaan Gereja

 

Gereja-gereja Awal

Kita tahu dari tulisan Irenaeus (dan dari pendahulunya Polycarpus) bahwa ia dan Gereja pada intinya adalah Unitarian dan bahwa mereka percaya bahwa Yesus Kristus itu diangkat sebagai elohim dan bahwa umat pilihan pada gilirannya juga akan menjadi elohim sebagaimana Yesus Kristus dengan Allah Bapa. Mereka percaya bahwa hanya Allah Bapa yang mempunyai kekekalan dan bahwa Allah Bapa tidak mempunyai sesuatupun yang kekal setara denganNya. Ini bersumber dari Zakharia 12:8 dan ditemukan di dalam Against Heresies (Menentang Takhyul).

 

Irenaeus menyatakan mengenai Allah (Against Heresies, III, viii, 3):

Oleh Firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulutNya segala tentaranya. [Mazmur 33:6].

For He commanded, and they were created; He spake and they were made. Whom therefore did He command? The Word, no doubt, by whom, He says, the heavens were established and all their power by the breath of His mouth [Ps. 33:6].

Irenaeus berkeyakinan bahwa:

telah dengan jelas terbukti bahwa baik para nabi maupun para rasul tidak pernah menyebut, atau memanggil Allah yang lain sebagai Tuhan, kecuali Allah yang sejati dan yang tunggal . . . Tetapi segala sesuatu yang dijadikan adalah amat berbeda dengan Dia yang menjadikannya, dan apa yang telah diciptakan dengan Dia yang menciptakannya. Karena hanya Ia sendirilah yang tidak diciptakan, yang tidak berawal dan tidak berkesudahan, dan tidak kurang sesuatupun. Ia sendiri adalah cukup bagi diriNya sendiri; dan lebih jauh lagi, Ia memberikan kepada semua yang lain hal yang satu ini, keberadaan; segala sesuatu yang telah dijadikanNya (dalam karya tersebut di atas).

Irenaeus memperluas kapasitas untuk menjadi Allah (theos atau elohim) sampai pada Logos disini, sebagai sesuatu yang berbeda dari segala yang lain yang diciptakan (dalam karya tersebut di atas). Ia telah lebih dulu menciptakan posisi dari Allah dan Allah Putera dan mereka yang diadopsi sebagai theoi atau elohim dan semua putera-putera Allah dari Buku III, Pasal vi.

Karena itu demikian pula Tuhan, atau Roh Kudus, atau para rasul, pernah dinamakan sebagai Allah, secara pasti dan absolut, ia yang bukan Allah, kecuali jika ia benar-benar Allah; tidak pula mereka akan menamakan siapapun dalam dirinya sendiri Tuhan, kecuali Allah Bapa yang memerintah atas segalanya, dan PuteraNya yang menerima kuasa dari BapaNya, atas semua ciptaan, sebagaimana yang ada dalam perikop ini: Demikianlah firman Allah kepada Tuhanku: “Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhMu menjadi tumpuan kakiMu.” (Mazmur 110:1). Disini [Alkitab] menyatakan mengenai Allah Bapa yang berbicara kepada PuteraNya; Ia yang memberikan kepadaNya warisan dari orang-orang yang tidak percaya, dan menyerahkan padaNya semua musuh-musuhNya . . .

Irenaeus lebih lanjut menyatakan bahwa Roh Kudus menyebut Allah Bapa dan PuteraNya disini sebagai Tuhan. Ia menyatakan bahwa sebenarnya itu adalahYesus Kristus yang berbicara kepada Abraham sebelum penghancuran kaum Zindik dan telah menerima kuasa [dari Allah] untuk menghakimi orang Zindik atas kejahatan mereka. Dan hal ini [teks yang selanjutnya]:

menyatakan kebenaran yang sama: “TahtaMu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau” [Mazmur 45:7-8] Karena Roh Kudus menyebut Mereka [berdua] sebagai Tuhan (theos atau elohim] — baik Ia yang diurapi sebagai Putera dan Ia yang mengurapiNya, yaitu Allah Bapa. Dan lagi: “Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi” [Mazmur 82:1]. Ia [disini] berarti Allah Bapa dan PuteraNya dan mereka yang telah menerima pengangkatan; tetapi ini adalah Gereja karena Gereja adalah bait Allah, yang olehNya — yaitu PuteraNya sendiri — telah kumpulkan, dan mengenai siapa Ia telah katakan: “Yang Mahakuasa, Tuhan Allah, berfirman dan memanggil bumi.” [Mazmur 50:1]. Siapakah yang dimaksud oleh Allah? Ia yang telah disebutNya, “Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri;” [Mazmur 50:3] yaitu, PuteraNya yang telah menjelma menjadi manusia, yang mengatakan, “Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku” [Yesaya 65:1]. Tetapi “illahi” mana [yang Ia sebut]? [Mengenai mereka] kepada siapa Ia berfirman, “Aku sendiri telah berfirman: ‘Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian.” [Mazmur 82:6]. Kepada mereka, tak diragukan lagi, yang telah menerima anugerah “menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa” [Roma 8:15] (Against Heresies, Buku III, Pasal vi, ANF, Volume I, hal. 418-419).

Tak perlu diragukan bahwa Irenaeus mempunya sebuah pandangan subordinasionis mengenai Allah Bapa dan meluaskan istilah Allah (sebagai theoi atau elohim) dengan menyertakan sang Putera dan juga hal pengangkatan/dijadikan. Ini mungkin bersumber paling tidak dari Zakharia 12:8. Ia nampaknya mengindikasikan disini bahwa Yesus Kristus mengumpulkan umat percaya,  sementara kita tahu dari Alkitab bahwa adalah Allah yang memberikan umat pilihan kepada Yesus Kristus agar supaya mereka dikumpulkan (Yohanes 17:11-12; Ibrani 2:13; 9:15). Penggunakan eksklusif dari istilah itu atas umat pilihan secara fisik mungkin merupakan kekeliruan jika menggunakan aplikasi Irenaeus disini. Warga surgawi (ilahi) juga disertakan di dalam sidang dari pengertian dalam Wahyu pasal 4 dan 5. Dengan demikian warga surgawi yang setia adalah juga Ecclesia [Sidang] Ilahi.

 

Pendirian ini diselidiki dalam karya tulis Teologi Mula-mula mengenai Allah Bapa [127] dan juga dalam Mengenai Kekekalan [165]. Adalah juga penting untuk memahami bahwa doktrin mengenai Kekekalan Jiwa dipandang sebagai suatu doktrin yang tidak dari Allah dan merupakan sebuah doktrin penghujatan. Pandangan ini dipertahankan sedemikian rupa, sehingga bahkan ketika kebaktian di hari Minggu mulai merasuki gereja, sebagaimana yang terjadi pada tahun 160 Masehi, berdasarkan bukti dari Justin Martyr, kita dapat melihat bahwa doktrin-doktrin mengenai Allah Bapa dan kebangkitan tetap merupakan inti dan tidak terganggu. Karena itulah, hari Sabat disangkal sebelum Allah Bapa dan kebangkitan pada tahap-tahap awal. Hal ini kemudian menjadi berbalik menjadi pendirian yang kemudian yaitu Allah Bapa digugat sebelum posisi mengenai hari Sabat dan Doktrin mengenai Jiwa.

 

Anders Nygren (Agape and Eros, diterjemahkan oleh Philip S Watson, Harper Torchbooks, New York, 1969) memahami konsep kehidupan kekal di dalam gereja ketika ia menyatakan:

Gereja kuno adalah yang paling berbeda dari semua dari Helenisme dalam kepercayaannya mengenai Kebangkitan. Tradisi Kristen mendukung “Kebangkitan tubuh,’ yang oleh para Apologet digunakan sebagai pembanding terhadap doktrin Helenistik yang dinamakan “Kekekalan jiwa.’ Anti-tesisnya merupakan sesuatu yang penuh kesadaran dan penuh kesengajaan, karena belum pernah sebelumnya penentangan mereka terhadap roh Helenistik terasa oleh umat Kristen awal sebagaimana saat itu. Doktrin Platonis, doktrin Helenistik mengenai jiwa nampak bagi para Apologet sebagai sebuah doktrin yang kafir dan menghujat, yang lebih dari yang lain, harus mereka serang dan hancurkan (Justin Dial. lxxx. 3-4)

Motto mereka dalam hal ini mungkin tergambar melalui perkataan Tatia: ‘Bukanlah kekal, hai Yunani, jiwa itu dalam jiwa itu sendiri, tetapi fana adanya. Tetapi adalah mungkin bagi jiwa itu untuk tidak binasa’ (Tatian, Oratio ad Graecos, xiii. 1).

 

Perbedaan antara Kristen dan non Kristen dalam hal ini adalah sedemikian besarnya sehingga kepercayaan terhadap apa yang dinamakan ‘Kebangkitan tubuh’ dapat menjadi sebuah kelas tersendiri (shibboleth). Seseorang yang mempercayai ‘Kekekalan jiwa’ dengan kepercayaannya itu menunjukkan bahwa ia bukanlah seorang Kristen. Sebagaimana yang dinyatakan Justin: ‘Jika anda telah menyamakan diri dengan mereka yang dinamakan Kristen . . . dan yang menyatkaan bahwa tak ada kebangkitan setelah kematian, akan tetapi bahwa jiwa mereka, ketika mereka mati, dibawa ke surga, tidak membayangkan bahwa mereka adalah Kristen’ (Dial. lxxx. 4) (dalam karya tersebut di atas, hal. 280-281).

Demikianlah Gereja menyangkal Kekekalan Jiwa — mereka secara pasti adalah Unitarian subordinasionis.Tidak saja mereka akan menolak Trinitas jika saja itu ditawarkan pada mereka, tapi mungkin mereka juga akan meng-ekskomunikasikan siapapun yang menganut doktrin itu atau setiap Diteisme yang terbukti berasal dari kalangan Gnostik. Gereja amatlah toleran, tetapi, hanya karena adanya pandangan bahwa takhyul dibiarkan dengan maksud untuk menunjukkan siapa di dalam Gereja yang mendapatkan perkenan Allah (1Korintus 11:19). Hal ini mereka lakukan dengan cara ‘belajar’ (2Timotius 2:15, terjemahan KJV; RSV menyatakan usahakanlah).

 

Mereka juga berpandangan bahwa yang disebut Kitab Suci adalah yang sekarang kita kenal sebagai Perjanjian Lama dan bahwa Perjanjian Baru merupakan interpretasi dari Ktiab Suci itu. Mereka mempertahankan tradisi Bulan Baru dan Perayaan-perayaan dan kita melihat bahwa Paskah Lama (Passover) menjadi sebuah perdebatan pada abad ke dua, ketika sistem Paskah Baru (Easter) mulai diperkenalkan dan mulai menggantikan Paskah Lama (Passover) dalam apa yang kemudian dikenal sebagai kontroversi Quarto-deciman (lihat karya tulis Paskah [098] and Perdebatan “Quartodecima” [277]).

 

Gereja mulai dianiaya dan terjadi umumnya di luar wilayah Kekaisaran Roma. Dengan demikian, hal itu terjadi di luar jangkauan gereja Ortodoks sampai konversi progresif kaum Arya, yang berlangsung hingga abad ke delapan dan juga dari berdirinya Kerajaan Suci Roma tahun 590. Penganiayaan iman terus berlangsung selama suatu masa waktu yang melampaui kekuasaan dan pemerintahan dari Kerajaan Suci Roma dari tahun 590 hingga 1850 (lihat karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122]).

 

Adventisme Amerika dan Gereja Tuhan di Amerika Serikat selama dua abad terakhir telah keliru menerapkan tanggal-tanggal dari Kerajaan Suci Roma dan nuibuatan mengenai satu masa, satu masa dan setengah masa atau yang juga disebut 1.260 hari. Kesalahan penyusunan ini utamanya disebabkan karena ketidak-pedulian dari sejaran Eropa dan nubuatan palsu yang terpenuhi dengan sendirinya. Kekeliruan yang serius ini mempunyai suatu pengaruh yang amat signifikan terhadap nubuatan palsu dan gerakan advent masa waktu 1842-44. Hal ini kemudian menimbulkan doktrin palsu yang lain yang disebut sebagai Penghakiman pra-Advent (lihat karya tulis Penghakiman sebelum Kedatangan Kristus [176]).

 

“Inkuisisi”

Kita mengetahui berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari Inkuisisi mengenai apakah yang menjadi doktrin dari Gereja pada berbagai tahapan dari distribusinya.

 

Kita dapat menyatakan dengan suatu kepastian bahwa gereja disebut, oleh sistem Katholik, dengan berbagai-bagai nama pada lokasi-lokasinya yang berbeda untuk menutupi perkembangan yang luar biasa dan struktur yang seragam dari doktrin-doktrin gereja. Akan tetapi, organisasi Gereja Tuhan mempunyai perbedaan pendapat mengenai pengaturan dan titik beratnya (misalnya antara Presbitarian dengan Episkopal di Waldens Barat). Kita tahu bahwa mereka disebut Cathar atau Cathari dan dengan demikian merupakan Puritan di Inggris. Mereka juga disebut Bulgar, Khazzar, Vallens, Albigensia, Waldensia, Sabbathari, Sabbatati, Insabbatati, Passaginia, dan masih banyak lagi sebutan lainnya. Istilah Sabbatharier sendiri nampaknya merupakan sebuah susunan kata yang berarti kaum Arya penganut Sabat.

 

Kita tahu bahwa keseragaman pandangan yang ada diantara gereja merupakan suatu pemahaman umum dan biasanya terrefleksikan dalam bahasa sehar-hari. Sebagai contoh, istilah poor bugger di Inggris merupakan suatu ekspresi yang biasa digunakan untuk menyatakan simpati terhadap seseorang yang kurang beruntung yang mengalami suatu cobaan atau siksaan. Istilah ini seringkali membingungkan bagi orang Amerika modern dan bahkan bagi orang Australia, karena bagi mereka bugger dan buggery mempunyai sebuah arti legal yang spesifik yang artinya mempunyai keterkaitan dengan sodomi. Akan tetapi, istilah ini mempunyai arti lain yang menunjukkan penerapannya pada umat pilihan semasa terjadinya Inkuisisi. Kamus Oxford Universal menyatakan bahwa istilah ini merupakan turunan ke bahasa Inggris Kelas Menengah, dari kata bahasa Perancis bougre dan kata Latin Bulgarus atau Bulgaria, atau pembelot Kristen [heretic] (atau juga rentenir). Adalah penting untuk dimasukkan ke dalam catatan bahwa istilah pembelot Kristen [heretic] saat itu digunakan khusus untuk kaum Albigens. Inilah arti pertama dari istilah tersebut. Arti yang ke dua yang adalah arti ejekan (merendahkan) dalam kaitannya dengan sodomi merupakan arti yang muncul di belakang hari yaitu sejak tahun 1555dan nampaknya merujuk pada sebuah sekte yang telah mengalami penganiayaan selama kurang labih tiga abad. Istilah pauvre bougre atau poor bulgar sebagaimana yang diterapkan kepada kaum Albigensia di kemudian hari masuk menjadi istilah bahasa Inggris poor booger. Penggunaan sebagai bogle atau boggle di Inggris Utara pada sekitar tahun 1505 merupakan sebuah derivasi (turunan) yang tidak pasti namun kemudian menjadi dihubungkan dengan bayangan hantu dan karenanya menjadi sebuah nama yang agak sepantasnya bagi setan (disebut bogeyman [Indonesia: Kuntilanak], dsb.). Tentu saja istilah poor bugger mempunyai asal muasal dari Perjalanan Suci Albigensia. Akan tetapi, tidak salah bila ada yang kemudian bertanya, apa hubungannya antara orang Bulgarian dengan kaum Albigensia? Jawabannya adalah amat sederhana. Gereja-gereja Tuhan, dari cabang-cabangnya yang kemudian dikenal sebagai jaman Pergamus (Wahyu 2:12 dst.) yang disebut sebagai kaum Paulisia, datang ke Eropa karena direlokasikan oleh Constantine Capronymous dan John Tsimiskes (lihat karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122]). Relokasi yang dilakukan di Thrace ini kemudian menyebar sampai ke Bulgaria, Slavia bagian Selatan terutama di Bosnia dan juga ke Hongaria dan Romania. Mereka menyebar ke arah barat dan, mulai dari abad ke lima belas, membentuk hubungan dengan sisa-sisa dari kaum Sabbatai di barat yang disebut Valens atau Waldensia. Kita dapat mengatakan dengan hampir pasti keluasan dari doktrin mereka di abad ke tiga belas dan dengan pasti mengenai cabang-cabang mereka di timur, terutama di Hongaria dan Rumania, berasal dari abad ke lima belas hingga abad ke sembilan belas.

 

Perang salib Albigensia

Jalannya Perang Suci Albigensia pada abad ke tiga belas diikhtisarkan dalam karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122]. Kelompok-kelompok yang ada tak diragukan lagi adalah penganut Sabat. Hasrat dari Gereja Roma Katholik untuk menutup-nutupi hal ini telah menimbulkan sejumlah pernyataan yang luar biasa menyangkut turunan kebahasaan dari sebutan Sabbatati. Akan tetapi, kita juga tahu bahwa mereka adalah Unitarian. Mereka tercatat masih eksis pada tahun-tahun sebelum 934, ketika mereka dikeluhkan oleh uskup Vireulli, Atto, sebagaimana juga keluhan banyak uskup sebelum dia.

 

Mereka pertama kali disebut sebagai kaum Valens pada tahun 1179 dalam kutukan terhadap mereka oleh Raymond dari Daventry. Para tua-tua, atau barbes (paman-paman), Bernard dari Raymond dan Raymond dari Baimiac, dikutuk sebagai penganut takhyul oleh Raymond dari Daventry pada tahun 1179 di hadapan Dewan Lateran, bukan karena ketaatan mereka pada tradisi Sabat namun karena Unitarianisme mereka. Uraian eksposisi rinci yang menentang mereka pertama kali dituliskan pada tahun 1180 oleh Bernard dari Fontcaude kemudian mengambil nama Vallenses dari judulnya yang adalah Adversus Vallenses at Arianos. Demikianlah mereka adalah subordinasionis non-Trinitarian. Karya tahun 1180 ini nampaknya pada abad ini telah musnah, tetapi karya Liber Contra Vallenses yang dituliskan pada tahun 1190 oleh Bernard dari Fontcaude masih ada hingga sekarang. Kaum Valens pada jaman itu nampaknya adalah Unitarian dan dipandang sebagai suatu kelompk yang berbeda dari kaum Aria. Ini merupakan pandangan yang benar dan merupakan pandangan yang akan dipegang oleh Gereja Tuhan. Arianisme, yang menurut tuduhan pihak Katholik menyatakan bahwa Roh Kudus adalah sebuah ciptaan dari Sang Putera, adalah kelompok yang berbeda dari Unitarianisme Alkitabiah. Keduanya dipandang sebagai kelompok yang sama, yang juga mungkin telah menciptakan doktrin penciptaan Roh Kudus oleh Sang Putera, karena tidak ada catatan yang nyata mengenai pandangan ini di dalam teks-teks yang merupakan hasil karya Arius (lihat juga karya tulis Arianisme dan Semi-Arianisme [167] dan Sosinianisme, Arianisme dan Unitarianisme [185]).

 

Kaum Albigensia bukan hanya sekedar sebuah cabang dari kaum Valens. Kaum Albigensia terbagi ke dalam dua bagian, pertama adalah kaum Valens atau Waldensia dan ke dua adalam kaum Kathari atau Puritan setempat. Kaum Kathari mempunyai pandangan yang berbeda dan condong pada takhyul mengenai kebaikan dan kejahatan yang didasarkan pada sebuah bentuk dari Gnostisisme dan Dualisme Manikhean. Salah satu dari perbedaan ini dinyatakan oleh Ray Roennfeldt di dalam tesisnya (Sebuah Telaah Kesejarahan mengenai Dualisme Kosmik Kristen, Andrews University) (lihat juga di dalam karya tulis Vegetarianisme dan Alkitab [183]). Iman Kristen seringkali diserang oleh kecenderungan dualisme ini. Dimanapun Gereja berdiri, banyak dari mereka yang disebut orang yang telah beralih percaya dari ordo monastik seringkali mengembangkan pandangan-pandangan yang ganjil. Kaum Bogomil merupakan salah satu contohnya. Di dalam kaum Bogomil dan diantara orang Bosnia, prinsip kemelaratan monastik juga menyertai sebuah dualisme ketakhyulan dan berusaha untuk mengecilkan bagian umum yang utama dari iman kristen. Kekeliruan juga muncul dalam sempalan-sempalan awal dari kaum Paulisia. Salah satu kekeliruan yang ada adalah yang dilakukan oleh kaum Melkisedekia yang menciptakan suatu struktur ordo yang lain dari pandangan Unitarian. Melisedik dipandang sebagai malaikat perantara Yesus Kristus sebagai manusia perantara, yang ada di bawah Melkisedek. Karya-karya tulis Katholik menyambar kesempatan dari kelompok ketakhyulan kontemporer ini dan mengidentikkannya dengan Gereja saat itu. Mereka menyatakan bahwa kekeliruan pandangan ini adalah kekeliruan dari Gereja, dan karenanya mengacaukan doktrin yang sejati.

 

Keseluruhan perang salib Albigensia dilakukan terhadap kedua elemen tersebut oleh pihak Roma pada abad ke tiga belas. Kaum Albigensia mempunyai perlindungan di bagian selatan Perancis di bawah Raymond, Count wilayah Toulouse. Kaum Valens atau Sabbatati adalah kelompok yang lebih besar dan lebih tersebar luas, dan juga sampai ke Spanyol. Kita dapat merekonstruksikan doktrin dari kaum Valens dari sempalan kaum Sabbatati yang ada di Spanyol karena penganiayaan yang amat luar biasa yang mereka derita.

 

Inkuisisi Spanyol

Inkuisisi Spanyol ditujukan untuk melenyapkan apa yang disebut sebagai orang Kristen yang Yudais dari negeri tersebut. Upaya tersebut disebut sebagai Marranos (atau babi). Dari istilah-istilah dalam Inkuisisi dan komentar-komentar yang ada kita tahu bahwa mereka tidak hanya menganut tradisi Sabat tetapi mereka juga menyangkal Trinitas, mentaati Hari-hari Kudus termasuk Hari Pendamaian dan juga mematuhi hukum mengenai makanan. Dokumen yang berjudul The Edict of the Faith  (Keputusan Mengenai Iman) menunjukkan mengenai cara-cara bagaimana sebuah ketakhyulan dapat dikenali. Pihak Yahudi dan Muslim juga jatuh ke dalam penganiayaan ini sekalipun penganiayaan itu tidak ditujukan pada mereka tetapi ditujukan terhadap Gereja Tuhan yang juga mereka sebut sebagai Sabbatati, Insabbatati atau Insabathi. Keputusan dari Alphonse, raja dari Aragon dsb., yang mengusir kaum Waldens atau Insabbatati dari Spanyol, disajikan dalam halaman ke 20 dari karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122].

 

Cecil Roth di dalam karyanya The Spanish Inquisition (Inkuisisi Spanyol), Robert Hale Ltd, London, 1937, menyajikan sebuah peringatan di dalam Pendahuluan karya tersebut bahwa sejarah seringkali terulang dan buku tersebut tidaklah dimaksudkan sebagai sebuah satir mengenai apa yang sedang terjadi pada saat itu di Eropa. Para ahli Yahudi berusaha untuk mengembangkan Inkuisisi Spanyol sebagai sebuah bentuk dari penganiayaan terhadap umat Yahudi. Mungkin yang terburuk dari berbagai penyimpangan ini, sekalipun merupakan karya yang amat rinci, adalah karya terbaru dari B. Netanyahu (The Origins of the Spanish Inquisition in Fifteenth Century Spain [Asal-usul Inkuisisi Spanyol di Spanyol Abad ke Lima Belas], Random House, New York, 1995). Netanyahu berusaha untuk membujuk para pembacanya bahwa obyek daripada Inkuisisi adalah komunitas Yahudi sementara hal itu tidaklah benar-benar terjadi dan para ahli telah secara terbuka mencela pendapatnya. Para Rabi para saat itupun telah menyatakan dengan tak dapat dibantah bahwa yang menjadi obyek penganiayaan adalah bukan kaum Yahudi melainkan umat Kristen. Mereka bukanlah oran g Yahudi yang berpura-pura menjadi orang Kristen. Pada kenyataannya mereka itu adalah Gereja Tuhan.

 

Jumlah dari Tribunals of the Holy Office [Dewan Tahta Suci] di Spanyol pada akhirnya berjumlah lima belas buah. Masing-masing dari dewan tersebut berdiri dengan kelengkapan petugas maupun perlengkapannya di Barcelona, Cordova, Cuenca, Granada, Llerana, Logrono, Madrid, Murcia, Santiago, Seville, Toledo, Valencia, Valladolid dan Sargossa. Sebuah lagi adalah untuk wilayah kepulauan Balearic yang terletak di Palma, Majorca.

 

Wilayah yang lebih penuh kengerian dan penuh keaktifan adalah di Madrid, Seville dan Toledo karena besarnya jumlah dari Orang-orang Kristen Baru (sebagaimana istilah yang digunakan oleh Roth bagi mereka), dengan aktivitas yang paling tinggi di Old Castille dan Andalusia, dan meredup setelah penyerangan yang paling penuh kegilaan yang kemudian berakhir di Catalonia (Roth, dalam karya tersebut di atas, Bab The Unholy Office [Tahta Tidak Suci], hal. 73). Inkuisisi ini akhirnya dikoordinasikan pada penutup abad ke lima beas di bawah otoritas dari sebuah dewan pusat yang bernama El Consejo de la Suprema y General Inquisición yang biasa disebut La Suprema, yang semula terbatas hanya di wilayah Castille. Dengan empat Dewan Negara yang besar di bawah Ferdinand dan Isabella, yaitu Dewan Negara, Dewan Keuangan, Dewan Castille dan Dewan Aragon, Dewan-dewan Inkuisisi menjadikan diri mereka sebagai “the not most insignificant exercise of royal power” [yang bukan paling tidak nyata dari penggunaan kekuasaan kerajaan (Roth, ibid., p. 74). Pada tahun 1647 dikeluarkan perintah bahwa semua keputusan yang dibuat oleh dewan-dewan harus diserahkan ke institusi tersebut untuk kepentingan kendali. Hal ini nampaknya adalah upaya untuk mengekang kekejaman yang sungguh tak tergambarkan dari penganiayaan-penganiayaan lokal. Kekejaman yang terjadi bermula dari sebuah kekeliruan yang mendasar dalam hal pemahaman. Netanyahu menyebut kekeliruan ini (dalam The Origins of the Spanish Inquisition in Fifteenth Century Spain, hal. 440-459) adalah bahwa seluruh kekeliruan pemikiran dihakimi sebagai suatu ketakhyulan, berlawanan dengan pernyataan Augustine Saya mungkin saja keliru namun saya bukanlah penganut takhyul (De Trinitate, c, 3, no. 5-6). Juan de Torquemada, sang Inkuisitor, menyerang peradilan Toledan karena ketidak-teraturan mereka yang nyata dan dan kesengajaan mereka dalam menerapkan anti-Semistisme [anti Yahudi]. Ia memandang kejadian tersebut sebagai sesuatu yang sama tingkatnya dengan peristiwa antara Haman dengan Mordekai dan bangsa Yahudi (dalam karya tersebut di atas, hal. 449). Ia kemudian diperhadapkan dengan masalah mengenai keberadaan Tuhan sebagaimana yang menjadi pandangan kaum Valens. Pihak Toledan telah menyatakan, sebagaimana yang didukung bukti-bukti lain, bahwa adalah merupakan rahasia umum (publica fama) (dan juga di Valencia sebagaimana yang akan kita lihat) bahwa kaum takhyul, mempraktikkan khitan, menyangkal keillahian Yesus Kristus, dan menyangkal, sebagai tambahan, kehadiran tubuhNya di dalam Ekaristi, dsb. (dalam karya tersebut di atas, hal. 444). Menurut Torquemada, peradilan Toledan tidaklah dapat membuktikan, bahwa seorang yang telah beralih kepercayaan tidaklah dapat dibuktikan, baik melalui pengakuan diri pribadinya secara sukarela, maupun melalui pernyataan dari seorang saksi yang tidak bersalah, bahwa yang bersangkutan pernah mengatakan, setelah menerima baptisan, bahwa ia mempercayai sesuatu kecuali apa yang juga diyakini oleh Gereja Ibu sendiri (kutipan dari karya Netanyahu, hal. 444). Torquemada menyatakan bahwa tuduhan tersebut adalah tuduhan palsu yang penuh dusta dan penuh maksud jahat dan dari tuduhan itu sendiri adalah jelas bahwa keseluruhan peradilan yang dilakukan tidaklah sah (dalam karya tersebut di tas, hal. 445). Mengapa demikian? Kita tahu dengan pasti bahwa kaum Valens mempraktikkan Unitarianisme selama berabad-abad. Perbedaannya terletak pada keillahian yang lebih rendah dari Yesus Kristus. Jadi jelas bahwa keillahian Yesus Kristus tidaklah disangkal. Tetapi ada sesuatu yang lebih dari itu yang menjadi pertaruhan disini. Torquemada melihat bahwa peradilan di Toledan ternyata hanya sekedar perwujudan sikap anti-Yahudi dan bahwa tidak terdapat suatu dasar Alkitabiah yang dapat membenarkan sikap rasisme ini. Karena alasan itulah, ia harus menyatakan dan menentang kekeliruan itu sekuat tenaga. Masalahnya juga terletak pada pakta yang ada bahwa kecurigaan dan interogasi yang dilakukan meluas sampai pada gerenasi yang ke empat dan orang-orang yang beralih kepercayaan. Ia menyerang keadaan itu dari sudut pandang, berupa peralihan kepercayaan dari elemen-elemen yang lain dari mereka yang disebut anti-Trinitas, dengan apa yang ia sebut sebagai kekeliruan Manikhea diantara orang-orang Bosnia. Ia diperhadapkan pada masalah peralihan kepercayaan warga kerajaan di dalam Tahta Suci Romawi. Torquemada menyatakan:

Di dalam masa kita sendiri terdapat seorang yang beralih kepercayaan dari kekafiran masuk ke dalam Kekristenan, yaitu raja yang kaya dengan kisah, sang Raja Polandia, ayah dari raja yang berkuasa saat ini, dengan sejumlah besar para bangsawan dan rakyat yang tak terhitung jumlahnya [Wladislaw II, sebelumnya Jagiello, Grand Duke Lithuania, beralih kepercayaan ketika diangkat sebagai raja pada tahun 1386. Ia adalah ayah dari Casimir IV yang mewarisi tahta pada tahun 1447]. Di kemudian hari, pada masa kekuasaan Paus Eugene IV, raja Bosnia, ratunya, dan banyak kaum bangsawan Bosnia beralih kepercayaan ke dalam Kristen dari sebelumnya mengikuti kekeliruan Manikhea [raja Stephanus Thomas berpindah menjadi Katholik pada tahun 1445]. Sebagai tambahan, hampir setiap hari banyak dari penganut Islam yang menjadi percaya [terhadap Kekristenan]. Akan menjadi sebuah skandal yang besar dan penghujatan yang tak dapat diterima untuk mengatakan bahwa kesemua orang itu harus dicurigai, paling tidak sampai keturunan mereka yang ke empat, bahwa dan leluhur mereka telah melakukan kekeliruan dan menyembah berhala (Tractatus, hal. 54-55; dalam karya tersebut di atas, Netanyahu, hal. 452).

Torquemada telah menuliskan sebuah traktat yang menyerang Bogomillisme Bosnia (Symbolum pro imformatione Manichaeorum, diedit oleh N Lopez Martinez dan V Proano Gil, 1958, hal. 23, no. 68 dan Netanyahu, no. 119). Disini kita melihat efek dari percampuran antara dualisme Manikhea yang telah dimasukkan kaum Paulisia ke dalam iman Unitarian. Gereja pada saat tersebut dipaksa berpindah ke Herzegovina dan terus ke arah utara (lihat juga karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122]). Masalahnya amatlah jelas, tetapi tidak demikian bagi Netanyahu. Pada abad ke lima belas kaum Valens telah sedemikian ditekan sehingga secara fisik tidak ada lagi yang tersisa setelah adanya penganiayaan tersebut. Kaum Toledan telah menjadi yang paling kejam dan paling penuh tirani diantara yang lain sehingga mereka menggunakan Inkuisisi untuk melakukan pemusnahan umat Yahudi secara sistematis. Hal ini akhirnya mengecilkan arti dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan gereja untuk mengkonsolidasikan seluruh wilayah kerajaan. Torquemada diperhadapkan pada kewajiban untuk membatasi kekejaman tersebut sehingga sejumlah interaksi yang stabil di dalam wilayah kerajaan dapat terjadi, dan peralihan kepercayaan dapat dipandang sebagai sesuatu yang membawa kebaikan bagi mereka yang dijadikan sasaran konversi. Inkuisisi yang penuh rasisme dan ketamakan akan harta telah meletakkan umpan godaan ini dan, karena itu, maka perluasan yang akan dilakukan menjadi kacau-balau. Torquemada cukup cerdik untuk mengetahui apa penghakiman yang akan dibawa oleh perubahan jaman. Karena itulah ia harus berusaha untuk dapat mengendalikan pelaksanaan Inkuisisi. Pada kenyataannya, gereja mengijinkannya untuk terus berlanjut sampai tiga abad yang berikutnya terhadap tiap proses dan doktrin yang keberadaannya justru disangkal, yang pada akhirnya justru menghancurkan kekuatannya sendiri (lihat Malachi Martin Decline and Fall of the Roman Church [Kemunduran dan Kejatuhan Gereja Roma, Secker and Warburg, London, hal. 254 dan seterusnya).

 

Bukti dari Surat Titah

Pada saat pendirian Inkuisisi di suatu wilayah, sebuah prosedur Surat Keputusan kemudian menyusul. Setelah sebuah Edict of Grace [Keputusan Pengampunan] dikeluarkan untuk mendorong para penganut ketakhyulan untuk mengakui dirinya dan mengaku, biasanya selama tiga puluh hingga empat puluh hari (Roth, hal. 75), selanjutnya Inkuisisi akan membersihkan wilayah tersebut. Ini kemudian memantik suatu rantaian proses inkriminasi. Fase berikutnya adalah publikasi periodikal dari sebuah Edict of the Faith [Keputusan Iman], yang membantu untuk mengidentifikasi tipe-tipe atau indikator-indikator dari ketakhyulan, yang telah dikutuk. Sistem pengakuan dosa kemudian meningkatkan kejahatan ini.

 

Edict of the Faith diterbitkan di Valencia pada tahun 1519 oleh Andres de Palacio, Inkuisitor untuk wilayah Valencia, dan telah dipublikasikan oleh Roth. Dapatlah dilihat dari keputusan tersebut bahwa terdapat suatu tata-urut dari fakta-fakta dan takhyul yang didaftarkan dalam keputusan tersebut yang mengidentifikasikan tiga kelompok orang. yang pertama adalah umat Kristen yang dinyatakan menganut apa yang disebut kecenderungan Yudaisme. Kelompok yang ke dua adalah orang Yahudi sendiri dan yang ke tiga adalah umat Islam. Adalah jelas dari surat keputusan itu bahwa ketakhyulan telah merasuk ke dalam gereja itu sendiri sebagaimana dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan saat upacara Ekaristi yang secara khusus diidentifikasikan sebgai indikator dari ketakhyulan di dalam surat keputusan itu. Demikian pula Salib, atau gerak tangan membentuk tanda salib, tidaklah digunakan oleh kaum Sabbatati. Berdasarkan penelitian terhadap Keputusan itu, nampaknya kelompok tersebut menyangkal doktrin mengenai Jiwa dan doktrin mengenai Surga dan Neraka. Mereka melaksanakan Sabat mulai dari saat matahari terbenam pada hari Jum’at hingga saat matahari terbenam di hari Sabtu, dan tidak melakukan pekerjaan pada hari Sabat. Mereka merayakan Hari Raya Roti Tidak Beragi dan Paskah dengan sayur-sayuran pahit. Mereka berpuasa pada hari Pengampunan (Roth, hal. 77 dan selanjutnya).

 

Pandangan umum dan ketaatan umat Yahudi juga dimasukkan ke dalam daftar tersebut sebagaimana yang ditunjukkan di dalam Keputusan sehingga beberapa sistem yang ada dipersamakan dan membuatnya menjadi sulit dibedakan satu dengan yang lain. Mereka mematuhi Hukum tentang Makanan dan juga menguburkan jenazah warga mereka menurut tata cara orang Yahudi. Sebagian besar dari Keputusan itu mengikut sertakan takhyul-takhyul yang dinyatakan dianut oleh sekte-sekte yang ada (contohnya hal. 78). Mereka menyangkal Mariolatri dan ini dikelompokkan menjadi satu dengan custom. Much of the Edict includes superstitions attributed to the sects (e.g. p. 78). They denied Mariolatry and this was grouped with the Judaic denial of the Messiah.

 

Doktrin mengenai Transubstansiasi disangkal sebagaimana juga bentuk Katholikd ari doktrin mengenai Omnipresens (Kemaha-hadiran), yang merupakan suatu Animisme Platonis (hal. 78). Para imam mereka nampaknya juga terlibat dan dapat diidentifikasikan dari penyucian yang ada. Umat Kristen nampaknya berpakaian sesuai dengan tata cara Yahudi yang mematuhi hukum yang mengatur mengenai bahan pakaian (hal. 79). Mereka mengadakan pertemuan di gereja-gereja rumah dan membaca Alkitab sesuai dengan bahasa sehari-hari di tempat mereka berada. Harta benda dari mereka yang disebut penganut takhyul disita dan tidak perlu diragukan, tindakan ini membantu pembiayaan bagi para Inkuisitor.

 

Roth mencatat pembukaan dari pada Kantor di Lisbon sebelum kantor itu kemudian dijadikan sebuah Gedung Opera. Kesaksian yang diperoleh dari saksi-saksi mata (dicetak di dalam Annual Register [Register Tahunan] tahun 1821) menunjukkan suatu bukti yang tak terbantah, bahwa ada sisa-sisa tubuh manusia yang ditemukan di penjara-penjara bawah tanah, yang masih digunakan (berdasarkan goresan-goresan yang dibuat di dinding penjara) sampai dengan tahun 1809. Sisa-sisa tubuh manusia itu juga termasuk para biarawan yang pakaiannya ditemukan diantara sisa-sisa tubuh manusia dan sisa-sisa lainnya yang terserak di rangkaian ruang penjara bawah tanah dan diantara bukti-bukti pembunuhan, baik yang sudah lama terjadi maupun yang baru saja, yang dilakukan di tempat itu (Roth, hal. 84-85).

 

Jeda waktu antara tiga hingga empat tahun diantara penangkapan dan penjatuhan vonis pengadilan merupakan suatu hal yang biasa dan dalam salah satu kasus yang tercatat, bahkan jarak antara penangkapan dan peradilan adalah empat belas tahun. Wanita-wanita hamil diseret ke tempat penyiksaan dan tindakan fisik terhadap para tawanan, atau mungkin pemaksaan hubungan seksual terhadap mereka, memaksa Kardinal Ximenes untuk mengeluarkan ancaman hukuman mati pada tahun 1512, bagi setiap petugas yang ditemukan terlibat intrik dengan tawanan mereka. Risiko pemenjaraan ditanggung oleh seorang yang tertuduh tak soal berapa lamanya itu terjadi. Salah satu contoh risiko yang terjadi adalah pemenjaraan selama empat tahun terhadap seorang biarawati di Sisilia, yang dibebaskan dari tuduhan dan dilepaskan pada tahun 1703, ternyata masih terus harus ditanggung oleh keturunannya sampai pada tahun 1872 (Roth, hal. 87). Biasanya, harta benda seorang tertuduh akan disita pada saat penangkapan.

 

Para Marranos atau orang Kristen Baru tidak dapat diterima sebagai saksi di dalam peradilan manapun. Perahasiaan nama-nama dari para saksi mulai dijalankan pada abad ke tiga belas yang dinyatakan bertujuan untuk melindungi mereka yang lemah terhadap orang berpengaruh yang mendapat tuduhan, tetapi akhirnya ini menjadi suatu norma dan tak seorangpun yang dapat menemukan nama dari orang-orang yang menjatuhkan tuduhan terhadap mereka. (Roth dengan tepat mengemukakan bahwa bahkan sampai pada tahun 1836 di Inggris, seorang pesakitan yang mendapat tuduhan tidak dapat memperoleh penasihat hukum ataupun melihat salinan tuduhan yang dijatuhkan terhadap mereka). Masa saat itu sendiri merupakan masa yang tak beradab dan Inkuisisi merupakan kebiadaban yang paling buruk.

 

Inkuisisi Eropa dimulai di bagian selatan Perancis pada abad ke tiga belas dan berakhir di Negara-negara Kepausan pada tahun 1846. Di antara tahun 1823 sampai dengan tahun 1846, di wilayah Negara-negara Kepausan saja, 200.000 orang dijatuhi hukuman mati, dipenjarakan seumur hidup, diasingkan atau dijatuhi hukuman penjara, dengan satu setengah juta orang lainnya ditaruh di bawah pengawasan (lihat Malachi Martin The Decline and Fall of the Roman Church, hal. 254 dan karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122]), hal. 35 untuk berbagai kutipan). Roth mengutip kesengsaraan yang dialami sejumlah pribadi pada permulaan abad ke tiga belas di wilayah selatan Perancis.

Dengarlah aku, hai tuan-tuan! Aku bukanlah penganut ketakyulan: karena aku mempunyai seorang istri dan aku bersetubuh dengannya dan mendapatkan anak-anak; dan aku makan daging dan berdusta dan mengucapkan sumpah dan adalah seorang Kristen yang taat (Roth, hal. 90).

Penyangkalan terhadap elemen menyangkut hal tidak menikah dan asetisme vegetarian ini adalah perlu karena para dualis Manikhea yang dikenal sebagai kaum Kathari atau kaum Puritia, yang mengejar pengudusan melalui asetisme, merupakan sebuah sekte ketakhyulan yang pada akhirnya memancing penganiayaan terhadap kaum Valens atau Sabbatati. Para dualis Manikhea adalah berbeda dari kaum Valens dan ini adalah perbadaan antara Kathar-Valens yang diakui namun keliru diidentikasikan oleh Weber. Hukum Alkitabiah terus dipatuhi oleh kaum Sabbatati. Penyembahan mereka dilakukan secara rahasia dan karenanya adalah sulit untuk dapat mengidentifikasikan hal itu dengan tepat. Akan tetapi, kita tahu bahwa mereka mematuhi Sabat dan seberapa luasnya penyembahan mereka dapat diidentifikasikan dari cabang-cabang wilayah timur dari kaum Sabbatati.

 

Kaum Sabbatati Eropa Timur

Kita tahu secara pasti apa yang menjadi doktrin-doktrin dari gereja-gereja Hongaria dan Transylvania di antara abad ke lima belas hingga abad ke sembilan belas. Catatan mengenai hal itu diabadikan oleh Dr. Samuel Kohn, Rabbi Kepala di Budapest, Hongaria, di dalam DIE SABBATHARIER IN SIEBENBURGEN Ihre Geschicte, Literatur, und Dogmatik, Budapest, Verlag von Singer & Wolfer, 1894, Leipzig, Verlag von Franz Wagner. Pokok permasalahan ini dituliskan di dalam karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122] pada hal. 24 dan seterusnya). Keseluruhan struktur yang ada diuraikan di dalam buku The Sabbatarians in Transylvania, karya Samuel Kohn, terjemahan T. McElwain dan B. Rook, editor: W. Cox, CCG Publishing, USA 1998.

 

Kita tahu dengan pasti bahwa cabang dari aliran Valens atau Sabbatati ini adalah Untiarian karena Frances David atau Davidis meninggal di dalam penjara pada tahun 1579. Kohn menyatakan bahwa mereka memulihkan Kekristenan yang asli dan sejati (Kohn, hal. 8). Gereja Unitarian terpecah menjadi penganut penyembahan hari Minggu dan hari Sabat pada tahun 1579. Cabang penganut Sabat di bawah kepemimpinan Eossi adalah yang lebih setia terhadap kebenaran.

1.    Mereka melakukan pembaptisan orang dewasa.

2.    Mereka menaati Sabat dan Hari-hari Raya, termasuk Paskah, Roti Tidak Beragi, Pentakosta, Pengampunan, Tabernakel dan Hari Besar Terakhir dan, yang terpenting, Bulan Baru. Sangkakala tidaklah didaftarkan secara terpisah di dalam lagu penyembahan dan nampak telah dirayakan dengan lagu-lagu penyembahan Bulan Baru.

3.    Doktrin mereka melampaui Milenium fisik 1.000 tahun pada saat awal dimana Yesus Kristus akan kembali dan menyatukan kembali Yudea dan Israel.

4.    Mereka menggunakan penanggalan Allah yang didasarkan pada Bulan Baru.

5.    Mereka mengajarkan dua kali kebangkitan, yang pertama kebangkitan menuju kehidupan kekal pada saat kedatangan Yesus Kristus dan yang lainnya menuju penghakiman pada akhir dari Milenium.

6.    Mereka mengajarkan keselamatan atas dasar anugerah tetapi hukum-hukum Allah tetap harus dipatuhi.

7.    Mereka menyatakan bahwa Allah memanggil umatNya dan bahwa dunia secara umum telah dibutakan.

8.    Doktrin mereka mengenai Yesus Kristus adalah secara absolut Unitarian subordinasionis.

(lihat karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122], hal. 22).

 

Dengan demikian dapat dilihat bahwa Gereja Sabat mula-mula adalah Unitarian, yang tetap mematuhi hukum-hukum di dalam Perjanjian Lama. Sabat hanyalah merupakan salah satu faset dari sistem kepercayaan mereka, yang mengunjuk kepada penyembahan terhadap Allah yang Satu dan Sejati. Mereka mengalami penganiayaan di Eropa Timur lebih karena berpegang pada Unitarianisme daripada ketaatan mereka terhadap hari Sabat (Francis Davidis memilih untuk tetap tinggal di penjara, ketika ia wafat, daripada berkompromi dengan kepercayaan Unitarian, bahkan sekalipun Socinus, yang adalah juga seorang Unitarian, berusaha untuk membujuk dia untuk mengubah Unitarianisme-nya yang kaku untuk menyelamatkan hidupnya sendiri). Mereka tidak dapat memperoleh status sebagai gereja bahkan ketika kaum Yahudi bisa memperoleh status tersebut. Mereka tidak diberi akses ke fasilitas percetakan dan ini membuat mereka melakukan khotbah-khotbah melalui tulisan tangan dengan sistem berantai. Inkuisisi yang dilakukan tidaklah berperi -kemanusiaan dalam melakukan penekanan terhadap sistem ini dan, di wilayah barat, bahkan hanya menganut Sabat sudah cukup untuk menjatuhkan hukuman pada mereka.

 

Pertumbuhan Unitarianisme

Dengan terjadinya Reformasi, Unitarianisme bulan bertumbuh dan tidak lagi hanya terkungkung semata-mata di kalangan para penganut tradisi Sabat. Dengan kata lain, tidak semua penganut Unitarianisme adalah anggota yang sebenarnya dari Gereja Tuhan sebagaimana juga tidak semua penganut tradisi Sabat adalah anggota yang sebenarnya.

 

Istilah Unitarianisme merupakan istilah bahasa Inggris yang merupakan saduran dari istilah Latin unitarius dan pertama kalinya digunakan bagi sebuah keagamaan yang sah pada tahun 1600 (Encyclopedia of Religion and Ethics (ERE), artikel mengenai Unitarianism, Jilid. 12, hal. 519). Istilah ini secara spesifik ditemukan di dalam konsepsi mengenai kepribadian tunggal dari Keilahian yang bertentangan dengan doktrin ortodoks mengenai keberadaanNya yang tritunggal. Istilah lain yang berkaitan, Trinitarian, digunakan pertama kalinya di dalam pengertian yang modern oleh Servetus pada tahun 1546 (dalam karya tersebut di atas). Kata sifat Unitarian terkadang juga digunakan ke luar dari batasan Kekristenan (contohnya Islam dan Yudaisme yang pada dasarnya adalah juga penganut Unitarianisme).

Teks berbahasa Yunani dari Perjanjian Baru dipublikasikan oleh Erasmus (tahun 1516).

Pengabaiannya atas ayat Trinitarian yang amat terkenal [1 Yohanes 5:7], dan penghindarannya menjadi tipe perdebatan yang skolastik menghasilkan sebuah pengaruh yang nyata pada banyak pemikiran (ERE, dalam karya tersebut di atas.).

 

Diproduksikannya Perjanjian Baru oleh Erasmus mendorong orang-orang yang mempunyai keterampilan dalam bahasa Yunani untuk mulai mempelajari ayat-ayat dimaa Trinitarianisme ortodok di dasarkan. Lebih penting lagi, orang-orang di Eropa mendapatkan kebebasan untuk menjadi lebih terbuka dan penerapan Inkuisisi dibatasi. Para ahli mulai melihat bahwa Alkitab tidaklah Trinitarian dan bahkan mendukung Unitarianisme. Langkah pertama dari pencetakan karya-karya anti-Trinitarian di Benua tersebut (yang bertentangan dengan ajaran-ajaran dari gereja-gereja sebelum terjadinya Reformasi dan adanya fasilitas percetakan) adalah apa yang dapat ditemukan di dalam karya Martin Cellarius (1499-1564), murid dari Reuchlin dan pengikut pertama dan sahabat dari Luther [Martin Luther] (ERE, dalam karya tersebut di atas, hal. 519-520). Dalam karyanya de Operibus Dei ia menggunakan istilah deus untuk Yesus Kristus di dalam pengertian yang sama dengan mana umat Kristen dapat disebut sebagai dei sebagai ‘putera-putera Yang Maha Tinggi’ (dalam karya tersebut di atas). Referensi terhadap karya tulis Teologi Awal mengenai Allah Bapa [127] akan menunjukkan bahwa konsep ini merupakan turunan langsung dari Irenaeus dan para murid-murid permulaan dari para Rasul dan para Rasul sendiri. Hal ini menimbulkan keresahan yang cukup besar dan komunitas akademis modern mulai melibatkan diri ke dalam perdebatan sebagai lanjutan dari karya Servitus pada tahun 1531. Di Naples, seorang Spanyol yang bernama John Valdes memulai sebuah kelompok keagamaan untuk melakukan penelaahan terhadap Kitab Suci sampai kematiannya pada tahun 1541 (ERE, dalam karya tersebut di atas, hal. 520). Catat disini nama Valdes tadi. Orang ini nampaknya adalah seorang warga Waldens Spanyol dilihat dari nama dan teologinya (lihat juga karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122]). Pada tahun 1539 Melancthon memberikan peringatan kepada Senat Venesia mengenai tersebar-luasnya Servetianisme di wilayah Utara Italia (dalam karya tersebut di atas). Dari kelompok ini Bernard Ochino (1487-1565) dari Siena melintas dengan perlahan-lahan melalui Switzerland sampai ke London dan melayani sebagai salah seorang dari Strangers Church [Gereja Orang Asing] (1550-1553) sampai gereja tersebut dibubarkan oleh Ratu Mary di dalam usahanya untuk merestorasikan Kekatholikan. Ochino dipaksa keluar ke Zurich dan bermigrasi ke Polandia dan bergabung dengan para anti-Trinitarian di sana. Catherine Vogel, seorang istri ahli perhiasan, mengalami pembakaran hidup-hidup pada usia 80 di tahun 1539 di kota Cracow karena percaya pada ‘eksistensi dari satu Allah, pencipta dari segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang tidak dapat dipahami oleh akal manusia’ (dalam karya tersebut di atas). Pergerakan ini merupakan karya di Eropa pada masa yang kita identifikasikan sebagai era Thyatira. Sebuah pergerakan anti-Trinitarian juga mengunjukkan diri pada sinode ke dua dari Gereja yang telah mengalami reformasi pada tahun 1556 dan, pada tahun 1158, George Blandrata yang adalah warga Piedmont menjadi pemimpinnya. Kaum Anabaptis Belanda adalah juga Unitarian di bawah kepemimpinan David Joris yang berasal dari Delft (1501-1556). Para Unitarian ini adalah juga yang disebut sebagai umat Protestan. Di dalam ERE dinyatakan bahwa:

Ribuan umat Protestan dari Jerman, Alsase dan Negara-negara Dataran Rendah, bermigrasi ke Inggris pada masa pemerintahan raja Henry VIII, dan Gereja Orang Asing di bawah raja Edward VI juga terdiri dari warga Perancis, Wallo, Italia, dan Spanyol (ERE, dalam karya tersebut di atas, hal. 520).

Orang-orang ini mencari perlindungan di Inggris dengan bantuan Gereja Unitarian disana. Inilah yang merupakan Gereja Tuhan yang sejati. Inggris telah menjadi lebih terbuka terhadap ekspresi publik sejak abad ke lima belas melalui adanya publikasi dari Richard Peacock, uskup wilayah Chichester. Pada saat itulah kaum Lollards dan kaum Anabaptists mengalami perpecahan.

Pada tanggal 28 Desember 1548 seorang pendeta yang bernama John Assheton mengajukan ke hadapan Cranmer “takhyul-takhyul” yang menyatakan bahwa ‘Roh Kudus bukanlah Allah, tetapi hanya kuasa khusus dari Allah Bapa,’ dan bahwa ‘Yeuss Kristus yang dilahirkan oleh Perawan Maria adalah nabi yang kudus . . . tetapi bukanlah Allah sejati yang hidup.’ Pada bulan April berikutnya sebuah komisi ditunjuk untuk mencari semua Anabaptis, penganut takhyul, atau penyimpang dari Doa Umum. Sejumlah pedangang di London dihadapkan pada komisi ini pada bulan Mei (ERE, ibid.).

Mereka adalah Unitarian. Tak ada bukti mengenai eksistensi Binitarianisme ataupun Diteisme sepanjang fase ini dari Gereja dan selama penganiayaan terhadap mereka. Itu bukanlah sebuah doktrin. Seorang ahli bedah bernama George van Parris yang berasal dari Mainz dijatuhi hukuman mati pada tahun 1551 karena mengatakan bahwa Allah Bapa adalah satu-satunya Allah yang sejati dan bahwa Yesus Kristus bukanlah Allah yang sejati (ERE, dalam karya yang disebutkan). Pergerakan Unitarian di Polandia ketika Blandrata sampai ke wilayah itu pada tahun 1558 telah terlebih dahulu memasuki Sinode Protestan tetapi akhirnya dikeluarkan tujuh tahun kemudian. Mereka menolak untuk sebut dengan nama apapun kecuali dengan nama Kristen (ERE, dalam karya tersebut di atas). Faustus Socinus (1539-1604), keponakan dari Lelius Socinus (1525-1562) yang berasal dari Siena, yang adalah seorang sahabat dari Calvin dan Melancthon, mengunjungi Inggris dan melakukan perjalanan ke Polandia. Ia mengunjungi Blandrata di Transylvania pada tahun 1578 dan mengajukan argumentasi mengenai Francis David yang menolak segala bentuk dari pengkultusan yang diberikan kepada Yesus Kristus. Ia menetap di Polandia pada tahun 1579. Kaum Socianis mendapatkan namanya dari orang ini. Akan tetapi, kaum ini sebenarnya sudah jauh lebih awal ada disitu dan menjadi bagian dari Gereja yang kita kenal sebagai aliran Waldens. Aspek ini dibahas di dalam karya tulis Sosinianisme, Arianisme dan Unitarianisme [185]).

 

Gereja Unitarian Polandia mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh Gereja Katholik hingga akhirnya musnah (lihat ERE, dalam karya yang disebutkan). Socinus menerima penerapan istilah Allah bagi Yesus Kristus dalam pengertian yang lebih rendah. Dan memang, pengertian ini adalah yang digunakan oleh Irenaeus sebagaimana yang dapat kita lihat di dalam karya tulis Teologi Awal mengenai Allah Bapa [127].

 

Francis David (atau Davidis) dari Gereja Hongaria di Transylvania dipenjarakan di dalam puri Deva karena menolak untuk berdoa, atau melakukan pengkultusan, terhadap Yesus Kristus. Ia tewas disana pada bulan Nopember tahun 1579. Kita mengetahui dari sebuah sejarah yang didokumentasikan dengan baik oleh para penerusnya, mulai dari Eossi dan seterusnya, bahwa tidak hanya mereka itu Unitarian, tetapi mereka juga memelihara tradisi Sabat, Bulan Baru dan Hari-hari Raya. Hari Raya Sangkakala dirayakan sebagai suatu lagu penyembahan di dalam Bulan Baru dan lagu-lagu penyembahan untuk perayaan Bulan Baru tetap bertahan dan bukan lagu-lagu penyembahan khusus untuk perayaan Sangkakala sebagai suatu hari raya (lihat karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122]).

 

Nama Unitarius pertama kalinya digunakan sebagai sebuah kata tersendiri oleh Melius dan pertama kali muncul dalam sebuah dokumen yang merupakan bagian dari keputusan Sinode di Lecsfalva pada tahun 1600. Istilah ini pertama kali diadopsi oleh pihak Gerja pada tahun 1638. Gereja-gereja Hongaria telah dianiaya selama dua abad setelah itu dan harga-benda mereka disita. Pada permulaan dari abad ini keturuan mereka mempunyai 140 gereja diantara para Szeklers dari Transylvania dan beberapa diantranya di Hongaria. Buku Lagu Pujian mereka di tahun 1865 tidak memuat lagu-lagu pujian terhadap Yesus Kristus (ERE, ibid.). Sisa-sisa dari Gereja yang tulen dan sejati yang masih tersisa sekarang adalah yang disebut Transkarphatia yang masih merupakan pemelihara tradisi Sabat yang Unitarian.

 

Pertumbuhan Unitarianisme di Inggris dipicu oleh keinginan untuk merestorasikan iman apostolik yang benar. Adalah jelas bagi pemikiran Inggris yang terbaik bahwa Perjanjian Baru bukan sesuatu yang Trinitarian tetapi Unitarian dan orang-orang yang terhormat itupun mulai menegakkan ajaran yang asli Gereja. Yang menjadi awal kegerakan itu mungkin adalah Richard Hooker (1553-1600) dan John Hales (1584-1656). Pembatasan atas definisi dari misteri atas Allah Bapa hanya pada Kitab Suci saja menjadi sebuah isu sentral. Karya-karya dari William Chillingworth (1602-1644) adalah bahasan utama dalam masalah ini. Chillingworth mendapatkan pengaruh atas karyanya dari Lord Falkland, seorang Unitarian yang utama. Berbagai karya dari Grotius tidaklah membahas mengenai keberadaan tritunggal dan (menurut Stephen Nye dalam karyanya Brief History of the Unitarians also called Socinians [Sejarah Singkat kaum Unitarian yang juga disebut Sosinia], London, 1687) menyatakan bahwa ia menginterpretasikan karya-karyanya pada garis Unitarian atau menurut pemikiran kaum Sosinia (ERE, hal. 522).

 

Paul Best (1590-1657) beralih kepercayaan saat ia melakukan perjalanan ke Polandia. Milton juga dipengaruhi oleh kaum Unitarian Transylvania (lihat Aereopagitica, London, 1644 – catatan dari ERE, dalam karya tersebut di atas). Convocations of Canterbury and York [Pertemuan Canterbury dan York] pada bulan Juni 1640 menerbitkan larangan atas import buku-buku Unitarian (Sosinia) dan Perlemen membuat penyangkalan terhadap Trinitas menjadi suatu yang tergolong tindakan kriminal pada tahun 1648. Akan tetapi, John Biddle (1616-1662), seringkali mengistilahkan para pendahulu Unitarian Inggirs, telah mempublikasikan A Twofold Scripture Catechism [Sebuah Katekisme Alkitab Berlapis Dua] pada tahun 1654. Unitarianisme menjadi sangat umum di Inggris pada abad ke tujuh belas. Prof Bronowski, dalam serial televisi yang berjudul The Ascent of Man [Kenaikan Manusia], bahkan lebih jauh lagi menyatakan bahwa Revolusi Industri merupakan sebuah produk dari para pemikir Unitarian. Sekalipun mengalami pemenjaraan dan pengasingan di Kepulauan Sisilia dan (1654-1658), Biddle berhasil memperoleh pengikut. Kematian Biddle pada tahun 1662 dan apa yang disebut the Act of Uniformity [Akta Penyeragaman] menjadikan pergerakan tersebut sebagai sebuah organisasi untuk penyembahan. Akan tetapi, tuntutan untuk adanya penafsiran harfiah atas Alkitab mendorong semua ahli pikir ternama pada masa itu untuk menolak Trinitarianisme. Ini juga mencakup Milton. Thomas Firmin (1632-1697), seorang pedagang cita yang kaya-raya, mempromosikan literatur tersebut antara tahun 1691-1705. Parlemen berusaha untuk menekan hal itu. Akan tetapi, para ahli filosofi terkenal terjun ke dalam kancah tersebut dalam bentuk John Locke (1632-1704). Sir Isaac Newton juga telah mengikuti Milton masuk ke dalam Unitarianisme setelah melakukan telaah terhadap Alkitab. Para pemikir terkenal ini diikuti oleh William Whiston (1672-1752) yang menjadi penerus Newton di Universitas Cambridge, sebagai guru besar Lucasian pada tahun 1703 dan dipecat dari kedudukannya pada tahun 1710 karena Unitarianisme yang dianutnya. Eksposisi formal dan sistematis hasil karya Samuel Clarke’s (1675-1729) yang berjudul The Scripture Doctrine of the Trinity [Doktrin Alkitab mengenai Trinitas] juga merupakan hal yang penting di dalam pengungkapan permasalahan ini. Keberatan atas pendapat berupa kesetaraan kepribadian sari Sang Putera diajukan disini untuk pertama kalinya, sekaligus memperkenalkan pendirian quasi-Binitarian [setengah Binitarian]. Ketika Akademi Manchaster (yang kemudian menjadi Manchester College Universitas Oxford) dibuka pada tahun 1786, rektor pertamanya adalah Thomas Barnes yang adalah seorang Unitarian.

 

Perguruan Tinggi Presbitarian di Carmarthen adalah penerus dari suatu rangkaian akademi-akademi, merupakan yang pertama kalinya ada sejak dirintis oleh Samuel Jones, salah satu anggota purna-waktu dari Kolese Yesus di Universitas Oxford dan salah satu dari ke-2000 orang pendeta yang dikeluarkan pada tahun 1662 (ERE, hal. 523).

 

Unitarian yang lain adalah Joseph Priestly (1733-1804). Theophilus Lindsey (1723-1808), sahabat Priestly yang adalah rohaniwan kepala dari Catterick di wilayah Tees, mengundurkan diri dari kedudukannya setelah kegagalan dari petisi Parlemen dan ia membuka sebuah kapel Unitarian di Essex Street, Strand pada tahun 1774. Ini mungkin adalah kapel yang pertama kali dibuka setelah bertahun-tahun — mungkin sejak dilakukannya tekanan terhadap Gereja Asing.

 

Kapel tersebut menggunakan liturgi Anglican yang diadaptasikan hanya pada penyembahan terhadap Allah Bapa. Penunjukan Thomas Belsham (1750-1829) pada tahun 1789 untuk menjadi seorang pembimbing teologia pada sebuah perguruan tinggi di Hackney memberikan keuntungan bagi kepentingan kaum Unitarian hanya secara sederhana dengan membuka Alkitab untuk dipelajari. Ini dilakukan melalui The Unitarian Society for promoting Christian knowledge and the Practice of Virtue by the Distribution of Books [Masyarakat Unitarian bagi pengembangan pengetahuan Kristen dan Penerapan Kebenaran Moral melalui Distribusi Buku-buku]. Lindsey, Priestly dan Belsham adalah yang menjadi pemimpin masyarakat tersebut. Peninjauan ulang pada tahun 1813, yang adalah hasil jerih payah William Smith (1756-1835), anggota parlemen dari Norwich dan kakek dari Florence Nightingale, terhadap klausa mengenai Toleration Act [Akta Toleransi] yang dulu menjadikan pernyataan Unitarian sebagai hal yang melanggar hukum, menghasilkan kemajuan yang berarti bagi Unitarianisme. Unitarianisme yang dianut oleh orang-orang ini juga menyangkal Doktrin mengenai Jiwa (lihat ERE, hal. 524). Thomas Southwood Smith (1788-1861) juga memuarakan idealisme Unitarian-nya pada Byron, Moore, Wordsworth dan Crabbe.

 

Pandangan Smith telah lebih dulu mendapatkan pengekspresian dari salah satu pendeta sang Cromwell (ERE, dalam karya tersebut di atas). Pertempuran legal pada abad ke delapan belas menghasilkan sejumlah perubahan di bidang hukum yang menyangkut kepercayaan dari Gereja yang juga telah menimbulkan dampak yang amat luar biasa dalam cara bagaimana gereja-gereja Unitarian mengorganisasikan diri mereka.

 

Unitarianisme modern sebagaimana yang disebarkan oleh James Martineau (1805-1900) dan angkatan pemikiran modern, merendahkan fungsi Mesianis dari Yesus Kristus dan tidak seluruhnya didasarkan pada Alkitab namun juga pada interpretasi Alkitab berdasarkan logika. Eksposisinya terhadap rekonstruksi Tübingen mengenai asal muasal Kekristenan yang dipublikasikan dlaam Westminster Review dan mengunjuk pada ERE (hal. 525) adalah karya yang penting sebagaimana juga kritik filosofisnya terhadap komuni antara roh manusia dengan Roh Allah. Unitarianisme radikal dengan keliru berusaha untuk menyangkal keberadaan pra-inkarnasi dari Yesus Kristus.

 

John James Tayler (1797-1869) menghasilkan diskusi formal yang pertama mengenai pertanyaan Johannis di Inggris dalam karyanya Attempt to ascertain the character of the Fourth Gospel [Upaya untuk memastikan karakter dari Injil ke Empat] (London, 1867). Sebuah barisan yang panjang dari para cendekiawan telah mengajukan permohonan untuk adanya revisi terhadap teks dan terhadap kitab Perjanjian Baru dan George Vance Smith diundang untuk bergabung ke dalam Bible Revisers [Para Pe-revisi Alkitab] (1870). Cendekiawan Unitarian, James Drummond (1835-1918) adalah seorang ahli teologia yang amat terpelajar yang telah menghasilkan sejumlah karya-karya seperti The Jewish Messiah [Mesias Bangsa Yahudi] (1877), Philo Judaeus (1888) dan Inquiry into the Character and Authorship of the Fourth Gospel [Telaah terhadap Kepribadian dan Pengarang dari Injil Ke Empat] (1903). John Relly Beard (1800-1876) menjadi pemrakarsa untuk adanya kamus modern dari Alkitab dengan karyanya People’s Dictionary of the Bible. Tokoh Unitarian penting lainnya adalah Edgar Taylor, Samuel Sharpe, H A Bright, William Rathbone Greg, Francis William Newman, Frances Power Cobbe, Ralph Waldo Emerson, Theodore Parker dan Max Müller. Karya ERE juga memberikan informasi mengenai gereja-gereja dan penyebarannya. Beberapa dari cendekiawan besar di masa modern, saat menelaah Alkitab isinya dengan tidak berpegang pada teologi Yunani dari alur pemikiran Alexandria dan Kapadokia, telah beralih pada Unitarianisme sebagai sistem Alkitab yang asli.

 

Gerakan Baptis Hari Ke Tujuh

Unitarian penganut Sabat menjadi nampak di Inggirs pada abad ke tujuh belas, sekalipun beberapa orang mungkin akan memandangnya sebagai suatu kelanjutan sejarah dari masa-masa sebelumnya. Teologi Alkitab menjadi dasar dari pergerakan Traskite yang dipimpin oleh John Traske pada sekitar tahun 1616 di London. Hamlet Jackson memperkenalkan Sabat ke dalam kelompok tersebut melalui penelaahan Alkitab. Interprestasi harfiah terhadap Alkitab juga membawa kelompok Puritan ini pada hukum mengenai makanan dari kaum Lewi. Terdapat pemikiran yang menganggap bahwa adalah para pengikut Hamlet Jackson yang membentuk nukleus dari gereja Baptis penganut Sabat Mill Yard, sementara pemikiran yang lain menganggap pergerakan yang lebih awal yang merupakan pencetusnya. Gereja menjadi amat terkemuka pda tahun 1661 karena Fifth Monarchy [Kekaisaran Ke Lima] yang dikhotbahkan oleh John James, yang kemudian dihukum mati dengan tuduhan makar. Gereja telah dipengaruhi, tidak hanya oleh sinagoga Yahudi di Amsterdam, tetapi juga oleh pergerakan mesianis populer oleh Sabbetai Zwi. Gereja, sebagaimana pula banyak kaum Baptis umum pada masa itu, adalah sepenuhnya Unitarian sebagaimana yang ditunjukkan oleh para penulis seperti Edward Elwall pada paruh pertama milenia 1700-an. Penanggalan Alkitabiah dan perayaan Paskah pada tanggal 14 bulan Nisan terus berlanjut hingga masa kini, sekalipun dengan wafatnya Pastor Albourne Peat, kesaksian Unitarian telah mulai memadam (mulai dari tahun 1992).

 

Sekalipun bukti-bukti sejarah amatlah kurang, nampaknya sebagian besar — bila tidak seluruh — gereja-gereja Baptis hari ke tujuh di Inggris adalah juga penganut Unitarian. Pengecualian pertama yang jelas adalah gereja Pinner’s Hall yang didirikan oleh Frances Bampfield pada tahun 1676. Gereja ini secara luar nampak sebagai penganut Calvinis, dan sekalipun Bampfield tidaklah Trinitarian dalam pandangan -pandangannya, yang jelas ia juga bukan Unitarian. Penggabungan dari kaum Baptis “Tertentu” dan kaum Baptis “Umum” (Particular & General Baptists) telah mengebe- lakangkan pokok persoalan mengenai asal-muasal kaum Baptis penganut Sabat dari aliran Unitarian. Para penganut Trinitarian telah menjadi jauh lebih maju dalam memproduksi pernyataan-pernyataan kepercayaan, sehingga dokumen-dokumen yang ada tidaklah mengungkapkan mengenai keteguhan dari pendirian Unitarian. Kaum Unitarian cenderung untuk bersikap diam dan mengabaikan pembuatan pernyataan kepercayaan. Bahkan, gereja Mill Yard hingga masa sekarang ini tidak mau menerima apapun kecuali kesepuluh Perintah Allah dengan penambahan beberapa teks Perjanjian Baru yang mendukung (Seventh Day Baptists in Europe and America, Jilid 1, American Sabbath Tract Society, Plainfield, New Jersey, 1910, hal. 25-113).

 

Ini merupakan kekeliruan yang terbesar atau yang mendasar dari aliran Baptis Hari ke Tujuh. Dengan kegagalan mereka untuk menghasilkan pernyataan kepercayaan yang rinci, mereka tidak dapat secara memadai mempublikasikan pernyataan-pernyataan yang jelas. Karena itulah, penyebar-luasan pernyataan yang rinci menjadi tidak mungkin dilakukan. Mereka gagal untuk secara penuh memanfaatkan kebebasan beragama yang mereka miliki dan untuk mengembangkan sebuah pengajaran doktrinal yang utuh mengenai keberadaan Allah.

 

Unitarianisme and Tradisi Sabat

Unitarianism yang mula-mula, tanpa pengecualian, selalu disertai dengan ketaatan pada Sabat sebagaimana keduanya bersumber pada ke-harfiah-an Alkitab. Trinitarianisme tidak pernah disertai dengan ketaatan pada Sabat sampai terjadinya Reformasi. Setelah Reformasi, adalah sebuah fakta bahwa sejumlah penganut Sabat adalah Trinitarian dan bahwa sejumlah Unitarian beribadah di hari Minggu sekalipun bukan merupakan suatu peraturan. Unitarianisme modern yang beribadah di hari Minggu adalah sama kacaunya dengan sistem yang beribadah di hari Minggu lainnya.

 

Di Asia

Pelaksanaan Sabat di Asia pada awalnya secara dominan adalah non-Trinitarian sampai ordo Yesuit memulai pekerjaan misionarinya. Aliran Nestoria dan para misionaris Afrika (lihat karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122]) mengikuti gereja mula-mula ke Persia, India dan kemudian ke Cina. Paham Unitarian yang mentaati Sabat menjadi sebuah ancaman yang serius bagi Budisme dan dengan segera dinyatakan melanggar hukum oleh pihak Buda. Gereja-gereja penganut Sabat di Asia juga, sebagai suatu peraturan, tidaklah Trinitarian. Mereka mentaati hukum tentang makanan dan juga menyangkal pengakuan dosa dan purgatori (kepercayaan Katholik Roma tentang penyucian kembali setelah kematian). Perpecahan di antara gereja-gereja ini kemudian menyusul, pada intinya, dari Dewan Konstantinopel dan Kalsedon.

 

Masyarakat Cina telah mendapatkan pengalaman panjang dalam sistem Kristen, dan sebagaimana di tempat-tempat lain, meyakini bahwa Sabat merupakan tanda dari ke-harfiah-an Alkitab. Pada tahun 781 Kekristenan dan keyakinan Sabat telah mengakar di Cina (lihat karya tulis Distribusi Umum dari Gereja-gereja Yang Memelihara Tradisi Sabat [122]). Pemeliharaan tradisi Sabat hidup dan berkembang baik di Cina saat pecahnya Pemberontakan Taiping pada tahun 1850 (dalam karya tersebut di atas).

 

Pengalaman Amerika Serikat

Gereja-gereja Tuhan pemelihara Sabat di Amerika Serikat telah didokumentasikan dengan baik dan tidak akan dibahas disini. Gereja-gereja Tuhan tumbuh dari sistem gereja Inggris, dengan pengaruh benua Eropa.

 

Adventisme Hari Ke Tujuh

Gerekan Adventis Hari Ke Tujuh pada awalnya dan secara resmi adalah Unitarian sampai pada tahun 1931 saat wafatnya Uriah Smith. Tetapi adopsi secara resmi terjadi bertahap dan bermuara dari pelayanan yang berjalan. Para pemikir Unitarian Adventis adalah James White, R F Cottrell Sr dan Jr, D T Bordeau sampai pengunduran dirinya, D M Canright, J N Andrews, Loughborough, John Matteson, A C Bordeau, A T Jones, W W Prescott dan Uriah Smith.

 

Gerakan Adventis yang lain adalah:

1.    Evangelical Adventists [Adventis Evanjelis]; dan

2.    Kristen Advent.

Semuanya salah mengartikan kebenaran dari kebangkitan dan penghakiman. Yang dua tadi adalah Milenialis harfiah yang sekedar mengikuti bunyi tulisan Alkitab sementara aliran Advent Hari Ke Tujuh mengikuti Milenialis surgawi.

 

Adventisme secara resmi sebenarnya adalah Unitarian yang Alkitabiah sampai pada tahun 1931 ketika pengaruh Uriah Smith terhenti dan kaum Trinitarian, yang telah lama hidup di dalam tubuh Advent, mulai memegang kendali. Uriah Smith kemudian digolongkan sebagia Aria oleh para penerusnya.

 

Ada tuduhan bahwa Ellen G. White termasuk salah satu yang memperkenalkan konsep Trinitarianis ke dalam Adventisme Hari Ke Tujuh melalui karyanya Desire of Ages [Hasrat Jaman] (1898, hal. 530), yang nampaknya tidak melalui pengeditan dan berlawanan dengan pandangan yang ada dari gereja (menurut pendapat M L Andreasen dalam The Spirit of Prophecy, terbitan tanggal 30 November 1948). Selain itu juga terdapat aliran pemikiran Adventis yang lain.

 

M L Andreasen (dalam karya tersebut di atas) menyatakan bahwa mereka mencurigai hal itu sebagai sebuah kekeliruan pengeditan tetapi ia kemudian melakukan perjalanan mengunjungi Ellen G. White untuk bicara padanya dan memastikan hal itu. Ini baru ia lakukan pada tahun 1948. Dalam padangan pendapat-pendapat yang muncul dan doktrin dari para penatua gereja sampai pada tahun 1931, teks ini dicurigai sebagai sebuah pemalsuan pengeditan. Aliran The Christian Connection, yang merupakan asal dari James White, adalah Unitarian. Di kemudian hari mereka bergabung dengan yang lainnya dan menjadi United Church of Christ [Gereja Kristus yang Bersatu]. Doktrin mereka adalah lebih Alkitabiah dari mereka yang telah menjadi Unitarian Universalist Church [Gereja Unitarian Universalis]. Gereja tersebut tidak benar-benar mempunyai hubungan dengan doktrin subordinasionis Unitarian yang dimiliki gereja-gereja pemelihara tradisi Sabat.

 

Gereja Adventis adalah Unitarian, atau sebagaimana yang dinyatakan seorang Adventis pada masa kini, Aria, sampai pada tahun 1931. Akan tetapi, Arianisme itu sendiri sebagaimana yang didefinisikan oleh pihak Trinitarian menyatakan Roh Allah sebagai suatu ciptaan dari Allah Putera. Doktrin ini mungkin saja merupakan sebuah ciptaan dari aliran Trinitarian mula-mula karena kita lihat dalam komentar Arius tidak tercatat doktrin ini. Akan tetapi, sebagaimana didefinisikan oleh aliran Trinitarian, Arianisme bukanlah Unitarianisme yang Alkitabiah dan bukan doktrin yang dipegang oleh Smith atau oleh era gereja-gereja yang lain termasuk Gereja Tuhan (Hari Ke Tujuh) atau oleh gereja-gereja berikutnya.

 

Adalah penting untuk dicatat bahwa denominasi Advent Hari Ke Tujuh tidaklah secara resmi menjadi Trinitarian sampai sesudah publikasi dari Questions on Doctrine [Pertanyaan-pertanyaan mengenai Doktrin] pada tahun 1958. Andreasen menuliskan serangkaian surat yang berisikan protes mengenai adopsi akhir ini. Dengan demikian terdapat suatu periode transisi antara tahun 1931 dan 1958. Pernyataan Kepercayaan Adventis Perancis masih tetap Unitarian pada tahun 1938, menurut apa yang tertulis dalam sebuah salinan dari Petunjuk Gereja yang terbit pada tahun itu yang dimiliki oleh Dr Thomas Mcelwain yang belajar di Seminari Adventis di Perancis dari tahun 1968 sampai dengan tahun 1973. Ia mengamati sebagai sebuah komentar terhadap karya ini bahwa seminari tersebut adalah Trinitarian, tetapi jemaat pada saat itu masih tetap Unitarian.

 

Pergerakan Adventis pada paruh pertama milenia 1800-an (1842-1844) menyaksikan jumlah yang agak besar dari penganut Trinitarian yang tertarik masuk ke dalam sistem Sabat. Beberapa diantara mereka tidak pernah benar-benar meninggalkan model Trinitarian dan ini kemudian terbukti berakibat fatal terhadap sistem Adventis yang murni setelah kematian Smith pada tahun 1931, ketika penganut Trinitarianis di dalam tubuh Advent meraih kendali, terutama melalui aspirasi di dalam pelayanan. Hasrat untuk mendapatkan persetujuan dari Protestanisme Amerika merupakan sebuah faktor pendukung terhadap masalah ini. Hal ini kemudian juga mendorong peralihan ke dalam Binitarianisme di dalam Gereja-gereja Tuhan di abad ke dua puluh dan dengan demikian menimbulkan kekeliruan yang berlipat ganda dan perpecahan di antara sistem-sistem yang ada pada masa sekarang ini.

 

Gereja Tuhan (Hari Ke Tujuh)

Gereja Tuhan (Seventh Day) merupakan sebuah sistem Unitarian pemelihara tradisi Sabat yang Alkitabiah yang tidak menerapkan peraturan mematuhi Hari-hari Raya tetapi dikenal melakukan perayaan Hari-hari Raya tersebut di beberapa tempat (misalnya di Cili).

Aliran ini sekarang telah mulai dialihkan oleh penganut Trinitarianisme di dalam tubuh pelayanannya dan mungkin akan segera tunduk sekalipun jumlah suara voting di antara para anggotanya, yang bertentangan dengan tubuh pelayanan mereka, mungkin akan dapat menyelamatkannya dari penaklukan yang amat cepat sebagaimana yang telah terjadi di dalam Worldwide Church of God. Pada tahun 1997, Gereja Tuhan (Hari Ke Tujuh) menyatakan diri sebagai Binitarian.

 

Worldwide Church of God (dahulu Radio Church of God)

Herbert Armstrong mulai menulis di dalam majalah Gereja Tuhan (Hari Ke Tujuh) yang diberi nama Bible Advocate mulai dari tahun 1927. Ia memulai karya pelayanannya sejak tahun 1930-an tetapi masih tercatat sebagai pegawai Gereja Tuhan (Hari Ke Tujuh) sampai pada sekitar tahun 1940. Ini adalah sesudah terjadinya deklarasi Trinitarianisme di dalam pergerakan Adventis, tetapi tidak berkaitan dengan hal itu.

 

Teologi dari Worldwide Church of God adalah Diteis dan yang serupa itu, tetapi tidaklah sama dengan, takhyul yang dianut oleh Marathonius setelah pemecatan dan kematian Macedonius menyusul Dewan Konstantinopel pada tahun 381 Masehi. Teologi ini berbeda dalam hal keberadaan dari Roh Kudus, tetapi masih tetap berpendirian adanya Dua Allah. Teologi ini mempunyai definisi yang buruk dan banyaknya penganut Unitarianis di jajaran Worldwide Church of God adalah hanya karena ambiguitas dari Bible Correspondence Course [Kursus Alkitab Tertulis], yang mengambil struktur Ilahi dari satu Eloah yang tunggal.

 

Dengan terjadinya perpecahan di dalam Worldwide Church of God terbentuklah serangkaian kelompok-kelompok gerejawi yang mempunyai doktrin-doktrin yang mempunyai definisi yang lemah mengenai Allah Bapa dan dalam hal-hal lainnya. Banyak di antaranya yang secara teknis adalah Diteis, yang percaya pada dua Allah ab orgine. Beberapa di antaranya menyatakan diri mempunyai struktur Binitarian, tetapi hanya memiliki eksposisi teologis yang amat buruk. Kesemua kelompok ini mematuhi Hari-hari Raya. Juga paling tidak dua di antaranya mentaati hari raya Bulan Baru.

 

Christian Churches of God

Christian Churches of God (Gereja Jemaat Allah Al Masehi) adalah gereja pemelihara tradisi Sabat yang mematuhi semua aspek dari sistem gereja mula-mula, termasuk paham Keilahian Unitarian yang Alkitabiah. Gereja ini memiliki cabang-cabang di negara-negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di bawah nama yang diterjemahkan dari namanya dalam bahasa Inggris.

 

Saksi Yehova

Saksi Yehova adalah Gereja Unitarian yang tidak taat atau memahami Sabat, Bulan Baru ataupun Perayaan-perayaan. Karena itu, mereka tidak memiliki tanda-tanda utama dari umat terpilih yang disebutkan dalam karya tulis ini.

 

Kesimpulan

Ketaatan pada Sabat adalah sebuah ciri dari Gereja Tuhan. Sabat bukanlah satu-satunya ciri. Ciri yang utama adalah dalam hal Allah Bapa. Dan itu adalah struktur Unitarian yang Alkitabiah. Pembaptisan merupakan ciri yang ke dua dan penerimaan Roh Kudus sebagai pemeteraian batiniah. Ciri-ciri eksternalnya adalah ketaatan pada Sabat, dan pada Perjamuan Kudus, yang adalah ciri dari hukum-hukum Allah. Ini diikuti dengan ketaatan pada hari raya Bulan Baru dan Hari-hari Kudus lainnya. Sabat disangkal oleh umat manusia karena adanya penyembahan berhala.

Yehezkiel 20:16-20 Oleh karena mereka menolak peraturan-peraturanKu dan tidak hidup menurut ketetapan-ketetapanKu dan melanggar kekudusan hari-hari SabatKu; sebab hati mereka mengikuti berhala-berhala mereka. 17 Tetapi Aku merasa sayang meli-hat mereka, sehingga Aku tidak membinasa-kannya dan tidak menghabisinya di padang gurun. 18 Maka Aku berkata kepada anak-anak mereka di padang gurun: Janganlah kamu hidup menurut ketetapan-ketetapan ayahmu dan janganlah berpegang pada pera-turan-peraturan mereka dan janganlah mena-jiskan dirimu dengan berhala-berhala mere-ka. 19 Akulah Tuhan, Allahmu: Hiduplah me-nurut ketetapan-ketetapanKu dan lakukanlah peraturan-peraturanKu dengan setia, 20 ku-duskanlah hari-hari SabatKu, sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa Akulah Tuhan, Allahmu. (Alkitab LAI)

Penyimpangan terhadap Sabat bermuara dari penyembahan berhala. Sabat mencakup keseluruhan hari-hari yang dikhususkan untuk ibadah terhadap Allah menurut penanggalanNya yang didasarkan pada ketaatan yang benar terhadap hari raya Bulan Baru. Allah menghukum suatu bangsa karena kegagalannya untuk menghormati Dia dan mentaati hukum-hukumNya.

Yehezkiel 20:21-24 Tetapi anak-anak mereka memberontak terhadap Aku, mereka tidak hidup menurut ketetapan-ketetapanKu dan tidak melakukan peraturan-peraturanKu dengan setia, sedang manusia yang melaku-kannya, akan hidup; mereka juga melanggar kekudusan hari-hari SabatKu. Maka Aku bermaksud mencurahkan amarahKu ke atas mereka untuk melampiaskan murkaKu kepa-danya di padang gurun. 22 Tetapi Aku mena-rik tanganKu kembali dan bertindak karena namaKu, supaya itu jangan dinajiskan di hadapan bangsa-bangsa yang melihat sendiri waktu Aku membawa mereka ke luar. 23Walaupun begitu Aku bersumpah kepada-nya di padang gurun untuk menyerakkan me-reka di antara bangsa-bangsa dan meng-hamburkan mereka ke semua negeri, 24 oleh karena mereka tidak melakukan peraturan-peraturanKu dan menolak ketetapan-kete-tapanKu dan melanggar kekudusan hari-hari SabatKu dan matanya selalu tertuju kepada berhala-berhala ayah mereka. (Alkitab LAI)

Sabat tidaklah dapat dipisahkan dari Perintah Allah yang Pertama dan hukum-hukum Allah. Sebuah bangsa akan dihukum bila tidak mentaati keseluruhan aspek dari hukum-hukum Allah. Umat terpilih telah mempertahankan iman dalam perilaku yang konsisten hingga pada abad ke sembilan belas dan ke dua puluh ketika sentralitas dari penyembahan adalah Allah yang Satu dan Sejati, dan pemahaman mengenai Keilahian diselewengkan oleh Protestanisme.



                                           Tabel Doktrin-doktrin Gereja-gereja Tuhan

Gereja/ Doktrin

Keberada-an Allah Bapa

Struktur Organisasi

Baptis-an

Sabat

Bulan Baru

Hari-hari Raya

Perja-muan Kudus/

Paskah

Hukum Makanan

Paulo-Efesus (mulai 30 Masehi)

Unitarian Alkitabiah

Presbiterian dan setengah-Episkopalia

Baptisan dewasa

Mentaati Sabat

Mentaati Bulan Baru

Mentaati Hari Raya

Quarto-deciman

Ya

Smirna-Lyons (paruh ke dua abad ke 9)

Unitarian Alkitabiah

Presbiterian dan setengah-Episkopalia

Baptisan dewasa

Ketaatan Pada Sabat

Mentaati Bulan Baru

Mentaati Hari Raya

Quarto-deciman

Ya

Paulisia (abad ke 4 -10 Masehi)

Unitarian Alkitabiah

Setengah militan

Baptisan dewasa

Mentaati Sabat

Sulit di pastikan

Mentaati Hari Raya

Quarto-deciman

Ya

Valens Franco-Spanyol atau Sabbatati (Albigensia pada abad ke 9-15 Masehi)

Unitarian Alkitabiah

Perancis: Episkopalia non-hirarkis. Spanyol: Presbiterian

Baptisan dewasa

Mentaati Sabat

Ibadah Bawah Tanah selama Aniaya

Mentaati Hari Raya

Quarto-deciman

Ya

Waldens Sabbatati

Terpusat Pra-Reformasi

Unitarian Alkitabiah

Presbiterian. Dewan kaum awam, sinode setara.

Baptisan dewasa

Mentaati Sabat

Ibadah Bawah Tanah selama Aniaya

MentaatiHari Raya

Quarto-deciman

Ya

Waldens

Terpusat Pra-Reformasi

(mulai abad ke 16)

Setengah-Trinitarian

Campu-ran sam-pai kepu-nahan se-cara fisik

Baptisan dewasa

Menjadi

Ibadah Hari Minggu Saat Reforma-si

Tidak

Tidak

Paskah Baru (Pe nyaliban Jum’at   - Kebangkitan Minggu

Tidak

Sabbatati Eropa Timur (sejak abad ke 11 Masehi)

Unitarian Alkitabiah

Presbiterian menu-rut dasar wilayah

 

Baptisan dewasa

Mentaati Sabat. (pecah ke hari Minggu  th. 1579)

Mentaati Bulan Baru

Mentaati Hari Raya

Quarto-deciman

Ya

Anabaptist/

Lollards Pra-Reformasi (sejak abad ke 9 Masehi)

Unitarian Alkitabiah

Presbiterian. Ke-lompok ini terpe-cah pada abad ke 15.

 

Baptisan dewasa

Mentaati Sabat. (perpe-cahan ke hari Minggu pada th. 1579)

Tidak Tercatat

Sesuai aliran Albigen-sia pra-reforma-si

Quarto-deciman

Ya

Baptis Pasca Reformasi

Campuran (Baptis Hari Ke Tujuh awalnya Unitarian)

Campu-ran

Baptisan dewasa

Campu-ran

Tidak (bebera-pa jema-at seka-rang me-matuhi)

Tidak Tercatat

Paskah Baru diikuti banyak jemaat

Campuran

Baptis Amerika

(sejak abad ke 17)

Campuran

Campu-ran

Baptisan dewasa

Campu-ran

Tidak

Tidak tercatat

Paskah Baru diikuti banyak jemaat

Campuran

Adventis Hari Ke Tujuh

(sejak abad ke 19)

Unitarian

sampai Trinitas diadopsi pada tahun 1931-58 pasca Uriah Smith

Presbitarian Konstitu-sional

 

Baptisan dewasa

Mentaati Sabat

Tidak

Dipercaya namun tidak di jalankan

Paskah Baru (pe nyaliban hari Jum’ at smpai perpecahan CofG (SD)

Ya

Church of God (SD) Caldwell Idaho adalah yang paling betul

Unitarian

sekarang berubah

 

Unitarian di Caldwell

Presbitarian Konstitu-sional

Baptisan dewasa

Memelihara Sabat

Bukan di konferensi Denver Betul di Caldwell

Dalam beberapa kawasan Caldwell mempunyai perayaan menurut kepada konjuksi

Quarto-deciman

Ya

Worldwide Church of God (sebelumnya Radio Church of God)

Unitarian dengan C of G (SD) melalui perpecahan dan sampai tahun 1955. Campuran Unitarian/ Ditheist/ Binitarian dengan definisi yang buruk sampai tahun 1994. Banyak perpecahan

Presbitarian Kons-titusional sejak perpecahan C of G (SD)

Konstitu-si dan vo ting di-hentikan dengan tidak sah. Sekarang menjadi sebuah hirarki korporasi sebagai-mana sebagian besar sempalannya

 

Baptisan dewasa

Mentaati Sabat until 1996. Going into Sunday worship. Branches are Mentaati Sabat.

Tidak. Acara te-laah Al-kitab pa-da Bulan Baru pa-da hari-hari yang keliru untuk sementa-ra waktu.

MentaatiHari Raya, kecuali Hari Raya Berkas Tuaian.

 

SetengahQuarto-deciman

menurut kalender Yahudi dengan Paskah yang keliru. Beberapa tidak dipatuhi 1996

 

Ya

Christian Churches of God (Gereja Sidang Jemaat Allah Al Masehi)

Unitarian Alkitabiah

Presbitarian Konstitu-sional

Baptisan dewasa

Mentaati Sabat

Mentaati Bulan Baru

MentaatiHari Raya

Quarto-deciman

Ya



Appendix

 

Eksposisi Tradisional Alkiran Anti-Trinitarian dan Unitarianisme Mula-mula

 


Pada bagian 150 dalam Jilid II, Schaff membahas mengenai kelas-kelas anti-Trinitarian dan di bagian itu ia memberi sebutan bagi kelas pertama sebagai Alogi, Theodotus, Artemon dan Paul dari Samostata. Ia menyatakan dalam hal. 572 bahwa:

kaum Anti-Trinitarian ini disebut kaum Monarkhia atau Unitarian bersumber dari penekanan yang mereka buat terhadap jumlah, keutuhan pribadi dari Allah Bapa.

    Tetapi kita harus berhati-hati dengan memberdakan mereka menjadi dua kelas yang saling bertentangan: yaitu kaum Monarkhia rasionalistis atau dinamis, yang menyangkal keilahian Yesus Kristus, atau menganggapnya sekedar sebagai suatu “kuasa” [dunamis]; dan kaum Patripassian atau Monarkhia modalistis, yang mempersamakan sang Putera dengan Allah Bapa, dan mengakui trinitas hanya dalam batasan tertentu, yaitu adanya tiga bentuk perwujudan diri, tetapi bukan tiga kepribadian.

    Bentuk pertama dari ketakhyulan ini, merupakan keterkaitan dengan monoteisme abstrak Yahudi, memisahkan antara keilahian dengan kemanusiaan, dan sedikit lebih tinggi dari Ebionisme. Setelah mengalami kekalahan di gereja, ketakhyulan ini bangkit di luar gereja dalam skala yang lebih besar, sebagai sebuah pewahyuan yang merupakan kepura-puraan, dan mendapat kesuksesan yang luar-biasa di kalangan Islam dan Unitarianisme pseudo-Kristen di benua Timur.

    Bentuk yang ke dua berawal dari konsepsi tertinggi mengenai keilahian Yesus Kristus, tetapi sebagian juga dari paham panteistik yang membuat pendekatan terhadap landasan dari dosetisme Gnostik.

    Yang satu mencela harkat dari Sang Putera, yang lain mencela harkat dari Allah Bapa; namun yang ke dua itu nampak jauh lebih sehat dan lebih Kristen, dan karenanya lebih luas diterima.

 

Harus pula diingat bahwa Schaff adalah seorang Trinitarian dan, karena itu, ia menyatakan tentangan terhadap pandangan pada teologi inti yang menentangnya. Catatan yang dibuatnya tidaklah lengkap, sebagaimana yang akan kita lihat. Schaff mengatakan (pada hal. 573) bahwa semua kaum Monarkhia pada kelompok yang pertama melihat bahwa Yesus Kristus adalah sekedar manusia biasa, yang dipenuhi dengan kuasa Ilahi; tetapi memiliki kuasa itu sebagai suatu hal yang ada padaNya, bukan dimulai sejak saat Ia menerima pembaptisan saja, seperti yang menjadi pandangan kamu Ebionit, tetapi sudah sejak semula; dan mengakui bahwa keberadaanNya diteruskan oleh keberadaan Roh Kudus. Ia kemudian menyebutkan pengelompokkan dari sekte-sekte berikut ini: yaitu Alogi dan Theodotus. Aliran Theodotus yang lebih muda menempatkan Melkisedek sebagai seorang perantara antara Allah dan para malaikat, lebih tinggi dari Yesus Kristus, yang adalah perantara antara Allah dan manusia (Schaff, p. 574). Para pengikutnya juga disebut sebagai aliran Melkisedekia. Selanjutnya Schaff juga memasukkan kaum Artemonit yang menyangkal Keilahian Yesus Kristus dan menggunakan Euklid dan Aristotel untuk menyangkal misteri yang ada dan menentang penggunaan Platonisme untuk menjelaskan ke empat Injil.

 

Schaff juga memasukkan Paulus dari Samostata, uskup dari Antiokh sejak tahun 260, sebagai yang paling terkenal dari Unitarian yang rasionalistik.

Ia menyangkal kepribadian dari Logos dan Roh Kudus dan menganggap mereka hanya sebagai bagian dari kuasa Allah, sebagaimana akal dan pikiran di dalam seorang manusia; tetapi mengakui bahwa Logos berdiam dalam diri Yesus Kristus dalam skala yang lebih besar dari utusan Allah yang lain sebelumnya, dan seperti kaum Sosinia yang ada di kemudian hari, mengajarkan mengenai peningkatan secara bertahap dari diri Yesus Kristus, berdasarkan perkembangan moralnya sendiri hingga mencapai wibawa Ilahi. Ia mengakui bahwa Yesus Kristus tidak berdoa, menaklukkan dosa dari nenek moyang kita, dan kemudian menjadi Juru Selamat bagi umat manusia (dalam karya tersebut di atas).

 

Schaff menganggap bahwa tipe orang Kristen seperti ini masih tetap ada dalam bentuk kelompok-kelompok Samostasia, Paulianis, dan Sabelia. Akan tetapi, disini ia melakukan kesalahan dengan memasukkan berbagai kelompok sebagaimana yang telah diperingatkan dalam ERE (see art. Monarchianism) karena hal itu mengacaukan permasalahan ini.

 

Dalam kelompok ke dua dari anti Trinitriannya, Schaff memasukkan Praxeas, Noetus, Callistus dan Beryllus. Disini kita nampaknya melihat terjadinya sebuah perseteruan antara Hugh Pope dan para penyusun ERE di satu sisi dengan Schaff di sisi lainnya. Monarkhianisme di dalam pengertian klasiknya sebenarnya bersumber dari Patripassian melalui Noetus, dan kaum Sabelia sebagai penerus mereka. Akan tetapi, Schaff mengelompokkan kaum Sabellia secara tersendiri pada bagian 152. Adalah untuk menunjukkan kekeliruan dari Monarkhianisme dan pendirian dari Hippolytus, maka karya ini dikutip di dalam karya tulis Teologi Awal mengenai Allah Bapa [127]. Mereka mengajarkan bahwa Allah yang tunggal dan tertinggi dengan kehendak pribadinya sendiri, dan melalui sebuah tindakan pembatasan terhadap diri sendiri, menjadi seorang manusia sehingga sang Putera sesungguhnya adalah Allah Bapa yang menyamar dalam tubuh manusia (Schaff, hal. 576). Adalah mengherankan bahwa referensi mengenai Monarkhia sekarang ini ditemukan hanya di dalam Trinitarianisme dimana doktrin-doktrin dari Monarkhia dan Circumincession (saling ketergantungan antara tiap unsur dalam Trinitas) adalah yang menentukan hubungan di antara kepribadian-kepribadian Allah.

 

Sabelianisme ditelusuri oleh Athanasius sampai ke filosofi Stoic dan seringkali berulang. Sabelius berargumentasi bahwa ada suatu pemisahan antara “monad” dan “triad” di dalam keberadaan ilahi. Dengan demikian, perwujudan Allah Bapa tidaklah dimulai pada saat penciptaan yang mendahului perwujudan Trinitarian, tetapi pada saat penurunan hukum Allah. Perwujudan dari Allah Putera dimulai pada saat Inkarnasi dan berakhir pada saat kenaikkan Tuhan Yesus. Perwujudan dari Roh Kudus dimulai dalam suatu inspirasi dan terus berlanjut dalam regenerasi dan pengudusan. Ia mengilustrasikan hubungan trinitarian dengan membandingkan Allah Bapa sebagai matahari, Allah Putera sebagai cahaya matahari, dan Roh Kudus sebagai kehangatan yang memancar (lihat pula analogi lilin dalam Trinitarianisme modern). Ia menyangkal kekekalan Allah Putera dan Allah Roh Kudus. Ia menggambarkannya sebagai tiga fenomena yang sementara yang memenuhi misinya masing-masing dan kembali ke ketunggalan yang abstrak (lihat Schaff, op. cit., hal. 581-583 untuk doktrin dimaksud). Sistem ini akan muncul kembali dalam pergerakan Jaman Baru (New Age) yang dikaitkan dengan Teologi Proses. Ini merupakan kebalikan dari Subordinasionisme yang diajarkan oleh Kristen Unitarian dari para rasul dan gereja mula-mula, oleh Unitarian Reformasi dan oleh kita sendiri.

 

Schaff tidaklah jujur saat ia membahas mengenai doktrin-doktrin awal Trinitarian. Ia selalu menggunakan istilah anti-Trinitarian seolah-olah akan mengimplikasikan bahwa ada sebuah doktrin Trinitarian sementara sebenarnya doktrin tersebut tidak ada. Trinitas belumlah diformulasikan sampai terselenggaranya Dewan Konstantinopel di tahun 381 dan belum dirumuskan secara tetap sampai Dewan di Kalsedon pada tahun 451 ketika sejumlah gereja-gereja yang signifikan memutuskan persekutuan mereka dengan aliran Trinitarian. Ia tidaklah menyebutkan mengenai gereja-gereja tersebut ataupun teologi dari para Apologis yang mula-mula yang adalah penganut Unitarian subordinasionis. Irenæus menjadi penting disini karena ialah sumber terdekat yang dapat kita peroleh dalam hal teologi yang asli dan John dan Polycarpus melalui eksposisi. Sejarah Trinitarian, baik Protestan maupun Katholik, jarang mengakui teologi yang menentang teologi mereka ini. Schaff menggunakan istilah Unitarianisme dalam pemahamannya yang paling luas generalisasinya, sebagai sesuatu yang diadaptasikan oleh aliran Trinitarian, untuk mengaburkan perselisihan yang sebenarnya di antara ke dua belah pihak yang terjadi mulai pada abad ke lima belas. Di bawah penggolongan umum Unitarian, pihak Trinitarian berusaha untuk menetapkan sebuah penggabungan yang tergeneralisasi dari Modalis atau Monarkhia dan para pendahulu mereka kaum Patripasi bersama dengan aliran Adopsionis, kaum Melkhisedekia, dan juga umat Yahudi dan Muslim, bersama dengan Kristen Unitarian yang merupakan asal istilah itu. Akan lebih benar untuk memandang kelompok tersebut sebagai Monoteis dan aliran Unitarian sebagai suatu kesatuan turunan dari Monoteisme. Akan tetapi, hal ini jelas tidak akan mencakup pihak Trinitarian dan karenanya tidaklah digunakan.

 

 

 



CONCORDIAS

HECHAS, Y FIRMA­-

das entre la jurifdicion Real, y

el Santo Oficio de la

lnquificion.

PERSETUJUAN TENTANG PETUGAS-PETUGAS INKUISISI

(AGREEMENT CONCERNING THE FAMILIARS OF THE INQUISITION)

Valencia, 1568  (koleksi Penyusun Karya Tulis).

 


KEPUTUSAN IMAN

 

“Kami, Doctor Andres de Palacio, Inkuisitor melawan ketakhyulan dan penyimpangan apostolik di kota dan kerajaan Valensia, dst.

“Kepada semua umat Kristen yang setia, baik pria maupun wanita, pater, rohaniwan maupun pastor dalam segala keadaan, kualitas dan derajat; yang mana perhatian mereka terhadap ini akan menghasilkan keselamatan di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, keselamatan yang sejati; yang menyadari bahwa, dengan melalui keputusan dan kalimat-kalimat yang lain dari Inkuisitor-inkuisitor Kepala, para pendahulu kita, mereka diperingatkan untuk menghadap pada mereka, dalam suatu jangka waktu yang telah ditentukan, dan menyatakan dan memanifestasikan hal-hal yang telah mereka lihat, ketahui, dan dengar telah diucapkan mengenai setiap orang atau kelompok orang, baik masih hidup maupun sudah meninggal, yang telah mengatakan atau melakukan sesuatu yang menentang Iman Katholik yang Kudus; mengembangkan dan mematuhi hukum-hukum Musa atau sekte-sekte Muhammad,atau ritual dan upacara yang seperti itu; atau mempraktikkan kriminalitas yang menyimpang berupa ketakhyulan, berbakti pada hari Jum’at sore dan hari Sabtu; mengganti pakaian dengan kain lenan pribadi yang bersih pada hari Sabtu dan menggunakan pakaian yang lebih baik dari hari-hari lainnya; menyiapkan makanan untuk hari Sabtu pada hari Jum’at, dalam wajan pemanggang di atas api yang kecil; yang tidak bekerja sebagaimana pada hari-hari lainnya pada hari Jum’at sore dan hari Sabtu; yang menyalakan lentera dalam lampu yang bersih dengan sumbu yang baru, pada hari Jum’at; yang mengganti seprai dengan kain lenan bersih dan menggunakan serbet bersih di meja makan; yang merayakan perayaan roti tidak beragi, makanroti tidak beragi dan seledri dan sayur-sayuran pahit; melaksanakan perayaan pengampunan (Hari Pembebesan) saat mana mereka tidak makan sama sekali sepanjang hari sampai pada petang harinya saat bintang-bintang muncul, ketika mereka saling memaafkan satu dengan yang lain dan memutus puasa mereka; dan dengan tata-laku yang sama merayakan puasa Ratu Ester, puasa tissabav dan rosessena; yang mengucapkan doa-doa sesuai dengan hukum Musa, berdiri menghadap ke dinding, mendoyongkan tubuh ke depan dan ke belakang, dan melangkah beberapa langkah ke belakang, yang memberikan uang pembayaran untuk minyak untuk tempat peribadatan Yahudi atau tempat peribadatan rahasia lainnya; yang memotong hewan menurut hukum-hukum Yudea, dan tidak memakan daging domba atau daging binatang lain yang trefa; yang tidak mau memakan daging babi yang diasinkan, kelinci hutan, kelinci, keong, atau ikan yang tak bersisik; yang memandikan tubuh jenazah mereka dan menguburkannya di dalam tanah yang tidak digarap sesuai dengan adat-istiadat Yahudi; yang, di dalam rumah duka tidak memakan daging tetapi ikan dan telur yang direbus matang, yang duduk di meja-meja yang rendah; yang memisahkan sejelai gandum ketika membuat roti dan melemparkannya ke dalam api; yang melakukan, atau mengetahui orang lain yang melakukan sunat; yang memanggil setan-setan, dan memberikan pada setan-setan tersebut kehormatan yang menjadi hak Tuhan; yang mengatakan bahwa hukum Musa adalah baik dan dapat memberikan keselamatan; yang melaksanakan ritual-ritual dan upacara-upacara lainnya yang serupa, yang mengatakan bahwa Tuhan kita Yesus Kristus bukan Mesias yang sebenarnya seperti yang dinyatakan oleh Alkitab, dan juga bukan Allah atau Putera Allah; yang menyangkal bahwa Ia mati untuk menyelamatkan umat manusia; menyangkal kebangkitan dan kenaikanNya ke surga; dan mengatakan bahwa Ibu kita Perawan Maria bukanlah ibu Tuhan atau bukan perawan sebelum kelahiran Tuhan ataupun sesudahnya; yang mengatakan dan menyetujui banyak kekeliruan ketakhyulan yang lainnya; yang menyatakan bahwa pengakuan yang telah mereka berikan di depan para inkuisitor tidaklah benar; yang melepaskan jubah pertobatan mereka dan tidak tetap tinggal di penjara ataupun melaksanakan hukuman yang dijatuhkan pada mereka; yang mengatakan hal-hal yang merupakan skalndal terhadap Iman Katholik kita yang kududs dan terhadap para petugas Inkuisisi; atau yang mempengaruhi para orang kafir lainnya yang mungkin akan masuk ke dalam Kekatholikan untuk tidak melakukan hal itu; yang menyatakan bahwa Sakramen Kudus di atas altar bukanlah tubuh dan darah yang sesungguhnya dari Yesus Kristus Penebus kita; dan bahwa Tuhan tidak mungkin maha hadir; atau pendeta manapun yang mempertahankan pendapat yang terkutuk ini; yang mengucapkan atau merayakan misa, tanpa mengatakan ucapan-ucapan kudus konsekrasi; menyatakan dan percaya bahwa hukum Muhammad dan ritual serta upacara-upacaranya adalah baik dan dapat memberikan keselamatan pada mereka; yang menyatakan persetujuan bahwa kehidupan hanyalah kelahiran dan kematian, dan bahwa tidak ada surga dan tidak ada neraka; dan menyatakan bahwa untuk melakukan praktik pembungaan uang bukanlah dosa; jika seseorang pria yang isterinya masih hidup, menikah lagi, atau seseorang wanita yang menikah kembali sepanjang suami pertamanya masih hidup; jika ada yang mengetahui adanya orang-orang yang mentaati adat-istiadat Yahudi, dan memberi nama anak-anak mereka pada malam ke tujuh setelah kelahiran anak itu dan dengan menggunakan peralatan perak dan emas di meja makan, dengan sukacita merayakan upacara Yahudi; dan jika ada yang mengetahui bahwa ketika seseorang meninggal, mereka menaruh secawan air dan menyalakan sebatang lilin dan beberapa serbet di tempat mana orang itu meninggal, dan untuk beberapa hari, tidak masuk ke ruangan itu; jika ada yang mengetahui tentang adanya upaya dari seorang Yahudi ataupun seorang yang telah beralih kepercayaan, untuk secara rahasia mengkhotbahkan hukum Musa dan mengalihkan orang lain masuk ke dalam kepercayaan ini, mengajarkan upacara-upacara yang juga berasal dari Musa, memberikan informasi mengenai tanggal-tanggal dari perayaan-perayaan dan saat-saat puasa, mengajarkan doa-doa Yahudi; jika ada yang mengetahui tentang seseorang yang berusaha untuk menjadi seorang Yahudi, atau, sebagai seorang Kristen berjalan ke luar negeri dengan berpakaian seperti seorang Yahudi; jika ada yang mengetahui tentang seseorang, yang telah beralih kepercayaan ataupun tidak, yang memerintahkan agar pakaiannya harus dibuat dan kain kasar dan bukan dari lenan, sebagaimana yang dilakukan seorang Yahudi yang baik; jika ada yang mengetahui adanya mereka yang, ketika anak-anak mereka mencium tangan mereka, menaruh tangan mereka pada kepala anak-anak mereka tanpa membuat gerakan Tanda (Salib); atau yang, setelah selesainya makan malam, memberkati anggur dan membagikannya kepada semua yang duduk di meja makan, yang merupakan pemberkatan yang disebut veraha; jika ada yang mengetahui tentang adanya rumah, yang digunakan sebagai tempat berkumpul dengan tujuan untuk melakukan suatu upacara keagamaan, atau membaca Alkitab dalam bahasa setempat atau melaksanakan upacara-upacara Yahudi lainnnya, dan jika ada yang mengetahui bahwa ketika seseorang bersiap untuk berangkat melakukan perjalan, sejumlah ucapan yang diambil dari hukum Musa disampaikan padanya, dan sebuah tangan ditaruh di atas kepalanya tanpa membuat Tanda (Salib). Dan jika ada yang mengetahui mengenai seseorang yang telah melaksanakan ketentuan-ketentuan Musa, atau menantikan kedatangan Sang Mesias, yang mengatakan bahwa Penebus dan Penyelamat kita Yesus Kristus belum datang dan bahwa sekarang Elisa akan datang dan membawa mereka ke tanah yang dijanjikan; dan jika ada seseorang yang mengetahui bahwa ada orang yang berpura-pura tidak sadarkan diri dan berjalan-jalan di surga dan bahwa seorang malaikat telah membawanya ke sebuah lapangan berumput hijau dan mengatakan padanya bahwa itu adalah tanah yang dijanjikan yang disediakan bagi setiap orang yang percaya yang akan ditebus oleh Elisa dari penawanan dimana mereka sekarang hidup; dan jika ada yang mengetahui bahwa ada seseorang atau sekelompok orang baik anak-anak ataupun cucu dari orang yang dikutuk, dan yang dianggap tidak memenuhi syarat, ternyata kemudian duduk pada suatu jabatan umum, atau turut dalam angkatan perang atau menggunakan pakaian dari sutera dan kain halus, atau menghiasi pakaian mereka dengan emas, perak, mutiara atau batu-batu berharga lainnya, atau menggunakan barang-barang lainnya yang tidak boleh mereka gunakan atau miliki; dan jika ada yang mengetahui bahwa ada seseorang yang mempunyai atau memiliki barang-barang, furnitur, uang, emas, perak, atau perhiasan lain yang telah disita yang sebelumnya adalah milik mereka yang telah dikutuk karena terlibat ketakhyulan, yang harus dibawa kepada petugas penerima barang-barang sitaan untuk kejatahan mempraktikkan ketakhyulan.—Dan kesmeua hal ini, yang telah dilihat, didengar atau diketahui, anda, orang-orang Kristen yang setia yang telah disebutkan di atas, telah, dengan hati yang dikeraskan, menolak untuk menyatakan dan memanifestasikan, secara hebat membebani dan menodai jiwa anda; berpikir bahwa anda telah diluputkan dengan keputusan dan pengampunan yang diterbitkan oleh bapa kudus kita, dan dengan janji-janji dan sumbangan yang telah anda berikan, yang dengan demikian anda telah mengundang pengucapan kalimat ekskomunikasi dan hukuman-hukuman berat lainnya di bawah hukum yang sah; dan dengan demikian anda dapat dijatuhi hukuman sebagaimana mereka yang telah mengalami ekskomunikasi dan sebagai pelaku dari ketakhyulan, dalam berbagai cara; tetapi, berharap demikian telah bertindak dengan bijaksana, dan agar jiaw anda tidak sampai terkhilang, karena Tuhan kita tidaklah menginginkan kematian dari seorang yang berdoa tetapi menginginkan reformasi dan kehidupannya; dengan kesemua hal ini, kami menghapuskan dan menangguhkan sensor yang telah dijatuhkan oleh para inkuisitor tersebut di atas terhadap anda, dengan syarat bahwa anda melaksanakan dan mematuhi syarat-syarat keputusan kami ini, yang memberikan suatu keharusan kepada kami, menasihati dan memerintahkan pada anda, dengan berdasarkan kebenaran dari kepatuhan yang kudus, dan di bawah ancaman hukuman berupa ekskomunikasi total, dalam waktu sembilan hari dari saat dimana keputusan ini telah dibacakan kepada anda, atau diberitahukan kepada anda dengan cara apapun juga, untuk menyatakan semua yang anda ketahu, telah anda lihat, dengar, atau anda dengar dikatakan dengan cara bagaimanapun, mengenai hal-hal dan upacara-upacara yang disebutkan di atas, dan untuk menghadap kepada kami secara pribadi untuk menyatakan dan memanifestasikan apa yang telah anda lihat, dengar, atau anda dengar dikatakan secara sembunyi-sembunyi, dengan tidak mengatakannya sama sekali kepada orang lain, atau memberikan kesaksian palsu terhadap siapapun. Apabila tidak, jika jangka waktu yang diberikan telah lewat, nasihat kanonis telah diulangi sesuai dengan hukum, akan diambil langkah-langkah untuk menetapkan dan melaksanakan hukuman berupa ekskomunikasi terhadap anda, sebagaimana ditentukan dalam dan dengan dokumen ini; dan melalui ekskomuniksai semacam itu, kami memerintahkan agar anda dinyatakan tidak diterima secara publik; dan jika, setelah masa waktu sembilan hari berikutnya, anda tetap berkeras dengan pemberontakan dan ekskomunikasi anda, anda akan di-ekskomunikasikan, disumpahi, dikutuk, diasingkan dan dipisahkan sebagai seseorang yang berasal dari iblis, dari ikatan dan keanggotaan dalam Gereja-Ibu yang kudus, dan sakramen-sakramen yang ada di dalamnya. Dan kami perintahkan kepada para vikar, rektor, pater, dan sakristan dan pribadi-pribadi keagamaan ataupun eklesiastika lainnya untuk menganggap dan memperlakukan orang yang seperti disebutkan di atas sebagai seseorang yang telah diekskomunikasikan dan dikutuk karena telah mendatangkan murka dan amarah Allah yang Maha Kuasa, dan Perawan Maria yang kudus, Ibunya, dan rasul Santo Petrus dan Santo Paulus yang dikuduskan, dan semua orang kudus di Kerajaan Surga; dan kepada pemberontak dan pembangkang seperti itu yang menutup-nutupi kebenaran mengenai hal seperti yang disebutkan di atas, semoga semua tulah dan mala-petaka yang telah dijatuhkan kepada Raja Firaun dan penghuni istananya karena ketidak-taatannya pada perintah-perintah ilahi, dan hukuman yang sama berupa ekskomunikasi ilahi melanda mereka sebagaimana yang terjadi pada penghuni kota Sodom dan Gomora yang kesemuanya musnah dalam api; dan seperti Athan dan Abiron yang ditelan ke dalam bumi karena kelalaian yang amat sangat dan dosa-dosa yang mereka lakukan dalam ketidak-taatannya, dan pemberontakan terhadap Allah Tuhan kita; dan semoga mereka dikutuk saat mereka makan dan minum, saat mereka berjalan dan tidur, dalam saat keluar maupun masuk. Terkutuklah mereka saat hidup dan mati, dan semoga mereka semakin dikeraskan dalam dosa-dosa mereka, dan semoga iblis selalu ada di sisi mereka; semoga pekerjaan mereka penuh dengan dosa, dari hari-hari mereka pendek dan penuh kengerian; dan semua milik mereka dinikmati oleh orang lain, dan anak-anak mereka menjadi yatim-piatu, dan isteri mereka menjanda. Semoga anak-anak mereka selalu berkekurangan, dan semoga tak akan ada yang menolong mereka; semoga mereka terusir dari rumah-rumah mereka dan harta-benda mereka diambil oleh tukang riba; dan semoga mereka tidak dapat menemukan seseorangpun yang berbelas kasihan pada mereka; semoga anak-anak mereka menjadi rusak dan terbuang, dan juga nama-nama mereka; dan kejahatan mereka terus tinggal dalam ingatan ilahi. Semoga musuh-musuh mereka meluluh-lantakkan mereka dan menjarah mereka dari segala apa yang mereka miliki di dunia; dan semoga mereka meminta dari pintu ke pintu tanpa pernah mendapatkan. Semoga doa-doa mereka menghasilkan mala-petaka; dan terkutuklah roti dan anggur, daging dan ikan, buah dan makanan lainnya yang mereka makan; demikian pula terkutuklah rumah yang mereka tempati dan kain yang mereka kenakan, binatang yang mereka tunggangi dan ranjang dimana mereka tidur, dan meja-meja dan serbet-serbet yang mereka gunakan untuk makan. Terkutuklah mereka menjadi milik Iblis dan Lusifer dan semua setan di neraka, dan kesemua mereka itu yang akan menjadi tuannya, dan menyertai mereka sepanjang malam dan sepanjang siang. Amin. Dan ada orang-orang yang mendatangkan ekskomunikasi dan mala-petaka sebagaiman yang disebutkan di atas, masih tetap berkeras hati untuk masa waktu satu tahun, mereka akan dianggap sebagai ketakhyulan itu sendiri, dan harus diadili di dalam proses yang sama seperti yang dilakukan kepada dukun ataupun tersangka kriminalitas ketakhyulan.

Dikeluarkan pada tanggal ....Maret, dalam penanggalan Allah Tuhan kita, seribu lima ratus dua belas.”

 

Nullus omoveat sub pena excommunicationis.

 

(Butir: Tidaklah berlaku pengakuan yang dilakukan pada penerima pengakuan untuk membeli peluputan dari ucapan ekskomunikasi yang mungkin diberikan kepada seorang penganut takhyul, dari sejak saat kejahatan itu dilakukan.)

(Butir: Setiap orang yang mengetahui apapun juga dari hal-hal yang disebutkan dalam keputusan ini, atau mengenai ketakhyulan lainnya, dan tidak segera tampil untuk melaporkan dan menyatakan hal tersebut, dengan ini diekskomunikasikan dan tidak dapat diluputkan oleh para penerima pengakuan mereka.)

  El doctor                     De Mandato sue
  Palacio, inquisidor.      Reverende paternitatis,
                                     Petrus Sorell, notarius.