Jemaat Jemaat Allah Al Maséhi

 

[246]

 

 

 

Doktrin Mengenai Dosa Asal Bagian I [246]

(Edisi 1.0 19980422-19980422)

Makalah ini memberi perhatian pada pertanyaan tentang taman eden, jatuhnya Adam dan Hawa dan doktrin mengenai dosa asal.

 

 

 

Christian Churches of God

PO Box 369,  WODEN  ACT 2606,  AUSTRALIA

 

E-mail: secretary@ccg.org

 

 

(Hak Cipta ã 1998 Wade Cox)

 

Makalah ini dapat diperbanyak dan didistribusikan tanpa dipungut biaya dengan syarat bahwa tak ada bagiannya yang diubah atau dihilangkan. Nama dan alamat penerbit dan pernyataan hak-cipta harus disertakan. Tidak dibenarkan untuk memungut biaya atas salinan yang didistribusikan. Kutipan singkat dapat dimuat dalam artikel kritis dan ulasan tanpa melanggar ketentuan hak-cipta.

 

Makalah ini tersedia di World Wide Web pada alamat:
http://www.logon.org dan http://www.ccg.org

 


 

 

Doktrin Mengenai Dosa Asal Bagain I [246]

 


Taman Eden

Kej 1:1-2 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang diatas permukaan air.

Disini kita melihat awal mula penciptaan langit dan bumi. Keadaan bumi ini adalah keadaan bumi dahulu yang tertulis didalam II Pet 3:5-6 dimana semua fosil-fosil dan yang tertinggal sebelumnya menjadi Tohu dan Bohu atau tanpa bentuk dan kosong. Semuanya dihancurkan lagi oleh air bah  pada zaman nabi Nuh. Keadaan saat itu kosong oleh sebab yang lain (ayat 1 dan 2 Companion Bible).

 

Langit dan bumi diciptakan oleh elohim yang berkata “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” dan aik manusia laki-laki maupun perempuan diciptakan sesuai dengan gambarNya. Mereka diperintahkan untuk pergi dan memenuhi bumi (Kej 1:28; Mzm 8 dan Ib 2:6-8).

 

Kita lihat di pasal 2:1, bahwa semua kegiatan yang menyangkut kehidupan selanjutnya atas langit dan bumi dan segala isinya dimulai dari pasal 2 dan penciptaan Adam dan Hawa.

Kejadian 2:1-17 Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuatNya itu, berhentilah Ia pada hariketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuatNya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu. Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika Tuhan Allah menjadikan bumi dan langit, belum ada semak apapun dibumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun dipadang, sebab Tuhan Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu; tetapi ada kabut naik keatas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu, ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup kedalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di Eden, disebelah Timur; disitulah ditempatkanNya manusia yang dibentukNya itu. Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan ditengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang. Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh Hawila, tempat emas ada. Dan emas dari negeri itu baik; disana ada damar bedolah danbatu krisopras. Nama sungai yang kedua ia Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kusy. Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir disebelah timur Asyur. Dan sungaiyang keempat ialah Efrat. Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”

 

Dari ayat ini kita dapat melihat bahwa letak geografis tidak sama dengan apa yang ada saat ini dan sungai-sungai itupun mengalir dengan arah yang cukup berbeda. Taman itu dengan jelas diidentifikasikan sebagai sebuah daerah dari Siria sampai ke Mesir meliputi daerah yang sekarang disebut Israel.

 

Taman Eden sebagai daerah topografis yang dialiri empat sungai surga telah diselidiki dalam makalah Salib: Asal Mula dan Arti Pentingnya [039]). Keempat sungai surga yang terdapat didalam matahari salib yang hidup diteliti dalam makalah tersebut.

 

“Bujur matahari nampak mewakili keempat sungai surga. Alkitab menunjukkan sebagai sungai yang keluar dari Eden dan terpecah menjadi empat cabang. Menurut tradisi, keempat anak sungai itu menglair dalam arah yang berlawanan. Tradisi ini ditemukan diantara narasi tentang Age of Beginnings bangsa Indian Navaho. Tradisi ini juga ditemukan didalam kisah tentang Surga Bangsa Cina dari Kwenlun. Keempat sungai juga muncul dalam agama Hindu Rig Veda, dan Vishnu Purana mengidentifikasikan keempat anak sungai tersebut sebagai surga kaum Brahma di puncak dunia. Semuanya ini juga mengalir dalam empat arah (Talbot, ibid). Kisah ini ditemukan juga didalam mitos bangsa Iran yang menyangkut karakter sentral Ardi Sura, dan juga dalam Sungai Kehidupan bangsa Kalmuks Siberia. Bangsa Mandaeans dari Irak juga memelihara tradisi yang sama dengan kitab Kejadian; karena bangsa Babilon juga mengatakan tentang daerah dengan empat sungai.

 

Tempat tinggal para dewi Yunani, Calypso, di pusaran laut, juga memiliki pancuran air pusat yang kemudian mengalir menjadi empat cabang yang berlawanan arah.

 

Edda dari bangsa Skandinavia mengatakan tentang asal usul air didunia dalam pusaran velrgelmir ditanah para dewa. Bangsa Slav mengatakan bahwa air didunia berasal dari batu ajaib Alatuir di pulau surgawi Bonyan. Talbot mencatat bahwa Brinton menemukan empat sungai mistik diantara Sioux, Aztecs dan Maya seperti yang ditemukan Fornander di mitos bangsa Polynesia (Talbot, hal 121).

 

Sedikit sekali, jika ada, dari negara-negara yang memiliki kenangan dapat menunjuk pada satu sumber geografis dari gambar kenangan mereka. Jadi, ketika bangsa Babilon memanggil Ishtar sebagai Lady, Ratu atas tanah dari empat sungai Erech, atau ketika tulisan bangsa Mesir di Dendera merayakan empat sungai Nil di Elephantine, gambar kenangan mereka adalah sebuah mitos kuno tanpa realitas yang nyata di daerah geografis sekitar mereka. Talbot menganggap bahwa alasan adanya perbedaan antara dataran mitos dan di bumi adalah bahwa keempat sungai mengalir bukan di bumi kita, namun melalui empat empat kali seperempat dataran polar (Talbot, hal 121). Talbot (ibid.) percaya bahwa untuk setiap mitos dominan tentu disertai tanda-tanda yang cocok. Tanda dari empat sungai adalah matahari salib dan matahari salib yang hidup.

 

Tanda-tanda akhir yang menegaskan  tanda-tanda sebelumnya dengan menunjukkan bahwa keempat aliran sungai  terletak pada daerah prasejarah. Dimulai dari pusat polar (pusat matahari misalnya), keempat sungai mengalir keempat sudut Bumi Saturnus (perlu penekanan).

 

Jadi, konsep yang terdapat didalam kisah Kejadian (Kej 2:10), selain memiliki sebuah atribut geografi khusus bagi keempat sungai, juga mewakili tema dasar tentang sungai air kehidupan yang mengalir dari sumber utama yang adalah Allah melalui bintang fajarNya yang pada saat itu adalah setan.

 

Jadi, sumebr utama yang mengairi tanah Afrika dan juga Tigris dan Efrat memiliki arti penting rohani yang dianut oleh sistem agama Babilon, yang menurun pada Ishtar dan kepada bangsa Mesir juga keseluruh dunia melalui kepercayaan shaman, seperti yang dikembangkan dari sistem utama. Sistem Babilon pada dasarnya adalah animisme (lihat Budge, Kehidupan Dan Sejarah Babilon, 2nd ed., London, 1925).

 

Demikianlah bagi nenek moyang, keempat sudut dunia memiliki arti kosmologi yang khusus, yang menunjuk pada peta kerajaan ruang angkasa dan bukan pada letak geografis. Talbot menggunakan istilah yang digunakan O’Neill sebagai satu dari sekian banyak ilmuwan untuk mengenali kualitas dari mitos “empat sudut”.

Dari segala bentuk penyelidikan jenis apapun tentang simbol-simbol yang terdapat dalam mitos-mitos dan klasifikasi mengenai istilah Empat kali Seperempat, diketahui bahwa  arah-arah sungai dilihat dari sudut  pandang  ortodox yang tegas mengenai mitologi surga, bukan seperti Utara Selatan Timur Barat dari setiap titik, namun empat divisi surga yang disebar disekitar “polar”.

 

Matahari salib… sebagai simbol dari Empat kali Seperempat, adalah milik matahari utama. Dalam ilmu kosmologi sacral, posisi sentral dari dewa matahari sering menjadi arah “kelima”. Untuk mengerti bahasa yang demikian, akan lebih mudah bagi kita untuk berpikir tentang arah-arah mitos (atau lengan-lengan salib) sebagai gerakan atau aliran energi. Dari allah mahabesar, semua elemen kehidupan mengalir dalam empat arah. Allah sendiri, yang merangkul semua lemen-elemen tersebut adalah “keras,” “teguh,” atau “diam”; gerakan kelimanya adalah sebuah rotasi yang bergerak pada satu tempat.

 

“Arah-arah” juga dapat digambarkan sebagai daerah-daerah: pusat (kelima) daerah dan Empat kali Seperempat terletak disekitarnya.

Inilah sebabnya mengapa kaum yang menganut ilmu Pythagoras menganggap angka lima mewakili sumbu dunia yang kokoh. Gagasan para penganut ilmu Pythagoras  dengan jelas berhubungan dengan simbol-simbol agama Hindu kuno tentang arah. Sebagai tambahan terhadap empat arah, doktrin agama Hindu mengetahui arah kelima yang disebut “arah tetap” dari pusat polar (Talbot, hal 122-123).

 

Talbot juga mengidentifikasikan gagasan ini dengan simbol-simbol bangsa Cina dan Meksiko Nahuatl dengan lima sebagai anga pusat (ibid.) (seperti yang tertulis dalam makalah The Cross: Its Origin and Significance [039] CCG, 1997, hal 4-5).

 

Tema ini adalah tema umum bagi sebagian besar orang dan membentuk sebuah dasar tentang pengalaman agama kuno mereka. Keempat sungai membentuk dasar dari daerah prasejarah yang kita ketahui sebagai Matahari Salib. Makalah mengenai Salib penting agar kita dapat mengerti apa yang terjadi di dalam struktur kitab Kejadian dan selanjutnya tentang setan yang memberi inspirasi mitos tentang sekte matahari, yang sekarang tersebar luas diantara simbol-simbol agama Kristen.

 

Struktur kisah dalam kitab Kejadian adalah pusat dari sebagian besar mitologi, tidak peduli dari segi mana naratif mitologi tersebut didasarkan. Kita melihat dari matahari salib yang hidup bahwa pusat salib dijatuhkan hingga dibawah lingkaran untuk mewakili simbol Venus sebagai keinginan lihiriah dan simbol wanita. Ini merupakan pencerminan lain dari kisah yang kita temukan dari kitab Kejadian di perjanjian lama dan diseluruh Alkitab hingga kisah jatuhnya manusia kedalam dosa dalam perjanjian baru dan juga mengenai kedudukan wanita dibawah hukum.

 

Pandangan ini adalah fundamental bagi kisah keberadaan manusia. Pergumuluan yang sama sedang dinarasikan oleh mitos-mitos bangsa-bangsa dan dalam Alkitab. Mereka bukan kisah-kisah yang berbeda. Semua kisah tersebut adalah kisah yang sama yang dikisahkan dari perspektif mengenai baik dan jahat yang berbeda, seperti yang dikisahkan oleh dua kekuatan roh yang berada dalam konflik.

 

Satu sungai memberi aliran pada empat sungai  dan titik kelima lipatan ini adalah pesan dibalik matahari salib.

 

Yang menjadi pokok pembahasan dalam naratif-naratif ini adalah seseorang atau satu dewa yang mengontrol atau yang diwakili oleh simbol-simbol yang pada intinya adalah Allah yang benar. Matahari salib adalah sebuahindikasi dari pemberontakan dan pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh Lucifer sebagai si pemegang kontrol atau ‘adon.

 

Kita sekarang kembali kepada kisah dalam kitab Kejadian.

 

Contoh-contoh positif dari perintah-perintah Allah

Pada bagian ini dalam kitab Kejadian, kita menlihat bahwa di taman Eden Allah sedang menetapkan, dengan contoh positif, perintah-perintah dan keempat hukumNya yang pertama dikeluarkan disini dalam kegiatan penciptaan dan pengudusan ari Sabat sebagai hari untuk beristirahat dan sebuah hari yang kudus.

 

Dengan demikian kita melihat juga disini bahwa peraturan ditetapkan sebagai sebuah tanggung jawab Adam secara langsung atas larangan-larangan yang berhubungan dengan pohon-pohon.

 

Dari waktu ini binatang-binatang diciptakan. Di pasal 1, penciptaan ini diletakkan sebelum penciptaan manusia yang terjadi pada hari keenam. Disini, mereka terletak setelah penciptaan manusia, tapi sebelum penciptaan perempuan.

Kejadian 2:18-25 Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Lalu Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung diudara. DibawaNyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.

 

Disini kita melihat struktur dominan yang diberikan kepada Adam yang memberi nama untuk segala sesuatu. Proses pemberian nama ini menyimbolkan kekuasaan yang melebihi segala sesuatu pada zaman dahulu. Nama mengindikasikan kekuasaan dan delegasi kekuasaan dari nama yang dibawa.

 

Penciptaan Hawa dari satu tulang rusuk Adam serupa dengan proses genetika yang sekarang kita mengerti. Dalam tindakan ini juga terlihat bahwa intitusi pernikahan ditetapkan dari saat Hawa diciptakan.

 

Kata man (pria) dan woman (wanita) dalam bahasa Ibrani adalah ish dan ishah. Ishi berarti suamiku (my man).

 

Adam berarti ruddy (SHD 120) dan berasal dari kata SHD ‘adam yang berarti menampakkan darah (dimuka), tersipu atau menjadi merah dan dicatt atau dbuat merah.

 

Dengan demikian Adam adalah seorang laki-laki yang berwajah merah.

 

Kata ish adalah kata Ibrani bagi laki-laki dengan pengertian umum. Berithish berarti seorang laki-laki perjanjian atau persatuan sebagai suatu bentuk padat yang dibentuk dari serpihan-serpihan daging (SHD 1285). Ini adalah pengartian dan turunan dari kata British.

 

Dari Kejadian 1:26 hingga Kejadian 2:23, kata SHD 120 adam digunakan. Kata ish digunakan dari Kejadian 2:23 dan 2:24 untuk yang pertama kalinya.

 

Perbedaan ini dilakukan karena tindakan pemersatuan diterapkan bagi seluruh umat manusia dalam ciptaan Allah. Peristiwa ini memiliki arti penting bagi peristiwa-peristiwa yang akan terjadi selanjutnya dipasal-pasal berikutnya.

 

Disini kita melihat bahwa serial selaanjutnya  tentang perintah-perintah Allah ditetapkan. Tangungjawab-tanggungjawab yang diberikan kepada orangtua ditetapkan disini seperti yang terdapat dalam hukum ketujuh dan kedelapan. Allah mempertahankan kepemilikan bagi diriNya sendiri dengan menetapkan hukumNya. Dengan demikian “janganlah kau makan buah poho pengetahuan baik dan jahat” memiliki akibat yang sama dengan “jangan mencuri”. Hukum kesepuluh yang menyangkut tentang mengingini barang sesamamu juga ditetapkan disini. Kebenaran dalam mengakui institusi-institusi ini juga berarti menetapkan saksi-saksi palsu dan benar.

 

Di Kejadian pasal 3 kita bertemu dengan kisah yang paling dahsyat dalam Alkitab. Kata yang digunakan dalam ayat 1 menunjuk pada Nachash atau yang bersinar dan yang diterjemahkan sebagai ular dalam bahasa Inggris.

 

Yang bersinar adalah salah satu dari kerub yang berjaga; Malaikat Terang atau Pembawa Terang atau Lucifer seperti yang tertulis didalam Yesaya 14 dan Yehezkiel 28:13-17.

 

Arti yang sama digunakan dalam menerjemahkan ular yang berapi-api dalam Bil 21:6,9. Mereka diterjemahkan sebagai nachashim seraphim. Ular yang berapi-api, disebut demikian karena rasa panas yang disebabkan karena gigitannya tapi mungkin juga karena mereka dituntun oleh malaikat ketika Israel berbicara menantang Allah dan Musa karena membawa mereka keluar ke padang gurun. Istilah saraph berarti membakar. Kata seraphim dari Yes 6:2 disebut yang berapi-api. Jdai, makhluk malaikat adalah sesuatu yang berapi-api atau berwajah gangsa menyala.

 

Ular yang lama (IIKor 11:3) dirubah menjadi malaikat terang (IIKor 11:14). Dengan demikian ular digunakan sebagai simbol untuk setan yang berbicara kepada wanita pertama dan menipunya. Ada sebuah persoalan besar yang terjadi dalam bagian ini mengenai pohon-pohonan.

 

Kej 3:1-5 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang didarat yang dijadikan oleh Tuhan Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada ditengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”

 

Kata elohim disini adalah kata jamak yang sama. Sifat jamaknya meluas menjadi lebih dari satu dan pada kenyataannya menjadi lebih dari dua, melainkan menjadi kata elohim yang luas. Abraham berbicara kepada ketiga elohim, atau malaikat, sesuai dengan Kej 18:2, dimana ia dan Lot menyebut mereka sebagai Yahovah (Kej 18:27, 19:18). Kata Yahovah dirubah menjadi Adonai oleh Sopherim untuk mencakup semua penggunaaan jamak (juga disebutkan dalam catatan companion Bible mengenai ayat ini dan juga Kej 18:2 yang mencoba untuk mengunci kata elohim disini sebagai satu Tuhan namun mengakui Yahova digunakan untuk menunjuk ketiganya.)

 

Kata ‘arum diterjemahkan sebagai sub judul yang juga memiliki arti bijaksana atau licik atau hati-hati (Ay 5:12; 15:5; Ams 12:16; 23; 13:16; 14:8, 15, 18; 22:3; 27:12 dan dalam hubungannya dengan Yeh 28:12, 13,17). Kata ‘arum juga digunakan untuk kata telanjang dipasal sebelumnya di ayat 25. Mereka berdua telanjang dan hanya mengetahui yang baik dari perintah Allah dalam ayat 17. Mereka berdua tidak malu berada didepan elohim. Penggunaan kata lar dalam 3:1 memiliki arti yang sama dengan kata zoon yang digunakan untuk menunjuk keermpat makhluk hidup dalam Why 4:6-9 dan 5:6,8. Berarti, kata ini digunakan untk menunjuk makhluk surga dalam tingkatan tertinggi karena mereka semua memiliki satu Bapa yang menciptakan mereka semua (Mal 2:10; Ib 2:11). Kita dapat mengerti artinya sekarang dengan melihat pada kitab Yehezkiel.

 

Yeh 28:12-17 Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan Allah: Gambar ksempunaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. Engaku ditaman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: Yaspis merah, krisolit dan yaspis ijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu. Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, digunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan ditengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. Engkau tak bercela didalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. Engkau sombong karena kecantikanmu, himatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulembpar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.

 

Jadi disini kita melihat bahwa kerub yang berjaga ditempat didalam teman Eden dan penuh dengan hikmat. Dengan demikian kita memiliki dua sosok didalam taman, Kristus dan setan. Setan menjadi curang karena kecerdasannya. Demikianlah, pengetahuannya menjadi sebab kehancurannya.

 

Disini kita melihat sejumlah pohon yang tidak tertulis spesifikasinya dan hanya ada satu yang tidak bolah dimakan. Pohon kehidupan dapat didekati dari pohon-pohon yang lain. Pohon yang tidak dapat dimakan buahnya adalah pohon pengetahuan baik dan jahat. Pohon-pohonan yang lain hanya menghasilkan yang baik. Pohon ini menghasilkan pengetahuan, yang baik dan yang jahat. Kejahatan mengakibatkan dosa yang merupakan pelanggaran terhadap hukum Allah. Jadi kita melihat bahwa hukum Allah mendahului karakterNya dan telah ada dari awal mula penciptaan (lihat makalah Pemerintahan Allah [174] dan Kasih Dan Struktur Hukum [200]).

 

Oleh sebab itu, pendapat bahwa hukum Allah  tidak diberikan sampai adanya peristiwa di gunung Sinai dan hanya kepada bangsa Israel bertentangan terhadap pernyataan-pernyataan dan tujuan Torah itu sendiri. Aliran Rabbinical Judaism mencoba untuk memasukkan bahwa ada sesuatu seperti hukum Nuh yang akan kita teliti selanjutnya (lihat makalah The Tradition of the Noahide Laws). Pemasukan ini menyatakan bahwa Nuh tidak memiliki hukum Allah dan kaum awam memiliki hukum dasar yang bertentangan dengan Torah atau kurang dari Torah adalah fiksi para rabbi yang dibuat untuk mengenalkan kepada kaum awam tentang Rabbinical atau Pharisaic Judaism dengan mencuri yang membuatnya bertentangan dengan firman Allah.

 

Pohon-pohonan Di Taman Sebagai Makhluk-makhluk

Konsep yang juga perlu kita teliti adalah istilah pohon.

 

Pohon digunakan secagai sebuah istilah untuk suatu sosok roh sebuah makhluk. Pohon pengetahuan baik dan jahat ini juga mewakili setan dan sistem yang ingin ia terapkan dan karenanya ia menjadi makhluk yang curang. Nanti kita akan meneliti konsep ini dengan lebih detail.

Yeh 31:3-18 Lihat Aku menyamakan engkau dengan pohon aras di Libanon penuh dengan cabang yang elok dan daun yang rumpun sekali; tumbuhnya sangat tinggi, puncaknya sampai ke langit. Sungai-sungai membuatnya besar samudera raya membuatnya meninggi; itu membuat sungainya mengalir mengelilingi bedengnya itu; dan menjulurkan saluran-saluran ke segala pohon yang ada dipadang. Maka dari itu tumbuhnya lebih tinggi dari segala pohon di padang; ranting-rantingnya menjadi banyak, cabang-cabangnya menjadi penjang lantaran air yang melimpah datang. Pada rantingnya diam bersarang segala burung yang diudara, dibawah cabangnya segala binatang di hutan melahirkan anaknya; dan semuanya bangsa besar duduk bernaung dibawahnya. Ia elok karena besarnya dan karena cabangnya yang panjang-panjang; karena akarnya julur-jalar sampai di air yang berlimpah-limpah. Pohon-pohon aras didalam taman Allah tidak akan dapat menyainginya, juga pohon sanobar tidak akan dapat menyamai ranting-rantingnya, dan pohon berangan tidak dapat dibandingkan dengan cabang-cabangnya. Segala pohon-pohon yang ditaman Allah tiada yang dapat disamakan dengan dia mengenai keelokannya. Aku membuat dia sungguh-sungguh elok dengan cabang-cabangnya yang sangat rapat. Di taman Eden, ditaman Allah segala pohon cemburu padanya. Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan Allah: Oleh karena ia tumbuh tinggi dan puncaknya menjulang sampai kelangit dan ia menjadi sombong karena ketinggiannya, maka Aku telah menyerahkan dia kedalam tangan seorang berkuasa diantara bangsa-bangsa, supaya ia memperlakukannya selaras dengan kejahatannya; Aku menghalau dia. Orang-orang asing, yaitu yang paling ganas diantara bangsa-bangsa, akan menebang dia dan membiarkannya; diatas gunung-gunung dan disemua lembah cabang-cabangnya berjatuhan dan disemua lur sungai negeri itu ranting-rantingnya berpatahan dan semua bangsa di bumi pergi lari dari naungannya dan membiarkan dia. Diatas batangnya yang roboh itu berhinggapan segala burung diudara dan diantara cabang-cabangnya diam segala binatang dihutan. 

 

Teks ini membicarakan tentang penghuni surga yang jatuh dan khususnya kerub di Yeh 28 dan Yes 14, Lucifer yang menjadi setan dan dibuang ke liang kubur.

 

Semuanya ini terjadi supaya segala pohon yang ditepi air jangan meninggikan dirinya dan puncaknya jangan dijulurkan sampai ke langit dan supaya pohon-pohon besar, yaitu semua yang menghisap banyak air, jangan tetap berdiri didalam kecongkakannya; sebab mereka semuanya telah diserahkan kedalam maut, kedalam bumi yang paling bawah, ditengah anak-anak manusia yang telah turun ke liang kubur.

 

Mereka diserahkan ketengah-tengah anak manusia dan bersama mereka turun kedalam bumi yang paling bawah. Ayat ini mengatakan kepada kita mengenai nasib penghuni surga yang jatuh pada hari-hari terakhir. Proses kejatuhannya sangatlah dahsyat.

 

Beginilah firman Tuhan Allah: Pada hari ia turun ke dunia orang mati, Aku membuat samudera raya berkabung karena dia. Aku mengempang sungai-sungainya, sehingga air banjirnya dibendung. Dan karena dia Aku membuat gunung Libanon berpakaian kabung dan membuat segala pohon di hutan layu lesu. Mendengar derum kejathunannya Aku membuat bangsa-bangsa gemetar, pada saat Aku menurunkan dia ke dunia orang mati, menjumpai mereka yang telah turun keliang kubur. Dan segala pohon taman Eden akan merasa terhibur dibumi yang paling bawah, yaitu pohon yang terpilih dan yang terindah dari Libanon, yang menghisap banyak air. Mereka juga turun bersama dia ke dunia orang mati, yaitu ke orang-orang yang mati terbunuh oleh pedang, dan mereka yang bernaung dibawahnya ditengah bangsa-bangsa mati juga.

 

Disini kita melihat bahwa ia diidentifikasikan dengan pohon-pohon di Eden.

Maka dengan siapakah engkau dapat disamakan diantara pohon-pohon di taman Eden dalam hal kemuliaan dan kebesaran? Engkau akan diturunkan kebumi yang paling bawah bersama pohon-pohon di taman Eden dan engkau telentang di  tengah orang-orang yang tak bersunat bersama orang-orang yang mati terbunuh oleh pedang. Itulah Firaun dengan semua khalayak ramai yang mengikutinya, demikianlah firman Tuhan Allah.

 

Makhluk yang ditunjuk didalam kitab Yehezkiel ini adalah bangsa Assyria dan Firaun dan keduanya berada ditaman Eden sebagai pohon aras di Libanon dan tidak ada satupun yang kebesaran atau kemuliaannya dapat disamakan dengan keindahan dan kesempurnaannya. Sedangkan saat itu Mesir dan Asyur masih berada dalam rusuk Adam dan juga air bah yang belum melanda. Makhluk ini hanya mungkin diartikan sebagai kerub yang berjaga yang dilempar keluar dan iblis atau pohon-pohon yang memberontak terhadapNya.

 

Dengan demikian, Elohim di taman bersifat jamak dan semua yang mereka dapat atau tidak dapat ajarkan dan lakukan berada dibawah pengarahan Allah. Buah pohon-pohonan tersebut tidak sesederhana makanan atau buah secara fisik namun juga diartikan sebagai pengajaran dan pengarahan.

 

Kita melihat komentar setan dalam Kejadian 3:1

Ia berkata: Tentulah Allah berfirman, semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan? Sesungguhnya kalimat ini bukanlah sebuah pertanyaan melainkan sebuah pernyataan ketidakadilan. Perempuan itu kemudian mengulang perintah Allah tersebut dengan penghukuman yang dinyatakan sebagai berikut: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.”

 

Nachash atau yang bersinar lalu berkata “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”

 

Demikianlah konsep jamak dilibatkan dalam perbincangan ini. Pada saat kamu makan, matamu akan terbuka dan engkau akan seperti Allah. Sifat jamak elohim terbukti disini.  Kata Yahovah elohim digunakan dalam arti khusus dalam Kejadian 2:4. Meskipun demikian Nachash tidak menggunakan istilah yang mengesankan adanya kesamaan derajat antara makhluk-makhluk tersebut dalam pengartian ini.

 

Penggunaan Trinitas atas istilah elohom dan menguncinya menjadi tiga aspek arti yang sulit dimengerti. Kita tahu bahwa tujuan akhir semua manusia adalah menjadi seperti elohim tahap-demi tahap. Kita tahu mengenai hal ini dari Zak 12:8 dan juga Mzm 82:6 yang diulang oleh Kristus dalam Yoh 10:34-35 dan dimasukkan olehNya sebagai bagian dari hukum yang berlawanan dengan pembagian umum didalam hukum, mazmur dan tulisan-tulisan yang lain (Luk 24:44).

 

Kristus menunjuk kitab Mazmur sebagai hukum paling tidak pada dua kesempatan.

Pembedaan ini mungkin disengaja dan menunjuk kembali pada konsep pertama mengenai janjiNya yang muncul disini dalam bentuknya yang pertama. Jadi, sebenarnya setan tidak mengatakan suatu kebohongan total kepada Hawa. Ia semata-mata hanya menghasilkan sebuah produk baru yang tidak menyingkap perubahan mendasar dan konsekwensi-konsekwensi yang akan dihasilkan dari tindakan ketidaktaatan.

 

Bumi ini menjadi terkutuk karena tindakan Hawa.

 

Untuk mencampur permasalahan, setan telah mengembangkan doktrin tentang kehidupan yang kekal agar kekekalan atau kehidupan aionian yang dianugerahkan Allah melalui ketaatan disuguhkan sebagai karakter mendasar setiap individu. Demikianlah kebohongan Engkau sekali-kali tidak akan mati sekarang teologi dunia yang umum (lihat makalah The Soul [092] dan On Immortality [165]).

 

Disini setan memberikan kepada Hawa sebuah pilihan, dan ada sejumlah aspek mengenai masalah tersebut.

 

Orang-orang ini diciptakan dan diletakkan dibawah Mesias sebagai Malaikat Yahovah.

Kepada mereka diberikan sebuah sistem yang cukup bagi perkembangan mereka yang sempurna.

 

Inti masalah dari pertentangan tersebut adalah bahwa pengetahuan baik dan jahat dilihat oleh setan sebagai jalan untuk berbuat kesalahan; mengijinkan kebebasan untuk berbuat salah atau kebebasan untuk melakukan eksperimen dengan sistem yang berlaku tidak peduli siapapun yang memerintah.

 

Dua Pohon Atau Lebih?

Kisah ini dikunci dengan hanya menyebut dua pohon. Satu pohon adalah pohon pengetahuan tentang yang baik saja dan ketergantungan pada kekuasaan yang diberikan Allah melalui Roh Kudus. Pohon yang lain adalah pohon pengetahuan baik dan jahat dan bahwa kedua jenis pohon ini adalah pohon secara nyata dengan buah yang nyata dari jenis yang tidak dapat dispesifikasikan. Kedua jenis pohon disebut sebagai Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat. Meskipun demikian, ada banyak pohon-pohonan yang lain yang termasuk dalam jenis Pohon Kehidupan.

 

Jadi, buah terlarang diberikan sebagai suatu jenis pemikiran atau pengetahuan. Ini merupakan sebuah penjelesan yang agak sederhana tentang perumpamaan atau simbol namun gagal untuk menjelaskan sejumlah masalah filosofi serius yang layak untuk menerima pengakuan yang lebih.

 

Di pasal ini kita melihat bahwa ada lebih dari dua pohon dan semua jenis pohon dapat digunakan sebagai makanan. Hanya ada satu pohon yang tidak dapat. Dengan demikian, seluruh sistem makanan ditetapkan kecuali satu pohon saja.

 

Pohon pengetahuan baik dan jahat dilarang bagi mereka dan setan tahu tentang larangan tersebut. Ia menuntun Hawa masuk kedalam jebakan dan kemudian Adam membiarkan dirinya sendiri untuk dijebak juga. Hal ini sendiri adalah sebuah pelanggaran atas hukum yang tertulis dalam Kel 23:2.

 

Hukuman atas tindakan memakan buah tersebut adalah kematian. Berarti, jika Adam tidak memakan buah itu, sudah pasti ia tidak akan mati. Jika tidak demikian, hukuman itu tidak akan berarti apapun dan ia akan dapat mati sewaktu-waktu.

 

Jadi, kita membicarakan tentang kematian dalam terminology yang kompleks.

Ketika setan berkata engkau sekali-kali tidak akan mati, ia sebenarnya sedang melihat pada rencana jangka panjang Allah yang tidak menghendaki satu orangpun diantara manusia binasa (IIPet 3:9). Jadi, secara tehnis, apa yang dikatakan setan memiliki dasar kebenaran. Orang-orang yang berdosapun pada akhirnya akan tetap mengalami kebangkitan. Tapi Allah berkata bahwa mereka akan mati.

 

Dengan demikian kita melihat disini bahwa ada dua aspek dalam rencana keselamatan. Jika Adam dan Hawa taat, maka mereka tidak akan mati. Namun rencana Allah adalah supaya mereka menjadi seperti elohim dan karenanya mereka harus menjadi makhluk rohani. Jadi, perubahan secara fundamental harus terjadi dalam rencana Allah yang menyangkut kebangkitan yang pertama.

 

Disini kita dihadapkan dengan dua pilihan:

1. Adam dan Hawa dan mereka yang taat tidak akan mati dan mereka akan menjadi makhluk rohani. Hal ini diartikan sebagai:

A. Terjadi pada awal sistem millennial atau

B. Terjadi sewaktu-waktu dalam urutan tertentu seperti yang kita lihat terjadi pada Henokh yang hidup benar dan berjalan bersama Allah. Ia tidak ada lagi karena ia diangkat oleh Allah (Kej 5:24).

 

Hilangnya Henokh, demikian juga dengan Elia, telah diteliti dalam makalah The Witnesses [135].

 

2. Jika keturunan mereka tidak taat, maka mereka berdosa dan akan mati. Dengan demikian kebangkitan yang pertama tidak diperlukan dan mereka semua akan menuju kepada kebangkitan yang kedua atau mereka akan diijinkan untuk ikut dalam kebangkitan yang pertama jika mereka bertobat dan dengan demikian ketiga sistem yang efektif tersebut akan bekerja dengan baik pada tempatnya. Dan oleh karenanya, jumlah 144.000 mungkin akan terbentuk dari kelompok yang lain dengan hanya sejumlah besar orang dalam kebangkitan yang pertama.

 

Meskipun demikian, kemungkinan ini melawan sifat Allah yang Maha Tahu, yang mengetahui akibat yang akan terjadi dan juga orang-orang yang terpilih, yang telah menuliskannya dalam kitab kehidupan anak Domba sebelum meletakkan dasar dunia. Domba itu juga disembelih sebelum dasar dunia diletakkan, dan dengan demikian kita melihat pada sebuah peristiwa yang telah diketahui.

 

Jika setan dan penghuni surga yang jatuh tidak mencobai Hawa, maka kedudukan mereka sebagai penghuni surga juga tidak dapat diuji. Dengan demikian jatuhnya manusia kedalam dosa dalam Kejadian 3 sebenarnya lebih berupa ujian bagi setan daripada bagi Adam dan Hawa.

 

Kita kehilangan jejak mengenai kenyataan ini dan dari titik ini setan menetapkan sebuah sistem agama lama dan kekuasaan.

 

Buah Apel di Roma

Kita tahu bahwa buah pohon itu sering disimbolkan sebagai buah apel meskipun tidak ada bukti langsung dari Alkitab yang menegaskan perkiraan tersebut. Konsep tentang buah apel didapat dari mitologi bangsa Yunani dan Roma. Dikenal sebagai Apel Perselisihan yang dibuang oleh Eris, yang merupakan sosok perselisihan, ketengah perkumpulan para dewa (theoi atau elohim).  Apel emas tersebut diperbantahkan oleh Juno, Minerva dan Venus (Oxford Universal Dictionary, 3rd ed., 1964, hal 86).

 

Apel emas juga merupakan istilah lain yang digunakan untuk penanggalan orbit Inggris (ibid.).

 

Dengan demikian gagasan mengenai bentuk utama perselisihan yang diperkenalkan oleh sebuah apel juga merupakan sistem yang lama dan umum bagi kalangan non Ibrani. Perselisihan bentuk oleh Venus sebagai Bintang Fajar atau Bintang Sore mungkin memiliki arti yang lebih penting dari apa yang kita pikirkan pada awal mula. Arti penting Venus diteliti dalam makalah The Golden Calf [222] dan juga The Origins of Christmas and Easter [235].

 

Kita lihat dalam legenda Juno dari zaman dahulu mengenai gagasan tentang ular yang diidentifikasikan dengan kesucian seorang wanita. Gagasan ini dibawa dari zaman dahulu hingga zaman modern.

 

Bangsa Roma memandang gagasan tentang kekudusan keagamaan sebagai hal yang penting untuk mendekati para dewa. Pandangan menjadi yang terutama dalam kuil Vesta. Bersama dengan Juno Sospita di Lanuviumlah kita melihat gagasan primitif ini dibawa masuk kedalam zaman sejarah (Encyclopedia of Religion and Ethics (ERE) artikel tentang kesucian, 3, hal 496-497).

 

Suatu saat seorang gadis muda dipilih untuk mempersembahkan sepotong kue di Kuil Ular. Apabila kue itu diterima, maka keperawanan gadis itu terbukti benar dan akan mengalami nasib baik selama tahun itu. Apabila ular itu menolak kue, maka kebalikannyalah yang akan terjadi.

 

Disini kita melihat pemutarbalikan langsung tentang konsep dimana persembahan kue diberikan kepada ular sebagai sebuah tanda atas keperawanan gadis tersebut. Dengan kata lain, konsep ini mengatakan bahwa ular tersebut adalah makhluk yang menjaga dan juga menjadi obyek kesucian seorang wanita. Gagasan ini memberikan kepada kita pandangan tentang apa yang terjadi dibalik peristiwa didalam kitab Kejadian pasal 3.

 

Paling tidak, ada koneksi yang dibuat didalam alam pikiran bangsa Greco Roma bahwa ada suatu hubungan antara ular dan kesucian pada sistem zaman dahulu.

 

Jupiter, Juno dan Minerva adalah gerombolan tiga dewa yang hebat atau disebut juga penyembahan Trinitas Capitoline Roma. Warde Fowler mengemukakan pendapat  bahwa agama Roma cenderung kepada daemonistic daripada polytheistic (ERE Roman Religion, vol.10, hal 823). Dengan demikian, konsep bahwa daemon adalah inti kehidupan suatu makhluk dan oleh karenanya suatu individu dapat menjadi seorang dewa melalui immortalitas daemon atau inti kehidupan individu tersebut atau individu sebelumnya. Bentuk asli dari kepercayaan ini adalah seperti Jupiter Feretrius yang merupakan numen atau roh yang hidup didalam pohon jati yang sacral di Bukit Capitoline. Dikatakan juga bahwa Romulus membentuk piala (spolia opima) pertama atas musuh yang dikalahkan. Pandangan ini dianut oleh bangsa Suevi Jerman (ERE ibid) dan dengan demikian merupakan pandangan yang umum bagi bangsa Teutons dan juga Latin. Kita juga tahu bahwa pandangan ini adalah pandangan umum ditengah bangsa Celtic dan seluruh bangsa Arya (makalah The Origins of Christmas and Easter [235]). Berarti sistem yang dianut bangsa Assyro-Babilonia tampaknya memiliki pandangan dimana pohon merupakan simbol dari suatu makhluk atau dewa dan oleh karenanya pohon itu memiliki arti dibalik penggunaannya dalam bahasa Ibrani.

 

Nama dewa Jupiter diperoleh dari istilah Diovis pater (yang diperoleh dari akar kata “Bersinar”). Jadi, ayah yang bersinar juga dikenal sebagai dewa matahari dan terang dan kilat dan surga dalam segala bentuknya. Pengertian ini penting untuk memperoleh pengertian tentang pemikiran zaman dahulu dan simbol-simbol keagamaan secara umum. Ketika Alkitab berbicara tentang  pohon-pohonan, melalui para nabi  yang berurusan dengan sistem agama zaman dahulu secara umum. Makhluk-makhluk roh tersebut dicerminkan sebagai pohon-pohonan seperti yang kita lihat diatas. Agama primitif kuno bangsa Latin, seperti juga dengan bangsa Teutons dan semua bangsa Arya, termasuk bangsa Celtic, mengambil tempat dikayu-kayu dan biasanya kayu jati atau pohon lain yang disebut didalam makalah The Origins of Christmas and Easter [235]. Dan makalah The Cross: Its Origin and Significance [039]. Ibadat dipohon jati membentuk gambar Zeus bangsa Celtic. (Max. Tyr. Diss., viii) dan memiliki karakter yang suci (pliny N, xvi. 44. ERE. Celts, al 295. The Cross: Its Origin and Significance [039]).

 

Abu dan asap di Irlandia dihormati lebih dari pohon jati namun setiap pohon mewakili sebuah aspek para dewa dalam sistem matahari (The Cross: Its Origin and Significance [039], ibid., hal 9). Pohon-pohonan memiliki arti penting khusus untuk mencerminkan para dewa dan untuk tujuan-tujuan yang khusus. Ibadat utama Jupiter Optimus Maximus, juga Juno dan Minerva di Capitoline sebenarnya merupakan bangsa asli Etruscan dan kuil disanapun menunjukkan bukti jelas mengenai design Etruscan. Ibadat triune yang diadakan di Roma bukanlah ibadat yang asli namun umum bagi bangsa Yunani, dan di Etrutia diwakili dengan nama Tinia, Thalna dan Minerva (ERE, 10, hal 830). Bentuk ideal dari sistem triune diletakkan di Capitoline di Roma untuk menunjukkan bentuk yang maha kuasa dari negara Roma didalam pikiran rakyatnya dan untuk menandingi kekuatan ibadat lama yang juga berarti mempersatukan negara tersebut.

 

Bangsa Etruscan zaman dahulu bukanlah penduduk asli negara Etruria melainkan dari Asia Minor. Dewa-dewa Yunani dikenalkan dari abad kelima sebelum Masehi. Pada tahun 493 sebelum masehi, sebuah kuil dibangun bagi ketiga dewa Yunani yaitu Demeter, Dionysius dan Persephone dibawa nama-nama Romawi ceres Liber dan Libera. Apollo dan ramalan Sibyl terjadi pada tahun 431 sebelum masehi. Kemudian kita lihat Artemis sebagai Diana dan Aphrodite sebagai Venus. Venus pada zaman dahulu adalah seorang dewi taman Romawi. Ritual bangsa Yunani dan Romawi keduanya mengakui hukum dan kita melihat sebuah tingkatan yang menakjubkan tentang syncretisme dan pengidentifikasian dalam sistem Roma. Apa yang terbukti nyata dari keseluruhan kelompok ini dan juga sistem keagamaan secara umum adalah bahwa kita memiliki pandangan-pandangan purbakala yang sama, yang melekat pada kenyataan peristiwa yang kita lihat gambarannya dalam Taman Eden, bukan hanya oleh bangsa Ibrani namun juga oleh seluruh dunia purbakala.

 

Dewa Romawi zaman dahulu, Sylvanus, dewa hutan dan sawah dan perbatasan di ditetapkan oleh para wanita sebagai peri atau makhluk mimpi buruk pada waktu melahirkan anak (cf. ERE, art. ‘Birth’, 2,p.649).

 

Dalam sistem Romawi kuno, agama didasarkan pada gagasan tua yang mengatakan bahwa hanya ada dua kelas makhluk mediator antara manusia dan dewa maha suci. Yang pertama dari kedua kelas ini adalah nyawa orang mati yang terikat dalam konsep kehidupan setelah kematian atau perbincangan engkau sekali-kali tidak akan mati dan yang kedua adalah roh-roh tertentu yang hadir dalam kehidupan setiap manusia (ERE art. Demons and Spirits, 4,hal 620).

 

Inilah gagasan kuno asli yang tidak mengalokasikan batas bagi makhluk-makhluk roh agar mereka dapat bertindak sebagai roh-roh dan melalui manusia tanpa divisi khusus. Dengan begitu kita melihat berbagai macam bentuk kontrol yang dilakukan oleh iblis. Polytheisme bukanlah sistem yang asli. Makhluk-makhluk roh ini diberi identifikasi oleh bangsa Yunani dan gagasan ini diadopsi oleh bangsa Roma dan kemudian menjadi apa yang kita mengerti dengan istilah polytheisme. Dan hal ini tidaklah terlalu kuno. Gagasan yang kuno adalah bahwa Semua-Bapa telah menciptakan semua allah atau dewa-dewa dan bahwa setiap negara atau kota atau negara bagian memiliki satu makhluk roh. Meskipun demikian, tidak ada pembagian yang jelas mengenai makhluk tersebut. Sesosok makhluk dapat juga mewakili suatu kelompok kolektif.

 

Makhluk-makhluk roh ini diidentifikasikan dengan dan sebagai pohon-pohonan dimana roh dan inti kehidupan mereka tinggal. Meskipun demikian, mereka dapat bertindak atas nama dan melalui manusia dalam sebuah bentuk yang disebut daemonia.

 

Roh Sebagai Makhluk Yang Berbeda

Sekarang kita dalam posisi untuk mengerti kisah dan konteks dimana kisah ini ditetapkan saat kisah ini ditulis dan sebelumnya yaitu saat kisah ini diceritakan sebagai suatu cerita  kepada generasi-generasi manusia purbakala, baik sebelum maupun setelah air bah. Ada banyak contoh tentang pandangan tentang gagasan mengenai sosok yang tidak terlihat yang terpisah namun secara dekat terkait dengan kehidupan manusia yang kelihatan. Orang Persia menyebutnya dengan fravashi, orang Mesir dengan ka, orang Yunani dengan psyche. Pembagian Roma mengenai hal ini akan menunjukkan kepada kita bagaimana hal ini dimengerti dan apa yang terjadi didalam divisi tersebut. Istilah yang digunakan untuk makhluk roh didalam setiap individu adalah genius, yang darimana kita memperoleh istilah tersebut. Simbol bangsa Babilon kuno bagi Genii adalah sebuah makhluk dengan kepala elang. Bangsa Itali kuno menerapkan sebuah makhluk yang berbeda bagi genius, yaitu terpisah dari manusia itu sendiri dan ia memiliki kuasa untuk mempropagandakan ras mereka. Ranjang penikahan yang diletakkan didalam atrium sebuah rumah Romawi kuno dengan jelas diistilah dengan lectus genialis dan kita melihat dari sini sebuah konsep yang berhubungan dengan pernikahan dan persatuan yang digambarkan dalam kitab Kejadian. Dari konsep ini kita memperoleh istilah to do ones’ genius a pleasure.

 

Matron rumah itu memberi istilah kekuasaan ini juno dan dewi yang muncul kemudian Juno adalah sebuah pandangan secara umum dan pemuliaan dari junones para wanita yang berbeda. Sekarang kita sampai pada konsep sistem triune. Kita memiliki Jupiter sebagai manifestasi fisik dari struktur dan dewa dan kapasitas kaum pria Genii. Juno adalah manifestasi kolektif dari kapastias spiritual wanita. Elemen-elemen ini menjadi nyata dengan keberadaan setiap individu dan kemudian menjadi tidak nyata namun mampu membawa pengaruh yang kuat atas mereka dan menentukan keberuntungan mereka (ERE, 4, hal. 621).

 

Hubungan doktrin transmigrasi nyawa dapat dilihat dimana makhluk tersebut tidak lenyap bersama dengan tubuh manusia.

 

Kekonyolan yang masuk akal muncul dari terciptanya Genii dari para dewa besar ketika mereka sebenarnya adalah genii itu sendiri dan juga mencerminkan struktur kolektif. Ini menjadi polytheisme yang rusak dari sistem. Sebagai akibatnya, sistem triune asli dari Roma dan dengan semua dari bangsa Arya adalah sebagai ibadat kesuburan yang besar dimana trinitas berdiri paling tinggi sebagai sebuah simbol dari interaksi kolektif antara ular dan sepasang manusia di taman Eden. Ular itu diidentifikasikan sebagai simbol baik genius dan juno.

 

Horas menyatakan genius sebagai dewa namun menyatakan bahwa ia adalah subyek kematian (Ep. II, ii, 188. ERE 4, hal. 621). Orang Yunani mencerminkan genius dengan tuche namun kadang-kadang daemon dipandang tepat dalam terang genius Romawi.

 

Dengan demikian kita beurusan dengan pandangan umum bahwa genius atau daemon adalah suatu dewa yang juga menjadi subyek kematian namun memiliki pengaruh atas kehidupan laki-laki dan perempuan dan dicerminkan sebagai sebuah pohon.

 

Salah satu dewa yang menyebabkan pertentangan diantara makhluk suci dengan melemparkan apel suci perselisihan dan menyebabkan makhluk pertentangan sebagai sumber perjuangan antara simbol pria dan wanita dari kesuburan kolektif yang dengan tepat begitulah kita menerima Adam dan Hawa dimana Hawa adalah ibu dari semua makhluk.

 

Matahari, Bulan dan Bintang-bintang Diantara Agama-agama Zaman Purbakala

Dewa Zeus bangsa Yunani dalam sebutannya yang paling kuno dalam Wide Eye adalah pembawa terang siang hari yang berarti juga adalah pembawa terang dan dewa matahari. Dalam hal serupa, Jupiter dan Zeus adalah sama. Hubungan dengan bangsa Celtic dilanjutkan bukan hanya dengan pohon jati atau Duir sebagai Zeus atau Jupiter namun juga dengan pohon-pohon lain dalam karakter sacral mereka yang berhubungan dengan para dewa misteri termasuk Apollo. Orang Druid juga menggunakan karakter-karakter Yunani untuk kegiatan-kegiatan umum (makalah: The Cross: Its Origin and Significance [039]).

 

Reinkarnasi Bangsa Celtic

Bangsa Celtic tampaknya memiliki sistem sembilan lipatan dari ilmu shaman purbakala yang diikat dalam sistem penyembahan dan reinkarnasi mereka.

 

Tampaknya ada sebuah aspek dari penggalian arkeologi tahun 1978-79, oleh Jorg Biel dan timnya, dari Hochdorf Chieftain dari Baden Wurttemburg yang terlewatkan untuk dilihat. Makam yang berisi penguburan komplit tidak dirampok. Hasilnya, kita dapat menarik kesimpulan dari makam ini yang mungkin terbuka bagi kita.

 

Makam ini berisi sebuah ketel Itali besar yang terbuat dari sangsa tertanggal 530 sebelum masehi dan satu set perlengkapan makan terbuat dari sangsa cukup untuk memenuhi kebutuhan sembilan orang. Juga terdapat sembilan tanduk untuk minum dengan tanduk kesembilan yang lebih besar dari yang lain. Ini digunakan sebagai  tanda symposium ideal Yunani dan ketel anggur yang besar sekali lagi sebagai tanda bahwa pesta atau symposium yang terjadi setelah kehidupan adalah sesuai dengan harapan orang celtic untuk ditransmigrasikan kedalam tubuh lain ditempat lain dalam kematian.

 

Barang-barang pekuburan lainnya termasuk peti-peti dan pakaian yang tidak akan diteliti selain bahwa pakaian itu terbuat dari bahan yang halus dan bukan dari pakaian militer.

 

Penjelasan ini dapat dilanjutkan lebih jauh lagi. Penjelasan tentang symposium Yunani tidak berbeda jauh dari tanda sebuah pandangan agama yang tidak penting yang ditunjukkan di makam.

 

Dalam makalah The Cross: Its Origin and Significance [039] (3rd ed. CCG, 1994, 1997, hal.10), referensinya dibuat sesuai dengan gambar-gambar simbol matahari seperti swastika, triskele dan lingkaran-lingkaran dan salib yang diukir dalam ukiran sangsa dewa Dispater. Simbol huru S muncul dalam koin. Sembilan dari simbol huruf S tergantung pada sebuah rantai yang dibawa oleh seorang dewa dengan roda. ERE mengatakan (art. Celts, hal 301-302)

Berbagai penjelasan mengenai figure ini telah diberikan: kemungkinan yang paling besar adalah sesuatu yang dikenali sebagai halilintar.

 

Sekarang, ini hanyalah satu bagian penjelasan dan tampaknya penjelasan mengenai hal ini sangatlah tidak penting.

 

Huruf S sebenarnya memiliki tujuan sebagai standar mitologi yaitu seekor ular. Ular ini diasosiasikan dengan ibadat misterius dan ditemukan dalam sembilan urutan tepat seperti yang kita lihat dalam Dispater. Kesembilan ikatan ular dapat ditemukan dalam sembilan ular yang menjaga gang didalam kerajaan dewa Seker. Yang pertama, ketiga dan kesembilan ular disimbolkan oleh sebuah mata kaki yang dimasukkan dalam nama-nama mereka (lihat Budge, The Book of the Dead, Arkana, London, xcv. Cox; The Cross: Its Origin and Significance [039] ibid., The Ankh Cross, hal 6).

 

Dengan demikian kita lihat apa yang sedang terjadi dalam apa yang disebut symposium orang Yunani dan persiapan pesta sembilan tempat di Celtic Hochdorf Chieftain.

 

Roda Dispater adalah roda kelahiran kembali dari bangsa Celtic Hyperborean. Sistem agama ini, berpusat pada Apollo bagi para Celtic Hyperborean yang hidup di Danube, menjadi alasan filosofi yang dibentuk menjadi agama yang pertama (Burnet, Early Greek Philosophy, 4th ed. Black, London, 1958, hal 81).

 

Apa yang terjadi adalah bahwa sembilan ular dari sistem Mesir dan sembilan ular bangsa Celtic adalah bahwa keduanya berhubungan dengan sistem reinkarnasi jiwa yang juga diterapkan ditengah bangsa Yunani kuno. Ibadat ini tersebar di Thrace sebagai bentuk misteri Dionysia. Dionysius diasosiasikan dengan pesta minum hingga mabuk. Seperti pesta mabuk Bacchanalian dari Bacchus bagi bangsa Roma. Juga seperti ritual Orphic dan selanjutnya. Pythagoraslah yang mengadopsi sekolah Delian ke Itali (Burnet, ibid).

 

Kesembilan ular atau setan dilekatkan pada setiap tingkatan naik menuju ketingkat sembilan, tingkat terakhir. Tingkat kesembilan ini adalah jalan masuk terakhir menuju kursi para dewa dan juga kontrol atas hidup dan kelahiran kembali.

 

Ankh didasarkan pada konsep yang sama seperti simbol Venus dan diperoleh kembali sebagai sebuah bentuk dari matahari salib yang hidup dengan salib yang pindah letaknya menjadi dibawah lingkaran.

 

Ankh-em-beu-mit adalah ular kesembilan dalam sistem Mesir. Terlalu berlebihan bila ada persamaan yang jelas atas sistem dengan tradisi asal usul ketuhanan yang umum dan kemudian tidak mempedulikan pengaruh-pengaruh yang tampak nyta yang harus ditarik dari jenis-jenis sistem. Ular merupakan simbol dari penghuni surga dalam bahasa purbakala. Bahasa Ibrani contohnya dan bentuk-bentuk suku Celtic, khususnya P Brythonic, yang diasosiasikan dengan Pnic dan Ibrani.

 

Orang Druid ditengah bangsa Celtic datang dari Mesir dengan orang Gadelian dan diambil oleh bangsa Milesia di Spanyol atau Iberia dari tengah bangsa Gadelian (MacGeohagen dan Mitchell, History of Ireland, Sadlier, New York, 1868, hal 42). Orang Yunani yang memiliki hubungan dengan mereka adalah Graeci Vetustissimi kuno. Semakin modern orang Yunani dan Roma tidak dikenal oleh Britain (ibid.).

 

Secara logika dapat ditarik kesimpulan bahwa Hochdorf Chieftain kuno pada kenyataannya disiapkan untuk ritual awal untuk menaiki sembilan tingkat dalam kehidupan setelah kematian. Setiap tingkat dijaga oleh suatu makhluk roh yang disimbolkan dengan ular. Dengan jalan yang sama ketujuh tingkat dari Hekkalot di Misticisme Merkabah diantara Judaisme Kabbalistic dijaga oleh seorang malaikat. Ingat kata Ibrani untuk Seraphim diasosiasikan dengan istilah iperi ulari sebagai yang bersiner. Sistem ini adalah sistem yang sama dari Mesir sampai ke India dan masuk ke Asia dan seterusnya.

 

Tingkat kesembilan diindikasikan dengan ukuran tanduk minuman kesembilan dan ukuran relatif dan kekuasaan dewa. Dengan demikian, model symposium dalam beberapa segi merupakan peserta ritual dari proses ini daan yang secara ideal hanya melibatkan kaum pria (Smiths Dictionary of Greek and Roman Antiquities art symposium, London 1851, hal 1082).

 

Kesimpulan yang menyangkut persamaan tidak dibuat oleh para ilmuwan modern karena contoh arkeologi Eropa modern tidak melibatkan persamaan pandangan seperti itu dan membutuhkan sebauh asal usul etnis budaya aborigin dari suku Celtic yang secara terus menerus dihasilkan.

 

Seperti yang akan kita lihat bahwa legenda-legenda adalah sama dan menunjuk kembali pada teks dalam Alkitab yang berhubungan dengan Taman Eden. Sistem agama kuno juga membawa konteks yang serupa.

 

Penyembahan Umum

Matahari, bulan dan bintang fajar dan sore merupakan obyek  penyembahan umum bagi bangsa Arya  diantara suku-suku Baltic hingga ke Teutons dan Persia. Semua ini memiliki fenomena yang berhubungan antara langit dan sinar. Maka kembalilah kita pada konsep umum agama yang paling kuno bagi kaum Arya sebelum mereka terpencar (ERE The Aryan Religion, 2, hal 34).

 

Tampak bahwa (dari informasi bangsa Teutons barat) ada seorang dewi kuno dari Sunna yang dalam bahasa Jerma kuno disebut Sunnen-aband atau yang memiliki arti asli sore hari sebelum Minggu.

 

Dari konsep ini, api dilambangkan sebagai obyek yang kudus, yang datang ke bumi sebagai api dan kilat dan demikianlah ibadat dari Vesta di Roma, Estin di Yunani, dan Fistia di Arkadia sebagai Hearth atau ibu Hearth. Semua ini adalah konsep yang berhubungan dengan struktur Arya kuno.  Diikat dengan pohon jati sebagai pohon yang menyimbolkan dewa kesuburan bagi kumpulan bagian-bagian dalam setiap individu melalui roh-roh yang mengontrol manusia.

Pohon-pohon lain yang menyimbolkan aspek yang berbeda tentang dewa, akan dijelaskan nanti dengan nama yang berbeda (The Origins of Christmas and Easter [235]). Semua pohon itu, dalam asal-usul mereka, dipahami sebagai anak-anak Allah.

 

Pada zaman dahulu, dewa-dewa ini tidak memiliki nama yang berbeda selain dari sistem matahari, bulan, dan bintang fajar dan sistem kesuburan yang di ditunjukkan. Tidak terlalu penting bagi bangsa Arya untuk memberi nama dan identifikasi bagi para dewa mereka. Dengan demikian, kita menemukan didalam kisah kuno kitab Kejadian sebuah metafora ular sebagai yang bersinar dan pohon di taman Eden.

 

Melalui tindakannya, kita mengerti tentang pemberontakan penghuni surga dan penjelasan tentang aple emas dalam masa Roma seperti yang kita lihat diatas.

 

Elemen ketiga dalam kisah itu adalah Minerca, dewi yang bertarung melawan Jupiter dan Juno. Nama ini diperoleh dari akar kata lama yang seluruhnya telah punah dari bahasa Itali kuno dan menurut Schreader kata ini tentu sangat kuno. Nama (menese ova memiliki bentuk Yunani menos dan menes os). Tampaknya nama ini memiliki keterkaitan dengan konsep asli dewi pagi hari yang dalam bahasa Teutonic disebut Ostara yang juga adalah dewi musim semi dan berhubungan dengan apa yang kita telah lihat dalam sistem Ishtar dari bangsa Assyro-Babilon (lihat makalah The Origins of Christmas and Easter [235]).

 

Disini Minerca bersaing dengan Venus sebagai bintang fajar dan sore hari. Dengan demikian kita memperoleh kumpulan kaum pria sebagai Jupiter, kumpulan kaum wanita sebagai Juno dan Bintang Fajar atau pembawa terang sebagai Minerva dan Lucifer.

 

Jadi, kita kembali kepada sistem kuno yang diterangkan dalam kitab Kejadian dan dimengerti namun diputarbalikkan oleh bangsa Arya dan seluruh sistem yang didasarkan pada anima atau roh-roh yang mendiami tubuh manusia dan mempengaruhi perilaku penciptaan. Bangsa Arya meminjam sistem ini dari bangsa Semites dan Sumeria pada masa yang sangat dini yaitu periode Indo-Iranian (ERE, 4, hal 36). Penjelasan yang diputarbalikkan mengenai sistem diantara bangsa Assyro-Babilon menjadi Animisme dan masuk kedalam seluruh sistem agama dunia seperti Shamanisme diantara para perantau dan mengembangkan peraturan mistisisme yang lebih tinggi diantara orang-orang yang tidak aktif.

 

Mistisisme mengembangkan struktur naik menjadi makhluk roh melalui meditasi.

 

Penjelasan mengenai apa yang terjadi dalam kejadian Pasal 3 jauh dari metafora yang tidak penting. Kejadian itu membentuk dasar dari penjelasan sistem agama dunia dan menajamkan pembagian antara Alkitab dan seluruh sistem yang didasarkan pada ibadat penyembahan berhala yang disimbolkan oleh sistem yang berdasar pada Natal dan Paskah dan seluruh sistem solstice.

 

Sistem agama meunjukkannya dengan cara kuno. Stonehenge dibangun lebih dari periode 5000 tahun yang lalu hingga 3500 tahun yang lalu. Stonehenge memiliki semua karakteristik dari sistem musim dingin solstice. Parit-parit abunya mengindikasikan api kudus. Orientasinya berkisar pada solstice. Batunya berwarna abu-abu mengindikasikan batu untuk membakar api kayu jati kudus. Skala waktu baik sebelum maupun sesudahnya biasanya merupakan bagian dari peristiwa air bah. Sistem solstice ini adalah agama kuno dari penghuni bumi.

 

Inilah perbedaan antara sistem kuno bangsa Assyro-Babilonia dan Alkitab.

 

Kita melihat contohnya dimana Hermes dan Apollo juga mengembangkan konsep yang ditemukan dalam Alkitab. Apollo berarti “Dia dari lipatan”. Hermes berarti “Dia dari batu” atau dia dari tumpukan batu (lihat ERE, Aryan Religion, 4, hal. 36).

 

Judul mengenai batu pelahan-lahan mencerminkan sang pembawa pesan dari para dewa dan pelindung orang yang bepergian.

 

Dari sejak zaman dulu, Apollo selalu dihubungkan dengan Phoibos atau yang bersinar sebagai dewa matahari (ERE ibid.).

 

Dewa matahari Phoebus membuka rantai ternak pada pagi hari dan mengendarainya ke padang rumput. Dewa perbatasan hutan kayu Sylvanus, tampaknya menjadi batu tanda perbatasan dan kita mengembangkan konsep-konsep ini pada zaman dulu kedalam banyak aspek karakter-karakter yang tidak dimengerti keasliannya.

 

Apa yang kita miliki adalah konsep yang sama seperti yang ditunjukkan didalam Alkitab namun kehilangan pengertian melalui ibadat-ibadat primitif.  

 

Phobos atau Lucifer (Yes 14:12), Pembawa terang adalah kerub berjaga yang diurapi yang berjalan naik dan turun diantara batu berapi (Yeh 28:14).

 

Pembawa pesan Allah adalah Memra atau Malaikat Yahovah. Sebutan Bintang Fajar dan Pembawa terang adalah untuk setan dan kemudian dipindahkan untuk Mesias. Fungsi Mesias  diambil alih oleh setan dan ia menjadi pengajar kemanusiaan. Fungsi mengajar ini seperti yang kita lihat dari Buku Henokh adalah pengertian umum tentang orang Ibrani kuno dalam hubungannya dengan kejatuhan penghuni surga.

 

Apa yang tampak kita pandang adalah sebuah konsep umum kuno yang jatuh kedalam kesia-siaan oleh salah pengertian modern tentang apa yang terjadi pada berbagai kisah dari berbagai negara. Hal yang sama yang ikut bertanggung jawab adalah pengajaran teologi sesat dari para teolog gereja mula-mula dari abad keempat dan kelima.

 

Allah telah menetapkan bangsa-bangsa sesuai dengan jumlah anak-anak Allah (Ul 32:8, juga LXX; 1 Clement dan DSS dari teks ini). Ia meletakkan kemanusiaan dibawah mahluk-mahluk ini.

 

Israel, diletakkan dibawah Yahova sebagai bagianNya (Ul 32:9). Negara-negara lain berada dibawah anggota-anggota lain penghuni surga. Inilah sebabnya mengapa ayat  dalam Ulangan 32:8 dirubah oleh agama Rabbinical Judaisme setelah jatuhnya kuil dalam teks Masoretic (makalah The Pre-Existence of Jesus Christ [243]).

 

Dua Jalan; Dua Sistem

Kita sekarang melihat bahwa pohon-pohonan mencerminkan sistem-sistem pemerintahan dan pengalaman. Allah telah mengetapkan sebuah sistem pada tempatnya dimana manusia dapat menghasilkan sebuah sistem tanpa kematian dan dosa dan dengan sistem tersebut dapat mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran dan hidup kekal.

 

Itulah pentingnya mengapa penghuni surga diciptakan. Semua makhluk adalah hasil ciptaan Allah Bapa dan menjadi subyek kehendakNya bagi untuk pemeliharaan Roh Kudus. Ia adalah Eloah sebagai satu Allah yang benar dari awal mula dan tidak ada yang sama seperti diriNya, seperti dikatakan oleh Kristus dan para rasul dan para penulis gereja seperti Irenaeus (Yoh 17;3; I Yoh 5:20 dan Irenaeus dalam Against Heresies seperti yang dikutip dalam makalah The Early Theology of the Godhead (No 172). Dengan kata lain, tidak ada dua atau tiga allah pada awal mulanya, melainkan hanya satu Allah yang benar.

 

Strukturnya tergantung paa dan bertindak dalam kehendak Bapa. Sistem yang ditetapkan diatas Bumi adalah agar Adam ditempatkan bersama dengan malaikat Yahova atau Yahovah elohim. Sosok ini adalah Elohim dan Yahova, dan Yakob bergumul denganNya dan menang seperti yang kita lihat dalam Hosea 12:3-5. Yahova dari penghuni surga adalah memorial dari elohim. Dengan kata lain, Ia memakai namaNya dan kekuasan Yahova (lihat makalah The Angel of YHVH [024]).

 

Dengan demikian Adam ditempatkan dibawah Mesias yang membawa panggilan Yahova elohim. Setan mencoba untuk merayuNya untuk mengikuti sistem lain dan melakukan sesuai caranya. Dalam pengertian ini, ini juga merupakan sebuah tes dari Azazel yang menjadi setan.

 

Setan berharap hendak memisahkan manusia dan menuduh mereka dihadapan Allah. Inilah pentingnya persoalan penciptaan Adam.

 

Percobaan

Sekarang, siapa yang menjadi persoalan dalam peristiwa percobaan dan jatuhnya manusia dalam dosa? Apakah Hawa telah memakan sepotong buah secara literal?

 

Bagaimana kejadian memakan buah ini dapat membuka matanya. Bagaimana hal ini melibatkan setan dan Adam?

 

Pertanyaan jelas yang ditanyakan selama berabad-abad adalah: apakah ini adalah suatu perilaku seksual?

 

Jawabannya ada dalam dua bentuk. Secara mendasar mereka berdiri sendiri atas waktu.

 

Pada zaman dahulu, semasa Augustine dari Hippo, jawaban yang tidak dikenal penulisnya adalah ya, percabulan terlibat dalam masalah ini. Para malaikat melakukan percabulan dengan wanita itu. Alkitab menuliskan sejumlah referensi yang jelas mengenai kenyataan ini. Tulisan non Alkitabiah kuno juga memiliki persamaan, atau referensi atau interpretasi yang sama dan gagasan-gagasan ini tidak ditutup dihadapan bangsa Israel purbakala. Dalam bukunya Antiquities of the Jews (Bk, 1,3,1), Josephus berkata bahwa beberapa malaikat:

 

Membuat Allah menjadi musuh mereka; karena banyak malaikat Allah dengan ditemani para wanita melahirkan anak laki-laki yang membuktikan ketidakadilan.

 

William Whiston dalam catatan bawahnya menuliskan tentang ayat ini:

Konsep tentang para malaikat yang jatuh dalam beberapa pengertian adalah bapak dari para raksasa tua, adalah pendapat konstan tentang antiquity (Complete Works, Kregel, 1981, hal 28).

 

Konsep ini tidak sesederhana kisah tentang keluarga lain yang telah melakukannya, karena kisah ini secara langsung diambil kedalam Perjanjian Baru bagi jemaat di Korintus oleh rasul Paulus ketika ia berkata:

IKor 11:9-10 Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki.Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.

 

Kita juga tahu dari kitab Yudas, saudara Yesus Kristus bahwa demikianlah kasus yang terjadi menurut pandangannya.

Yudas 6-7 Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi didalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar, sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.

 

Alkitab bahasa Inggris versi King James menggunakan kata percabulan (SGD 1608 ekporneusasai dari ekporneuo sebagai sesuatu yang sama sekali tidak kudus) daripada kata keinginan yang tidak alami dan ini juga merupakan pendapat dari tulisan-tulisan yang lain seperti Book of Enoch.

 

Dengan demikian, pengertian dari teks tersebut diperoleh dari konsep penciptaan wanita dan kenyataan bahwa para wanita melakukan yang tidak kudus dengan para malaikat.

 

Ini adalah pendapat zaman dahulu dan pengertian dari Kej 6:4 ketika anak-anak dilahirkan bagi mereka dan kebangkitan orang mati tidak diperuntukkan bagi keturunan raksasa-raksasa (makalah The Nephilim [154] dan juga The Resurrection of the Dead [143]). Mereka dikenal sebagai Rephaim dan mereka tidak memperoleh kebangkitan orang mati (Yes 26:14). Inilah tuan-tuan lain yang memerintah atas manusia.

Yesaya 26:13-14 Ya Tuhan, Allah kami, tuan-tuan lain pernah berkuasa atas kami, tetapi hanya namaMu saja kami masyurkan. Mereka sudah mati, tidak akan hidup pula, sudah menjadi arwah, tidak akan bangkit pula; sesungguhnya, Engkau telah menghukum dan memunahkan mereka, dan meniadakan segala ingatan kepada mereka.

 

Kata tuan-tuan lain adalah SHD 113 ‘adon atau maha kuasa atau pemegang kontrol sebagai manusia atau yang kudus, namun kata inilah yang digunakan dalam Mzm 136:3 dan kita lihat juga dalam Kej 19:2 dan Ul 10:17.

 

Paling tidak kita lihat dalamkonteks ini bahwa ada semacam kewaspadaan seksual yang terlibat antara Hava dan setan.

 

Pandangan tentang sistem agama kuno lainnya dari zaman air bah tampak telah menyalurkan konsep ini dalam setiap aspek simbolisme mereka. Triune atau tritunggal seperti yang dimengerti pada zaman dahulu adalah simbol dari Matahari, Bulan dan Bintang Fajar yang bekerja sama mendatangkan kesuburan. Aspek kedua lipatannya dalam sistem Bailonia dan Ishtar (lihat dalam makalah The Golden Calf [222]) berhubungan dengan surga dan bumi. Dengan demikian, anima (yang hanya mungkin diartikan sebagai roh palsu) masuk kedalam diri manusia melalui kebajikan aktifitas setan sebagai Bintang Fajar bersamaan dengan segala aspek yang dimiliki pria dan wanita.

 

Dengan demikian seluruh simbolisme menjadi kotor karena Matahari Kebenaran, Bulan Gereja dan Roh Kudus bertindak bersamaan sebagai tiga sosok yang berbeda dari umat pilihan sebagai gereja.

 

Augustine Dari Hippo

Skenario yang kedua dikenalkan oleh Augustine dari Hippo pada permulaan abad kelima. Ia menyangkal kisah bahwa Seth adalah keturunan menurut garis Adam dan bahwa Kain telah menikah dengan keturunan penghuni surga yang jatuh dan bahwa keturunannya tidak murni dalam generasi mereka seperti Nuh yang murni atau kudus dalam kgenerasinya (Kej 6:9) (The Genesis Apochrypon, DSS, Vermes, The Dead Sea scroll in Englis, 2nd. Ed., Pelican 1975, hal 215).

Dalam karyanya The City of God (Bk.XV, XXIII, NPNF 1st. series, col.2, hal 303) Augustine menyatakan bahwa para malaikat tidak idup bersama dengan manusia perempuan dan bahwa anak-anak Allah adalah keturunan murni dari garis Seth dan anak-anak manusia adalah keturunan Kain dan para raksasa yang hendak dimusnahkan adalah keturunan Kain.

 

Sekarang, skenario kecil rapi dan bagus ini dapat menyenangkan semua orang yang tidak dapat berargumentasi tentang kebenaran Alkitab sebagai teks yang diwahyukan secara literal. Skenario ini memberi gereja Kristen bekerja dibawah paying kerajaan sebuah jawaban yang jelas yang dapat memuaskan rasa ingin tahu dan tidak meninggalkan satu pertanyaanpun tergantung. Hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan orang-orang yang tidak berpengetahuan hingga munculnya penemuan-penemuan ilmiah pada zaman revolusi teknologi.

 

Orang-orang memutuskan ikatan mereka dari gereja yang tidak berpengetahuan dan mulai menggali masa lalu dan dengannya mereka menemukan bahwa bumi ini sudah tua dan ada binatang-binatang yang lebih tua dari manusia dan ada jenis manusia lain yang lebih tua yang sama sekali tidak berhubungan dengan mereka. Lalu seluruh kisah Augustine mulai menjadi berantakan.

 

Cukup anehnya adalah, pada awal mula skenario ini ditinggalkan oleh gereja yang telah lebih maju yaitu gereja Katholik. Cabang gereja Katholik Roma akhir-akhir ini telah menerima teori evolusi daripada menerima kebenaran literal dari Alkitab.

 

Penganut terbesar dari teori garis keturunan Augustine seperti yang kita istilahkan, sebenarnya adalah sekte fundamentalis yang menentang gereja Katholik Roma meskipun dalam keorganisasian mereka serupa.

Pandangan ini membuat sangat sulit untuk mengerti metafora atau arti yang lebih dalam dari ayat-ayat dalam kitab Kejadian.

 

Tidak diragukan lagi bahwa penghuni surga yang jatuh, seperti yang ditulis dalam Alkitab, telah melakukan percabulan dengan manusia perempuan. Apakah hubungan seksual langsung terlibat dalam hubungan mereka yang pertama atau tidak, tidak dapat dapat kita katakan. Tampaknya ada beberapa bentuk pengertian yang membantu tindakan perempuan bertindak atas kehendak ular atau Nachash, dan tindakan ini menyebabkannya dilempar ketanah dan menjadi binatang melata, seperti yang kita lihat dari penghukuman yang dijatuhkan kepadanya.

 

Apakah tindakan pertama ini melibatkan hubungan seksual atau tidak, yang jelas adalah peristiwa ini telah menuntun menuju ke hubungan seksual dalam keturunan perempuan itu. Menyangkal kenyataan ini adalah sama dengan menyangkal kata-kata lugas yang tertulis dalam Alkitab.

 

Pernikahan

Pengertian pernikahan dan keturunan jelas menjadi maksud kalimat dalam Kejadian 1:28. Hawa diberikan kepada Adam untuk menjadi penolongnya dan mereka dipersatukan sebagai satu daging dan mereka diperintahkan untuk memenuhi bumi. Ini merupakan perintah yang sama yang diberikan kepada Nuh setelah peristiwa air bah.

 

Maka, inilah satu dari hubungan pernikahan yang telah ditetapkan dan mereka tidak malu. Meksipun demikian, kita akan lihat nanti saat Adam dan Hawa melakukan dosa, mereka menjadi malu dan membuat penutup tubuh dari daun-daunan untuk menyembunyikan ketelanjangan mereka.

 

Tindakan yang pertama tidak melibatkan rasa malu. Tindakan yang kedua tampak jelas melibatkan rasa malu dan dalam hal ini mereka ditekan oleh seta.

 

Allah telah memberikan kepada Adam instruksi yang jelas untuk menaatiNya dan tidak memakan buah terlarang tersebut. Perempuan itu telah tidak menaati suaminya dan elohimnya dengan bantuan dari makhluk lain.

 

Adam memiliki tanggung jawab atas istrinya untuk memimpin dan menjadi kuat tapi tidak dilakukannya. Ia mengijinkannya berbuat dosa dan ia bukan lagi seorang yang  tanpa dosa dihadapan Allah.

 

Dengan cara yang sama, Adam yang kedua bertanggung jawab untuk pengantinNya perempuan, gerejaNya dan Ia bertanggung jawab untuk meletakkan pengantinNya tanpa cela dihadapan Allah.  Dalam aspek ini, pernikahan telah ditetapkan sebelum jatuhnya manusia kedalam dosa dan kudus adanya.

 

Air Bah

Tujuan dari musibah ini adalah untuk menengahi rencana Allah dan campur tangan ini menyerang pada tujuan utama penciptaan dan menyebabkan air bah.

 

Ia telah mencampuri penciptaan hingga pada tingkat ini sehingga mereka yang tidak cocok harus dibinasakan melalui air bah dan hanya orang-orang dengan generasi yang sempurna saja yang tertinggal.

Dengan demikian, struktur pemberontakan ini pada dasarnya adalah seksual, karena mencoba untuk menyerang pada kapasitas genetika penciptaan. Tampaknya telah berhasil dihentikan. Namun maalah-masalah genetika terus berkelanjutan dalam mengurangi kapasitas penciptaan.

 

Pemerintahan

Apa yang tidak diteliti didalam persoalan ini adalah pemerintahan planet ini diletakkan dibawah setan sebagai Bintang Fajar atau Pembara Terang. Pemerintahannya tidak diletakkan dibawah Yesus Kristus. Dengan demikian, sistem yang telah ditetapkan oleh Allah paling tidak sejak jatuhnya manusia kedalam dosa harus diserahkan kepada setan.

 

Oleh sebab itu dosa asal memiliki akibat langsung atas pemindahan manusia dari taman Eden dan hubungannya dengan Allah.

 

Didalam taman, Ruach Allah berjalan dan Adam serta Hawa memiliki kapasitas untuk berbicara dengan Allah.

Kejadian 3:8-12 Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu paa waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Dimanakah engkau?” Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang ; sebab itu aku bersembunyi.” FirmanNya; “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon yang Kularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”

 

Disini mereka telah memutuskan diri mereka sendiri dari Roh Kudus atau Ruach Allah. Mereka mendengar suara Yahova elohim. Pada saat itu ada angin sejuk ditaman atau dingin atau ruach hari.

 

Roh pada hari hari itu adalah Ruach.

 

Mereka telah berbuat dosa dan mereka menyembunyikan diri mereka sendiri dari Allah ditengah pohon-pohonan didalam taman.

 

Pertanyaan pertama dari Perjanjian Lama adalah pertanyaan Allah kepada orang berdosa yang bersembunyi (Kej 3:9). Yahova Elohim bertanya kepada Adam dan Hawa “Dimanakah engkau?”

 

Pertanyaan ini sangat kontras disbanding dengan pertanyaan seorang berdosa: “Dimanakah engkau?” dalam Perjanjian Baru di Matius 2:2.

Matius 2:2 Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.”

 

Disini kita melihat para orang majus yang sedang mencari anak Allah dan pembebasan yang hilang ketika Adam berbuat dosa. Dengan demikian, sosok yang mencari mereka di taman pada zaman Adam, saat ini dicari oleh orang majus ketika Ia datang untuk membebaskan mereka. Ikmat ini tidak datang dari manusia namun dari surga.

 

Adam mendengar suara dan bersembunyi karena ia telanjang. Pengetahuan ini tidak diperolehnya sebelumnya dan pengetahuan ini datang dari pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Argumentasi yang dilontarkan bahwa hanya pengetahuan yang baiklah yang merupakan jalan Allah, adalah tidak benar.

 

Lebih lagi, kita tahu bahwa sosok tersebut adalah malaikat Yahova atau Yehova Elohim, karena kita tahu bahwa tidak ada seorangpun yang telah melihat Allah atau mendengar suaraNya seperti yang disaksikan oleh Yesus Kristus tentang Allah (Yoh 5:37).

Yoh 5:37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suaraNya, rupaNyapun tidak pernah kamu lihat.

 

Kita akan melihat lebih jauh lagi bahwa apa yang dikatakan setan pada kenyataannya adalah benar dan bahwa pengetahuan baik dan jahat merupakan hal penting bagi status elohim.

 

Apa yang dikatakan Yahova Elohim terhadap yang lain.

Kej 3:21-24 Dan Tuhan Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. Berfirmanlah Tuhan Allah: “Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari pohon kehidupan itu dan memakannya. Sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.” Lalu Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.

 

Semua makhluk ini memiliki pengetahuan baik dan jahat. Dan Yahova Elohim berkata Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Sekarang, supaya ia tidak mengambil buah dari pohon kehidupan dan memakannya dan hidup selaman-lamanya, ia harus dikeluarkan dari taman itu.

 

Dengan cara yang sama, iblis juga dilarang untuk masuk dan mendekati pohon kehidupan itu terus menerus. Dalam pengertian ini, mereka tidak lagi bersifat “kekal” dalam arti memiliki kehidupan aionion, melainkan dikunci dalam suatu kerangka waktu dan tempat seperti yang kita lihat dalam ayat-ayat disini dan juga dalam injil Perjanjian Baru secara umum.

 

Dengan demikian, pengetahuan tentang yang baik dan jahat, digabung dengan pohon kehidupan membuat mereka menjadi seperti alohim.

 

Setan mengatakan yang benar kepada Hawa. Ia, sebagai Kerub yang berjaga memiliki pengetahuan ini dan demikian pula dengan Yahova elohim atau pemimpin yang menerima delegasi kuasa untuk memerintah atas nama Yahova dari penghuni surga yang sebenarnya adalah sosok makhluk itu.

 

Maka tidak mungkin bila dinyatakan hanya ada satu pohon yang dapat menyebabkan kematian. Pohon tersebut dilarang karena Allah memiliki sebuah rencana, yang dapat memampukan manusia untuk terus masuk menuju ke status elohim dalam struktur yang berbeda dengan apa yang kita alami sekarang.

           

Mengenai setan, ia kemudian menerima tanggung jawab untuk memerintah ciptaanNya hingga pada akhirnya dan untuk itu ia akan diadili. Cara yang ia putuskan untuk berurusan dengan manusia mengatakan tentang cara yang ia dan Mesias harus mengalami ciptaan itu sendiri.

 

Kecerobohan Yang Salah

Ini adalah argumentasi mengenai pengambilan keputusan yang sangat serius. Jika Allah tahu dan meletakkan kedua makhluk tersebut untuk memerintah atas ciptaanNya dan Ia tahu bahwa setan akan ikut campur tangan, maka Iapun memiliki tanggung jawab atas peristiwa yang terjadi. Menjadi sosok yang Maha Tahu, tentulah Ia telah tahu sebelumnya dan jika tidak maka Mesias tidak mungkin menjadi domba yang disembelih sebelum dasar dunia ini dijadikan.

 

Maka ada dua kemungkinan, yaitu Allah tidak memberi instruksi kepada Yahova Elohim dengan benar atau Ia berharap untuk memberi ijin kepada kedua makhluk manusia untuk memutuskan tindakan mereka sendiri atas metodologi rencana keselamatan selama periode percobaan tersebut terjadi.

 

Tanpa ikut campur tangan, Allah dapat mengetes rasa tanggung jawab penghuni surgaNya pada tingkat manapun.

 

Kristus sebagai Yahova elohim bertindak dibawah delegasi dan tidak maha tahu, seperti yang kita lihat nanti dalam ayat Alkitab, mungkin tidak diberitahu atau tidak ikut berpartisipasi dalam peristiwa jatuhnya manusia kedalam dosa dengan tidak bertindak.

 

Dalam kedua kasus ini, pemindahan kontrol terpengaruh dari Yahova elohim kepada nachash yang dilemparkan ketanah.

 

Nachash yang adalah Bintang Fajar masih memiliki ijin untuk sering masuk ke tahta Allah  seperti yang kita lihat dalam Ayub 1:6; 2:1.

 

Bumi kemudian dikutuk karena pelanggaran Adam dan Hawa. Inilah konsep keseluruhan yang terdapat dibalik Ulangan 32:8.

 

Sejak inilah, hukum memiliki pengaruh dan kutukan-kutukanpun mulai beraksi.

 

Apabila Yahova elohim tidak bertindak untuk melindungi, Iapun ikut bersalah sama seperti halnya dengan para orang tua yang ikut bersalah jika mereka gagal dalam melindungi anak-anak mereka dari bahaya yang akan membawa kematian.

 

Keseluruhan struktur tampak dimulai dari Allah untuk pertama-tama menguji elohim dan kemudian setelah memberi mereka struktur dan alternatif-alternatif membiarkan mereka memelihara ciptaan yang lain hingga pada akhirnya.

 

Ada dua jenis roh disini. Yang pertama adalah roh ketaatan dan yang kedua adalah keinginan untuk berada diluar kehendak Allah. Format inilah yang pertama-tama dimulai dalam peristiwa ini. Tidak diragukan bahwa format ini memancing rasa kewaspadaan terhadap kondisi mereka dalam hubungannya dengan elohim.

 

Dengan demikian, kita tidak membicarakan tentang kewaspadaan mereka atas ketelanjangan satu dengan dengan yang lain. Kita membicarakan tentang kewaspadaan atas ketelanjangan masing-masing mereka dihadapan elohim yang pengetahuan itu terbuka dihadapan mereka.

 

Tidak diragukan jika Allah Bapa tahu sebelumnya bahwa hal ini akan terjadi. Partisipasi Kristus sebagai Yahova elohim dalam peristiwa ini tidak mengikutsertakan kemahatahuanNya pada tingkat yang sama dengan Yahova penghuni surga.

 

Dengan demikian, rencana Allah dilibatkan lebih dari makhluk yang lain termasuk Kristus. Itulah sebabnya mengapa Kristus juga diuji dalam ketaatan dan iman, karena dengan kemahatahuan diperlukan ketidakhadiran iman. Karena dimana ada pengetahuan yang pasti, disitulah iman tidak diperlukan.

 

Pembukaan atas argumentasi ini seringkali menempatkan Allah sebagai Satu Makhluk dalam dua atau tiga hipotesa. Sebuah contoh tentang pandangan ini adalah pernyataan dari Worldwide Church of God dalam buku kecil mereka Awal Mulanya: Tanya Jawab Tentang Kitab Kejadian (WCG 1980, hal 2).

Perhatikan Yoh 1:1 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”

Ini adalah catatan rekaman dari zaman prasejarah yang paling tua. Dapat terjadi jutaan atau ratusan juta tahun yang lalu. Kedua makhluk roh yang hidup kekal, yang bersama-sama membentuk SATU Allah, sedang sendiri dalam ruangan yang kosong. Belum ada alam semesta secara fisik.

 

Artikel ini kemudian berbicara tentang Allah dalam bentuk tunggal.

Namun seperti halnya manusia berpikir, merancang dan berencana sebelum membuat – demikianlah Allah memiliki rencana dan merancang untuk menciptakan malaikat – makhluk yang kekal, yang keseluruhannya terdiri dari roh. Allah menciptakan malaikat sebelum menciptakan bumi. Kita tahu bahwa mereka telah diciptakan sebelum bumi karena mereka bersama-sama bernyanyi dan bersorak sukacita pada saat bumi diciptakan (Ayub 38:4-7).

 

Ini adalah teologi yang penyembahan berhala yang  diambil langsung dari penyembahan terhadap dewa Attis yang merupakan dasar dari berkembangnya Modalisme dalam sistem Roma. Hal ini diteliti dalam makalah The Origins of Christmas and Easter [235]. Dalam sistem itu, Allah merupakan dua mode keberadaan, sebagai Bapa dan Anak. Teori ini kemudian diambilmasuk dalam tahap Tritunggal dengan memasukkan Roh Kudus sebagai Penasehat Konstantinopel di tahun 381. Sistem Dwitunggal yang mencoba untuk membuat sebuah perbedaan dalam kedua makhluk tersebut dikembangkan dari badan penasehat Nicaea pada thaun 325.

 

Namun demikian, sistem ini adalah sistem penyembahan berhala dan bertentangan dengan Firman Allah, dan awal mula Tritunggal punah dalam gereja-gereja Allah. Hal ini dimulai dari penerapannya pada saat kitab Kejadian terjadi.

 

Lihatlah pada pernyataan sederhana dalam kitab Kejadia. Yahova elohim berbicara kepada Adam dan Hawa. Yahova elohim berbicara dalam bentuk jamak kepada elohim yang lain dan berkata manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita.

 

Ia adalah makhluk jamak. Setan sebagai bintang fajar dan hal ini disebut dalam Ay 38:4-7. Mesias juga adalah Bintang Fajar.

 

Disini kita melihat ada tiga makhluk elohim yang diberi istilah malaikat dan juga Yahova, yang adalah nama dari elohim yang berbicara kepada Abraham dan Lot sepertiyang kita lihat diatas.

 

Kristus berkata bahwa tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah atau mendengarNya berbicara. Meskipun Adam dan Hawa berbicara dengan Yahova elohim muka dengan muka seperti halnya Musa. Yakob bergumul denganNya. Sangat jelas bahwa Yahova elohim bukanlah Bapa, Allah satu-satunya yang benar yang dibicarakan Kristus dalam Yoh 5:37.

 

Lebih lagi, paling tidak ada tiga sosok makhluk dalam Perjanjian Lama yang memakai nama Yahova yang tak satupun dari mereka adalah Allah Bapa dan ketiganya diidentifikasikan sebagai malaikat.

 

Dengan demikian, perbedaannya yang dibuat oleh penganut teori dwitunggal tidak benar. Dikemudian hari, orang yang sama dapat menulis bahwa Allah dan Kristus sebagai dua makhluk yang dapat berdiskusi  mengenai siapa yang akan turun kedunia untuk dikorbankan. Alasan ini tidak masuk akal dan melompat dari teori Ditheisme kepada Binitarianisme dengan tidak berhubungan tanpa mengakui perkataan Mesias itu sendiri.

Allah yang Maha Tinggi tidak berada di Eden kecuali melalui Roh Kudus. Kedua makhluk yang berada dalam posisi kekuasaan dan kontrol adalah kedua makhluk senior yang berada disana.

 

Mereka menetapkan sistem untuk fase berikutnya. Makhluk senior disini adalah Yahova elohim yang sama yang ditulis dalam Hosea 12:3-4.

 

Dengan demikian, rencana ini ditetapkan bagi elohim yang memegang kontrol atas planet ini. Mereka telah memberontak dan mereka akan diuji sesuai dengan alasan pemberontakan mereka.

 

Sistem yang diperbantahkan oleh setan diletakkan pada tempatnya dan iapun ditempatkan disitu untuk memegang perintah. Meskipun demikian, negara Israel dikecualikan dan diberikan kepada Yahova elohim untuk membawa keselamatan kepada seluruh dunia melalui  garis keluarga ini dan sistem yang akan diletakkan dibawah hukum Allah. Dengan demikian keseluruhan sistem sudah ada sejak awal mula.

 

q