Jemaat Jemaat Allah Al Maséhi

 

[200]

 

 

 

 

Kasih dan Struktur Hukum [200]

 

(Edisi 1.1 19970830-19990610)

 

 

Makalah ini membahas secara khusus penjelasan dikeluarkannya hukum dari sudut karakter Allah. Makalah ini membahas mengenai struktur hukum dalam dua perintah utama dan sepuluh hukum yang disimpulkan menjadi dua perintah. Kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama menjadi dasar dari semua hukum-hukum turunan yang lain yang dihasilkan dari kedua perintah utama dan kesepuluh perintah Allah pertama, dan dengan demikian, pada kedua perintah utama bergantunglah semua hukum Taurat dan kitab para nabi.

 

 

 

Christian Churches of God

PO Box 369,  WODEN  ACT 2606,  AUSTRALIA

 

E-mail: secretary@ccg.org

 

 

(Hak Cipta ã 1997, 1999 Wade Cox)

 

Karya ini dapat diperbanyak dan didistribusikan secara bebas dengan syarat bahwa disalin secara utuh tanpa perubahan ataupun penghapusan kata. Nama dan alamat penerbit serta pernyataan Hak Cipta harus disertakan. Tidak ada biaya yang dikenakan pada penerima salinan yang didistribusikan. Kutipan sigkat dapat dimasukkan ke dalam artikel kritik ataupun resensi tanpa melanggar ketentuan hak cipta.

 

Karya tulis ini tersedia di situs World Wide Web:
http://www.logon.org and http://www.ccg.org

 


 

Kasih dan Struktur Hukum [200]



Allah adalah kasih (1Yohanes 4:8,16).

 

1Yohanes 4:7-21 Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. 8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. 9 Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya. 10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. 11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. 12 Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasihNya sempurna di dalam kita. 13 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam RohNya. 14 Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus AnakNya menjadi Juruselamat dunia. 15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. 16 Kita telah mengenal dan telah peercaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. 17 Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. 18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. 19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. 20 Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya. 21 Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.

 

Kutipan ayat dari 1Yohanes mengembangkan tema bahwa Allah adalah kasih dan bahwa kasih terhadap sesama adalah sebuah demonstrasi dari kesempurnaan kasih Allah di dalam diri kita, dan kenyataan bahwa Allah tinggal di dalam diri kita. Kita melihat dari kutipan ayat tersebut bahwa Allah adalah kasih dan bahwa tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Allah mengirim anakNya ke dalam dunia supaya kita dapat hidup melalui Dia.

 

Dari karya tulis Perbedaan Dalam Hukum [096] dan Pemerintahan Allah [174] kita melihat bahwa ada dua elemen dalam iman. Yang pertama adalah pengetahuan akan Allah. Inilah yang disebut dengan istilah Teologia. Elemen yang ke dua adalah pengetahuan akan kehendak Allah. Kehendak ini merupakan perpanjangan dari karakter Allah yang kudus dan diistilahkan dengan ekonomi keselamatan sebagai sistem pengaturan hukumNya. Hukum ini adalah hukum Eloah (Ezra 7:14) dan Ia adalah obyek dari penyembahan dan korban di baitNya dimana Ia telah membuat namaNya tinggal di dalam bait itu (Ezra 6:8,9,10,12). Demikianlah kita membicarakan tentang satu-satunya Allah yang benar (Yohanes 17:3) yang secara keseluruhan bersifat tunggal dan yang adalah Eloah.

 

Kita juga mengetahui bahwa Allah adalah benar (Ezra 9:15), sempurna (Matius 5:48), kudus (Imamat 19:2), baik (Mazmur 34:8), adil (Ulangan 32:4). Kita tahu bahwa hukum Allah adalah benar (Mazmur 119: 172), sempurna (Mazmur 19:7), kudus (Roma 7:12), baik (Roma 7:12), adil (Mazmur 119:142).

           

Dari kutipan ayat-ayat tersebut, kita memperoleh deduksi bahwa karakter Allah dicerminkan melalui hukumNya. Oleh sebab itu, kenyataan bahwa Allah adalah kasih harus dicerminkan juga melalui hukum Allah adalah kasih. Allah tidak pernah berubah (Maleakhi 3:8). Secara spesifik Allah menghubungkan ayat ini dengan perpuluhan, karena perpuluhanlah yang oleh sebagian besar manusia dirusak, ketika mereka mengganti sistem yang telah ditentukan oleh Allah. Perpuluhan adalah sebuah tanda tentang kedatangan Allah kembali dan seluruh bangsa dikutuk dari sudut ini karena kegagalan mereka dalam mempelajari hukum. Mereka yang terpilih ikut mangambil bagian dalam karakter Allah (2Petrus 1:4). Dunia perlu menjaga hukum-hukum Allah dan dihukum karena mereka tidak menjaga hukum (Mazmur 55:19, lihatlah makalah Perbedaan Dalam Hukum [096].

 

Mentaati kesemua perintah Allah adalah penting dalam mengenal kasih Allah (1Yohanes 2:3-4; 3:22; 5:3) dan juga Kristus (Yohanes 14:15,21). Merupakan faktor yang penting juga dalam kita menerima dan memelihara Roh Kudus (Yohanes 14:21; 1Yohanes 3:24; Kisah Para Rasul 5:32).

           

Pelanggaran atau pengajaran yang sesat atau meremehkan hukum Allah dilarang oleh Kristus (Matius 5:19). Sunat atau tidak bersunat tidak berarti apapun selain mentaati perintah Allah. Perbedaan dalam hukum yang ditunjukkan dalam ayat Alkitab seperti dalam Galatia 3:10 diterangkan dalam makalah Perbedaan Dalam Hukum [096] dan juga dalam Cara Kerja Hukum Allah – atau MMT [104].

 

Ada sebuah struktur dalam hukum  yang menunjukkan seluruh aspek mengenai kasih Allah. Aspek kasih ini diidentifikasikan sebagai sesuatu dalam dua aspek yang berbeda tentang hukum. Kristus mengidentifikasi hukum sebagai sesuatu yang berlandaskan kasih.

 

Matius 22:34-40  Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka 35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: 36 “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” 37 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang ke dua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

 

Dari ayat ini kita melihat bahwa seluruh struktur hukum Allah dan kitab para nabi bergantung pada kedua Perintah Utama. Dengan demikian kita melihat bahwa bahkan kesepuluh hukum Taurat dibentuk dalam kedua perintah utama  ini. Berarti ada sebuah struktur atau hirarki di dalam hukum yang berasal dari kedua perintah utama ini, yang berjalan dan yang terus berjalan melebihi kesepuluh hukum Taurat, hingga kepada hukum-hukum yang lain. Contohnya, percabulan dan homoseksualitas tidak ditemukan atau dilarang di dalam kesepuluh hukum Taurat. Mereka ditemukan sebagai bentuk yang diturunkan dari hukum yang tidak berhubungan dengan keduanya namun bergantung pada kesepuluh hukum yang kemudian ternyata bergantung pada pada kedua perintah utama (karya-karya tulis Seri Hukum [252-263]).

           

Perintah Utama yang pertama ditemukan di dalam kitab Ulangan 6:5 “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Yang ke dua mirip seperti yang pertama. Dengan demikian, kedua hukum ini mencerminkan karakter Allah yang sama dan penerapan hukum yang sama. Yang ke dua tertulis di dalam kitab Imamat 19:18 “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah Tuhan”.

           

Interpretasi kutipan ayat ini dalam pengertian yang sempit dibuat oleh para rabi atau para guru agar mereka tidak perlu memperdalam pengertian hukum kepada orang awam.  Dengan demikian mereka telah menyalahgunakan hukum. Sistem Katolik lama mencoba melakukan yang sama pada zaman abad pertengahan, dengan membuat pernyataan bahwa perikatan-perikatan yang dibuat oleh non-Katolik tidak perlu dipatuhi. Lebih khusus lagi, mereka memperjual-belikan toleransi terhadap pelanggaran-pelanggaran yang belum dibakukan dalam nilai-nilai ketentuan resmi. Hal ini, tentu saja merupakan pencemoohan yang memalukan terhadap hukum-hukum Allah. Kristus menjawab perbantahan palsu tentang hukum dengan jawaban yang sangat tegas.

 

Lukas 10:25-37  Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Gruru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” 26 Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca disana?” 27 Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” 28 Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” 29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” 30 Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. 32 Demikian juga seorang Lewi datang ketempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah harinya oleh belas kasihan. 34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. 35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada kepada pemilik penginapan itu, katanya; Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali. 36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” 37 Jawab orang itu; “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

 

Perintah Utama yang pertama dibagi menjadi empat elemen yang tercerminkan di dalam empat perintah pertama yang terdapat di dalam kitab Keluaran 20 dan juga kitab Ulangan 5.

 

Keluaran 20:1-11 Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: 2 “Akulah Tuhan Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. 3 Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu. 4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. 5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ke tiga dan ke empat dari orang-orang yang membenci Aku, 6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu. 7 Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan. 8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: 9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 10 tetapi hari ke tujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 11 Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

 

Gereja Katolik Roma mencoba untuk menggabungkan hukum yang ke dua dengan yang pertama, dan oleh karena itu maksud dari hukum yang ke dua menjadi tidak jelas.  Hal ini menyebabkan mereka hanya memiliki sembilan hukum. Oleh sebab itu mereka memecah hukum ke sepuluh menjadi dua dengan menggunakan versi dalam kitab Ulangan yang meletakkan kata istri sebelum kata rumah, dan dengan demikian hukum ke sepuluh yang menyangkut masalah keinginan dipecah menjadi dua hukum – satu tentang mengingini istri dan yang lain tentang mengingini barang-barang. Masalahnya, versi dalam kitab Keluaran menuliskannya demikian untuk menunjukkan bahwa meskipun kata istri ditulis di depan kata rumah namun isi hukum ke sepuluh adalah tetap mengenai keinginan. Kita akan menelitinya di bawah.

 

Perintah untuk mengasihi Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap akal budimu dan dengan segenap jiwamu diterangkan dalam ke empat perintah pertama dari sepuluh perintah Allah. Dari ke empat perintah ini telah diturunkan sejumlah aspek hukum yang bergantung, atau memberi arti, pada penerapannya. Dengan demikian, kesepuluh perintah Allah tidak berdiri sendiri sementara hukum Tuhan tidaklah terpisah dari yang kesepuluh perintah tersebut. Dengan cara ini, seperti yang dikatakan Kristus, tidak ada satu iota atau titik (tanda koma yang terkecil atau tanda baca yang lain yang digunakan untuk menulis ayat tersebut), yang akan hilang dari hukumNya sebelum semua hukum itu terpenuhi.

 

Matius 5:17-20  Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat sebelum semuanya terjadi. 19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. 20 Maka Aku berkata kepadamu; Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

 

Ayat ini mengatakan kepada kita bahwa Kristus taat kepada Allah dan bahwa hukum yang diberikan di gunung Sinai akan terus digunakan untuk membawa pertobatan dan penghakiman kepada dunia. Demikianlah hukum tersebut berdiri sendiri dalam konteks waktu secara fisik. Oleh sebab itu argumentasi Kristen modern yang menentang hukum tersebut adalah sesat.

 

Hirarki hukum, didasarkan pada struktur turunan seperti berikut: pertama adalah Perintah Utama yang pertama, perintah yang pertama, perintah yang ke dua, perintah yang ke tiga, perintah yang ke empat.

 

Perintah yang pertama telah diteliti dalam makalah Perintah Allah Yang Pertama: Dosa Iblis [153] dan Hukum Dan Perintah Yang Pertama [253]. Perintah yang pertama yang mengatakan untuk tidak memiliki allah lain di hadapan Allah bersifat sangat umum seperti halnya perintah-perintah yang lain.

           

Hukum-hukum yang berhubungan bahkan sampai pada pengenaan pita biru pada pakaian, diidentifikasikan sebagai bagian yang sangat penting dalam perintah ini (lihat J R Rushdoony Institutes of Biblical Law, Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1973, hal 22); (juga karya tulis Pita Biru [273]).

 

Perintah yang pertama disusun sebagai berikut: Perintah Pertama: Jangan ada padamu allah lain dihadapanKu. Struktur turunan: Shema (doa harian Yudaisme) dan prinsip-prinsip dari sub-struktur Kesepuluh Perintah Allah.

 

Ulangan 6:4-9 Dengarlah hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! 5Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. 6Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. 8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang didahimu, 9dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

 

Demikianlah, kesepuluh perintah bergantung pada perintah yang pertama, dan yang pertama merupakan turunan dari Perintah Utama yang pertama. Elemen pertama dari perintah yang pertama ini memiliki struktur-struktur berikut yang membuatnya menjadi sebuah matriks yang berhubungan dengan yang lain. Struktur-struktur tersebut adalah: komitmen total secara fisik, intelektual, dan rohani kepada satu Allah yang benar yang adalah Bapa. Sebagai contoh, komitmen ini ditunjukkan dalam: penyembahan melalui etika berpakaian. Hukum ini harus dimasukkan ke dalam hati dan dengan demikian akan tercerminkan melalui perkataan dan perbuatan. Harus diajarkan kepada anak-anak melalui kehidupan sehari-hari, baik di dalam rumah maupun di luar. Hukum itu sendiri akan menjadi sebuah tanda bagi bangsa perjanjian milik Allah. Prinsip dasar dari Shema tercerminkan dalam aspek tunggal Allah – Shema Israel Yahovah Elohenu Yahovah Ehad (Companion Bible dan Soncino commentaries). Konsep ini melarang Tritunggal sebagai penyembahan yang sesuai hukum. Rushdoony gagal dalam menangkap aspek ini (lihat karya tersebut di atas, hal 16). Konsekwensi untuk filosofi hukum dan struktur hukum adalah bahwa hanya ada satu pembuat hukum yang mungkin dan itu berarti Satu Allah: Satu Hukum. Polytheism membolehkan adanya sejumlah sistem hukum, dan sifatnyapun tidak universal karena bukan Allah yang mengeluarkannya dan dengan demikian hukum menjadi sebuah metode. Hukum dihasilkan dari karakter Allah seperti yang telah kita lihat dan oleh sebab itu hanya ada satu pembuat hukum yang mungkin. Jadi, satu perubahan didalam hukum melibatkan satu perubahan didalam karakter Allah dan Allah telah berkata melalui hamba-hambaNya yaitu para nabi bahwa ia tidak pernah berubah (Maleakhi 3:6). Oleh sebab itu, hukumNyapun tidak berubah, demikian juga dengan janji-janjiNya.

 

Filosofi dari hukum manusia mendasarkan dirinya sendiri pada segala sesuatu yang positif dan dengan demikian berarti tidak bersifat absolut. Hukum itu mencoba untuk memaksakan sebuah sistem legal internasional di bumi ini, yang didasarkan pada struktur yang tidak memiliki kesempurnaan dan pasti akan gagal. Perjuangan untuk memiliki kontrol atas sistem legal internasional dapat dilihat pada esensinya adalah pertentangan politis dan agama. Agar pemerintahan dunia baru dapat diterima, maka absolutisme agama harus ditiadakan dan dengan demikian teologi proses modern dari sistem multi-faset Gerakan Jaman Baru (New Age Movement) dikembangkan. Isinya menyatakan bahwa tidak ada kebenaran dalam pengertian kebenaran yang sempurna dan menyangkal hak pengakuan kebenaran dari semua sistem keagamaan. Yang berarti, tidak boleh ada kegiatan penginjilan yang diijinkan oleh sistem manapun. Tentu saja hal ini sangat keliru dan hanya akan menghasilkan peperangan dan penghancuran final terhadap bumi ini. Inilah titik klimaks final dari peperangan yang dimulai di surga yang dikobarkan oleh mereka yang telah jatuh ke dalam dosa. Oleh sebab itu, Shema adalah pusat dari struktur dalam kedua tingkat eksistensi ini. Hanya ada satu hukum dan dan satu pemerintahan dan satu kebenaran (lihat karya tulis Kebenaran [168]) dan segala yang lain harus lalu.

 

Porsi ke dua dari Shema dikumandangkan dalam Ulangan 10:12-13.

 

Ulangan 10:12-13: “Maka sekarang hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh Tuhan Allah selain dari takut akan Tuhan Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkanNya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, 13 berpegang pada perintah dan ketetapan Tuhan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini supaya baik keadaanmu.”

 

Jadi, yang dituntut oleh Yehova adalah takut kepadaNya, berjalan menurut jalanNya, mengasihi Dia, beribadah kepadaNya dan berpegang pada perintah dan ketetapan Yehova untuk kebaikan kita.

 

Jadi, hukum memberikan kebaikan bagi umat manusia. Manusia tidak memberikan kebaikan kepada Allah dengan melakukan hukumNya. Manusia memberkati dirinya sendiri dengan mengenakan karakter Allah dan melayaniNya agar Allah menjadi segalanya di dalam segala sesuatu (Efesus 4:6).

 

Kasih Allah juga dicerminkan dalam hubungan kita dengan sesama dalam pernyembahan dan bukan hanya dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

Pelanggaran terhadap hukum yang pertama terjadi bila penyembahan kita kurang memiliki iman yang memproklamirkan Firman Allah. Dengan demikian, bentuk doa yang tidak memiliki arti dan diulang-ulang melanggar perintah yang pertama. Hal serupa juga berlaku pada kewajiban yang lain, yaitu pendidikan bangsa perjanjian, dalam pelaksanaan hukum perjanjian yang diperlukan, seperti yang dinyatakan dalam firman. Respon terhadap anugrah adalah dengan memelihara hukum (lihat karya tulis Hubungan Antara Anugrah Keselamatan Dan Hukum Allah [082]. Pendidikan terhadap umat pilihan didasarkan pada kenyataan bahwa Allah membebaskan kita dari ikatan agar Ia dapat memelihara kehidupan kita. Ia memerintahkan kita untuk melakukan semua ketetapanNya untuk selalu takut kepada Allah demi kebaikan kita (Ulangan 6:20-25). Kegiatan ini merupakan sesuatu yang bersumber dari kasihNya kepada kita. Rushdoony menyatakan tentang ayat dalam Ulangan 6:20-25 dan khususnya ayat 24 bahwa tidak ada yang dapat digunakan sebagai pembenaran untuk menyingkirkannya dari isi Perjanjian Lama ataupun Baru (Rushdoony, dalam karya tersebut di atas, hal.23).

 

Dengan dasar ilmu relativitas atau hukum pragmatika (baik tentang ilmu positif atau relativitas atau keberadaan atau teologi berjenis proses yang lain) tidak ada dasar apapun untuk pemersatuan di bawah hukum. Argumentasi seperti ini hanya terletak pada penipuan oleh setiap individu, karena tidak ada sistem pemerintahan hukum yang sempurna.  Pada masa Hakim-hakim, semua orang melakukan apa yang benar menurut pandangan matanya sendiri (Hakim-hakim 21:25; 17:6; 18:1; 19:1). Mereka telah menolak Allah sebagai raja dan mereka belum melihat logika dari kesulitan mereka. Namun, mereka tidak kembali kepada Allah. Mereka meminta seorang raja secara fisik dan karena itu mereka menjadi semakin tenggelam di bawah kelemahan sistem tersebut. Pemisahan di bawah sususan sosial ini sedang terjadi pada bangsa yang berbahasa Inggris. Kapasitas mereka untuk tetap berada sebagai orang yang bebas secara serius sedang diragukan. Gereja-gereja berjatuhan ke dalam anarkhi yang tidak berakal yang disebabkan oleh kegagalan untuk memahami pentingnya kesatuan dari kebenaran dan ketunggalan Allah. Hukum Allah itu konsisten karena Allah adalah tunggal dan kebenaran adalah tunggal. Hukum Allah merupakan satu kesatuan yang utuh. Kekristenan telah menyimpangkan hal ini dan kaum Trinitarianis tidak memahami peranannya dalam hal ini (lihat sebagai contoh Ruhdoony, hal 18-19).

 

Seseorang tidak dapat mengasihi Allah tanpa ketaatan dan tanpa memelihara perintah-perintahNya. Mereka itu, melalui kesetiaan, adalah bukti kasih. Oleh sebab itu, melakukan sesuatu yang benar tidak akan berarti apapun kecuali jika kasih intrinsik kepada Allah adalah elemen utamanya. Kasih itu adalah jika kita memelihara perintah-perintahNya (lihat karya Darby On the Law, hal 3-4). Konsep bahwa hukum itu sendiri dapat memberikan keselamatan adalah kesalahan dari ilmu legalitas yang menyebabkan Yehuda jatuh.

 

Yohanes 5:30-47  Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil, sebab Aku tidak menuruti kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku. 31 Kalau Aku bersaksi tentang diriKu sendiri, maka kesaksianKu itu tidak benar; 32 ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikanNya tentang Aku adalah benar. 33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; 34 tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. 35 Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahanya itu. 36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. 37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suaraNya, rupaNyapun tidak pernah kamu lihat, 38 dan firmanNya tidak menetap didalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutusNya. 39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, 40 namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu. 41 Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. 42 Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. 43 Aku datang dalam nama BapaKu dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. 44 Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? 45 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. 46 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepadaKu, sebab ia telah menulis tentang Aku. 47 Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”

 

Yohanes 5:42 menunjukkan bahwa karena Kasih Allah yang tidak berada di dalam diri mereka membuat mereka tidak dapat mendengar Musa dan mereka menyalah-artikan maksud dari hukum yang diberikan kepada Musa. Kristus sendiri berkata bahwa kehidupan kekal tidak tinggal dalam ayat Alkitab. Kehidupan kekal adalah suatu pengetahuan mengenai satu Allah yang benar dan Yesus Kristus yang Ia kirim (Yohanes 17:3). Oleh sebab itu, pengetahuan tentang Allah adalah persyaratan yang penting. Kemuliaan yang datang dari sesama manusia bukanlah kemuliaan yang datang dari Allah yang esa. Kristus berkata bahwa Bapa adalah satu-satunya Allah yang benar seperti tertulis dalam Yohanes 5:44. Dari kejatuhan Yehuda, Musa mendakwa mereka di hadapan Bapa karena mereka telah menyalah-artikan hukumNya yang diberikan kepada Musa melalui Mesias. Perlu dicatat juga bahwa Kristus menyatakan dengan jelas bahwa tidak ada seorangpun yang pernah mendengar suara Allah diwaktu kapanpun. Kemudian, siapa yang telah berbicara pada saat Kristus dibabtiskan (Matius 3:17; Markus 1:11)? Kemungkinannya hanya dua, salah seorang malaikat  yang berbicara atas nama Bapa, atau Roh Kudus yang membuat kesan dalam pikiran orang-orang sebuah konsep yang mereka dengar seperti sebuah suara.

 

Janji yang dibuat untuk para keturunan Abraham tidak dibuat dalam konsep pemeliharaan hukum, namun melalui konsep iman. Allah adalah kasih dan kebebasan yang terkandung di dalam hukum membuat kita dibenarkan oleh iman dan diikat dengan Allah di dalam Roh Kudus. Dari proses ini kita melihat janji yang diberikan kepada Abraham diturunkan kepada orang-orang pilihan melalui iman.

 

Roma 4:13-25  Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman. 14 Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan batallah janji itu. 15 Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi dimana tidak ada hukum Taurat, disitu tidak ada juga pelanggaran. 16 Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, 17 seperti ada tertulis: “Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa” di hadapan Allah yang kepadaNya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firmanNya apa yang tidak ada menjadi ada. 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan; “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” 19 Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. 20 Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidak-percayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, 21 dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.

 

Kita dibenarkan oleh kebangkitan Yesus Kristus, yang dibangkitan Allah. Karena iman kita terletak didalam Dia yang telah membangkitkan Yesus Kristus dari kematian. Kristus dihukum mati karena pelanggaran-pelanggaran kita dan dibangkitan untuk pembenaran kita. Jadi, kita diselamatkan bukan karena perbuatan-perbuatan kita. Paulus menjelaskan persoalan rumit mengenai anugrah keselamatan oleh Yesus Kristus ini di dalam Roma 5:1-21.

 

Roma 5:1-5  Sebab itu kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. 2 Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. 3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

 

Di dalam bagian yang pertama ini, Paulus menunjukkan kepada kita bahwa karena kita dibenarkan oleh iman, maka kita dapat hidup damai dengan Allah melalui Tuhan kita Yesus Kristus. Melalui Kristuslah kita memperoleh jalan masuk ke dalam kasih karunia yang diatasnya kita berdiri. Pengharapan kita adalah ikut berbagi kehidupan kekal di dalam kemuliaan Allah seperti yang telah dikatakan Kristus di dalam Yohanes 17:3,5,24. Kita belajar tekun oleh perkara-perkara yang kita derita seperti Kristus belajar tekun oleh apa yang dideritaNya. Kita tidak dikecewakan oleh pengharapan kita karena kasih Allah yang dicurahkan di dalam diri kita melalui Roh Kudus.

 

Roma 5:6-11  Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. 7 Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati – 8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. 9 Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. 10 Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan pasti akan diselamatkan oleh hidupNya! 11 Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.

 

Kita diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Kristus ketika kita masih seteru. Mengapa? Karena keinginan daging adalah perseteruan dengan Allah (Roma 8:7). Kita akan melihat bagaimana hal ini terjadi. Dosa masuk ke dalam dunia bersama dengan ketidak-taatan satu orang – Adam. Meskipun demikian, ketidak-taatan itu tersebar kepada semua manusia karena semua manusia berdosa. Hal ini mempunyai implikasi yang besar terhadap doktrin dosa asal. Doktrin tersebut telah diteliti secara terpisah (Doktrin Mengenai Tentang Dosa Asal Bagian I Taman Eden [246] dan Doktrin Tentang Dosa Asal Bagian 2 Generasi Adam [248]).

 

Roma 5:12-14  Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satuorang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada seomua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. 13 Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. 14 Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.

 

Dosa telah ada di dunia meskipun tidak diperhitungkan karena tidak ada hukum Taurat. Ada dosa, dan karenanya hukum harus ada sebagai dasar alami penciptaan dan pengaturan bumi. Dosa telah ada – meskipun mereka tidak berbuat dosa sama seperti dosa yang dibuat oleh Adam.

 

Roma 5:15-17 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. 16 Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. 17 Sebab, jika oleh dosa satu orang maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karuia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.

 

Dosa Adam dan dikutuknya bumi ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa keselamatan bumi juga dapat dicapai oleh satu orang – Yesus Kristus. Karena tanpa pengertian akan kegagalan Adam yang pertama, kita tidak akan dapat mengerti keselamatan yang dengan sukses dilakukan oleh Adam ke dua. Keselamatan oleh Kristus melalui karunia dan anugerah Allah memampukan kita untuk mencapai suatu hubungan yang lebih tinggi dengan Bapa dalam kesempurnaan hukum yang bebas.

 

Roma 5:18-21  Sebab itu sama seperti satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. 19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. 20 Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, disana kasih karunia menjadi berlimpah, limpah, 21 supaya sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuaa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

 

Oleh sebab itu, melalui ketaatan datanglah keselamatan dan melalui kasih karunia anugrah keselamatan diperluas untuk semua sehingga kita dapat hidup untuk kemuliaan Allah di dalam ketaatan yang kita temukan melalui kasih karunia Allah. Kita tahu bahwa kita dapat taat karena kasih Allah yang dicurahkan kepada kita di dalam Roh Kudus (Roma 5:5).

 

Lalu kasih karunia manakah yang akan tetap tinggal jika kita terus berbuat dosa? Tidak ada sama sekali. Kita telah mati terhadap dosa. Bagaimana kita dapat hidup di dalamnya? Dan dosa adalah pelanggaran hukum.

 

Roma 6:1-4 Jika demikian, apakah yanghendak kita katakana? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? 2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup didalamnya? 3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya? 4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

 

Kita dibaptiskan dalam kematian Kristus. Oleh sebab itu, manusia lama yang mati dahulunya mati di hadapan Allah dan kehidupan kekal dihidupkan oleh kasih Allah. Kristus dibangkitkan sebagai anak Allah di dalam kuasa kebangkitanNya dari kematian (Roma 1:4). Ia dibangkitkan, seperti yang kita lihat, dari kematian oleh kemuliaan Bapa dan bukan oleh kekuatanNya sendiri. Demikian juga, kita dibuat berjalan di dalam kehidupan yang baru oleh kemuliaan Bapa yang sekarang tinggal di dalam kita melalui kuasa Roh Kudus. Kita mati terhadap dosa di dalam Kristus, supaya tubuh kita tidak lagi diperbudak di dalam dosa karena tubuh yang penuh dosa telah dihancurkan; Kristus mati untuk dosa sekali untuk selamanya. Hidup yang Ia jalani, Ia jalani untuk Allah. Demikian juga, kita hidup untuk Allah, dimatikan di dalam dosa dan hidup untuk Allah di dalam Kristus Yesus (Roma 6:5-11).

 

Roma 6:12-14  Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi didalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. 13 Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. 14 Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada dibawah hukum Taurat, tetapi dibawah kasih karunia.

 

Kasih Allah sekarang berada di dalam kita melalui kasih karuniaNya dan oleh sebab itu kita mampu untuk taat sampai mati karena kita tidak lagi berada di bawah ikatan dosa.

 

Lalu, apakah kita masih berdosa? Tidak. Dosa adalah pelanggaran hukum. Dengan demikian, kita taat kepada Allah sebagai hamba Allah. Jika kita berdosa, kita adalah hamba dari dosa dan kedagingan dan karenanya kita menjadi subyek kematian. Kita adalah hamba ketaatan yang memimpin ke dalam kebenaran (Roma 6:15-17). Lalu, taat terhadap apa?

 

Roma 6:17-19  Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. 18 Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. 19 Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.

 

Kebenaran adalah keadilan dan keadilan adalah ketaatan kepada hukum Allah melalui kuasa Roh Kudus. Kita tidak dapat berbalik kepada hal-hal yang membuat kita merasa malu karena akhir dari semua hal tersebut adalah kematian (Roma 6:20-21).

 

Kita telah dibebaskan dari dosa dan menerima anugrah hidup kekal. Anugrah itu mengalir dari pengetahuan tentang Allah dan anakNya Yesus Kristus.

 

Roma 6:22-23  Tetapi sekarang setelahkamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. 23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

 

Kita sekarang telah mati bagi hukum Taurat  supaya kita tidak melayani di bawah tulisan kode tua namun di bawah roh hukum itu sendiri (Roma 7:4-6).

 

Melalui hukum, kita mengerti dosa. Keserakahan tidak datang dari pengertian akan hukum. Pengetahuan mengenai apa yang disebut dengan keserakahan datang dari pengertian akan hukum. Kuasa untuk tidak menjadi serakah tidak datang dari hukum, namun dari anugrah Allah yang telah memberikan Roh Kudus supaya kasih Allah tinggal di dalam diri kita. Bagaimana kita dapat mengasihi sesama kita jika kita serakah terhadap apa yang ia miliki? Apabila kita mengingini apa yang dimiliki sesama kita, kita iri dan berarti kita kita telah membunuh dan mencuri. Apabila kita meletakkan hal lain di atas hukum Allah, berarti kita telah melanggar hukum pertama, dan berarti keseluruhan hukum juga telah kita langgar. Tanpa Roh Kudus, dosa yang timbul dari kejahatan pikiran menemukan kesempatan dan membunuh seseorang karena tanpa kasih Allah di dalam Roh Kudus, dosa telah mengalahkan kapasitas seseorang untuk mentaati hukum.

 

Dengan demikian, bukanlah hukum itu yang menjadi persoalan; yang menjadi persoalan adalah kelemahan seseorang yang tidak dapat mengalahkan dosa tanpa kuasa Roh Kudus yang diberikan oleh kasih Allah melalui ketaatan anakNya. HukumNya adalah kudus dan perintah-perintahNya adalah kudus dan adil dan baik, karena Allah adalah kudus dan adil dan baik. Roma 7:12. Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.

 

Paulus tidak dapat mengalahkan dosa secara keseluruhan. Hawa nafsu kedagingan berperang dengan keinginan hati dan kasih Allah di dalam Roh Kudus.

 

Roma 7:13-25  Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa. 14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. 15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. 16 Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. 17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada didalam aku. 18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku yaitu didalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada didalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. 19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. 20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam didalam aku. 21 Demikianlah aku dapati hukum ini; jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. 22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, 23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada didalam anggota-anggota tubuhku. 24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? 25 Syukur kepada Allah! Yesus Kristus, Tuhan kita. 26 Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.

 

Bukan dengan kekuatan kita sendiri kita dapat mengalahkan dosa melainkan dengan kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam kita. Tidak ada lagi kutuk bagi mereka yang tinggal di dalam Kristus. Apakah ini berarti bahwa mereka tidak lagi berada di bawah keperluan untuk taat kepada Allah karena Ia telah memberikan hukum kebebasanNya kepada Mesias melalui Musa? Tidak. Hukum-hukum bait Allah dan persembahan telah diberikan, digenapi sekali untuk selamanya di dalam Kristus Yesus. Hukum-hukum penyembahan kepada Allah tidak digenapi sama seperti itu. Keseluruhan masalah datang dari pikiran. Untuk menetapkan pikiran kita pada kedagingan adalah kematian namun menetapkan pikiran kita pada Roh Kudus adalah kehidupan dan damai (Roma 8:6).

 

Kita tidak berada didalam kedagingan kita berada didalam Roh.

 

Roma 8:9-17 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam didalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. 10 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. 11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya yang diam di dalam kamu. 12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. 13 Sebab jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. 14 Semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak Allah. 15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru; “ya Abba, ya Bapa!” 16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. 17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

 

Lalu bagaimana kita hendak mengendalikan diri kita sendiri? Apakah seperti orang tua yang mati untuk kemuliaan Allah dan kuasa kebangkitanNya? Tidak. Kita adalah anak-anak Allah dan ahli waris Allah seperti halnya Kristus sebagai ahli waris. Oleh sebab itu, tentulah ada sebuah tujuan di dalam hukum Allah yang diwujudkan dari karakterNya.

 

Kita mungkin dapat bersikap seperti sekte Antonomian yang acuh tak acuh terhadap hukum dengan memegang apa yang yang tertulis dalam Kolose 2:14 bahwa dosa kita telah dipalu di kayu salib. Namun kita tahu bahwa apa yang dipaku di kayu salib adalah surat tagihan hutang yang timbul dari pelanggaran-pelanggaran kita. Dan bukan hukum-hukum Allah itu sendiri, yang kudus, benar dan baik. 

 

Kita melihat bahwa hukum-hukum Allah bersandar pada dua Perintah Utama (makalah Perintah Utama Yang Pertama [252], Perintah Utama Yang Kedua [257]). Kedua perintah ini dibagi menjadi empat dan enam perintah turunan. Dari keempat dan keenam perintah, hukum-hukum lain yang mengatur masyarakat sesuai dengan kehendak Allah, diatur sesuai dengan kasih Allah yang diinterpretasikan oleh kuasa Roh Kudus yang hidup di dalam diri kita. Melalui kuasa Roh Allah, baik Allah dan Kristus hidup di dalam kita dan Allah menjadi segala di dalam segalanya (Efesus 4:6).

 

Demikianlah filosofi dari hukum Alkitab mempengaruhi hukum masyarakat. Namun hanya ada satu struktur dimana hukum Allah dapat diinterpretasikan dan dapat bekerja. HukumNya tidak pernah berubah, karena Allah tidak pernah berubah (Maleakhi 3:6).

 

Oleh sebab itu, hanya ada satu sistem yang dapat mengatur masyarakat Allah. Kita temukan dari struktur ini bahwa hukum lain datang dari penyilangan bentuk dari matriks perintah-perintah Allah. Kita lihat bahwa tiang-tiang hukum menjadi satu tubuh di dalam hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang membentuk matriks turunan dari kedua Perintah Utama dan kesepuluh perintah Allah. Kita temukan bahwa sistem politik agama terlindungi, dan mengalir dari Perintah Utama pertama. Dari hukum-hukum Allah yang berhubungan dengan penyembahan dan ketaatan padaNya, kita mengatur kalender kehidupan harian kita dari perintah Allah yang pertama, ke dua, ke tiga dan ke empat. Lingkungan kita diatur juga oleh makanan yang kita makan di bawah hukumNya dan oleh wewenangNya. Hukum keluarga mengalir dari perintah Allah yang ke lima, ke enam, ke tujuh dan ke sepuluh khususnya, dan diartikan oleh yang lain dalam hubungannya dengan peraturan-peraturan turunan lainnya. Kejahatan dan hukuman (atau hukum kriminal) diatur sesuai dengan sistem yang telah Ia letakkan. Hukuman yang kejam dan tidak alamiah dilarang di bawah hukum-hukum Allah. Hukum keadilan juga diatur berdasarkan struktur tanah dan sosial. Perdagangan diatur oleh hukum-hukum yang berhubungan dengan hutang dan hormat terhadap seseorang. Agar dapat mengerti hukum turunan dari hukum dari bagaimana masyarakat diatur, kita perlu mengembangkan Filosofi Hukum Alkitab secara keseluruhan. Hal ini hanya dapat dilakukan melaui eksposisi yang sangat teliti mengenai seluruh struktur hukum selama tahun Sabat mulai dari bulan pertama (Abib/Nisan) dari tahun kudus yang berawal pada tahun 1998.

 

Pembacaan hukum adalah tugas yang paling penting yang dilakukan oleh para imam pada tahun sabat pada sistem Yobel. Tahun-tahun ini muncul setiap tujuh tahun dalam tahun ke tujuh, ke empatbelas, duapuluh-satu, duapuluh-delapan dari siklus tahun tersebut hingga tahun ke empatpuluh-sembilan. Pada tahun pembebasan yaitu tahun keempatpuluh-sembilan, Yobel ditutup dan berakhir hingga tahun pembebasan yang berikutnya pada tahun kelimapuluh di saat seluruh pembaharuan sistem baru dikeluarkan dan dimulai baru untuk panen pada tahun pertama dari Yobel baru (makalah Serial Hukum [252–263]).

 

Allah telah memberikan kepada kita RohNya agar kita dapat melihat bagaimana kita kita dapat membuat suatu sistem yang dapat bekerja dengan benar, apabila kita memiliki Roh yang benar dan kasih kepadaNya dan juga kepada sesama sebagai anak-anak Allah yang sesungguhnya. Kita memiliki kontrol atas bumi ini di dalam sistem milenial agar kita dapat menunjukkan kepada iblis cara yang benar untuk mengontrol sesuai dengan kehendak Allah Bapa kita (Wahyu 20:4-6).

 

Wahyu 20:4-6  Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk diatasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. 5 Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan yang pertama. 6 Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang ke dua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.

 

Kita akan memerintah bersama Kristus selama ribuan tahun dan menjalankan pemerintahan atas bumi ini sesuai dengan aturan hukum yang diberikan Kristus kepada Musa di gunung Sinai. Allah tidak memberikan kepada Musa setumpuk kartu ketika Ia mengeluarkan hukumNya. Tidak ada satu iota atau titikpun, atau dengan kata lain tidak ada bagian terkecilpun dari hukum yang akan hilang sampai semuanya terjadi (Matius 5:18; Lukas 16:17). Kita akan membuat bumi ini berfungsi sesuai dengan hukum Allah selama periode 1000 tahun dengan menggunakan Roh Allah yang akan tersedia bagi semua orang di bawah pengawasan Kristus dan Gereja. Semua akan terjadi di saat Allah memerintah dari bumi di dalam Kota Allah, di dalam diri kita semua, sebagai Allah (lihat makalah Kota Allah [180]).