Jemaat
Jemaat Allah Al Maséhi
[255]
Hukum dan Perintah Allah Yang Ke Tiga [255]
(Edisi 2 19981006-20050718)
Ada tertulis: Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan. Perintah yang Ke Tiga mencakup keseluruhan konsep kuasa dan otoritas Allah di dalam sistem Tatanan HukumNya. Perintah ini tidak hanya menyangkut penyebutan namaNya dalam perkataan yang sia-sia tetapi juga berkaitan dengan keseluruhan tatanan hukum sipil dan keagamaan dan penanggalan yang ditetapkan sesuai fungsinya dalam tatanan tersebut. Melakukan sesuatu untuk Allah di bawah sistem yang berbeda juga merupakan pelanggaran terhadap perintah ini.
Christian Churches of God
PO Box 369, WODEN ACT 2606, AUSTRALIA
Email: secretary@ccg.org
(Hak Cipta ã 1998, 1999, 2005 Wade Cox
and Dave Treat)
(Dikemaskinikan dari karya
terdahulu oleh Ervin Yarnell pada 1998)
Makalah ini dapat diperbanyak dan didistribusikan tanpa
dipungut biaya dengan syarat bahwa tak ada bagiannya yang diubah atau
dihilangkan. Nama dan alamat penerbit dan pernyataan hak-cipta harus
disertakan. Tidak dibenarkan untuk memungut biaya atas salinan yang
didistribusikan. Kutipan singkat dapat dimuat dalam artikel kritis dan ulasan tanpa
melanggar ketentuan hak-cipta.
Makalah ini
tersedia di World Wide Web pada alamat:
http://www.logon.org
dan http://www.ccg.org
Hukum dan Perintah Allah yang Ke Tiga [255]
Ada tertulis:
Keluaran 20:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Ulangan 5:11 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Tuhan sebagai Sumber segala Kuasa dan Otoritas
Nama Allah dalam bentuk tunggal adalah Eloah. Ia adalah sumber segala kuasa dan otoritas dan yang menjadi obyek penyembahan di dalam Bait Allah. (Ezra 4:17-7:26)
Ia meluaskan diriNya untuk menjadi semua di
dalam segalanya. Angkatan syurgawi menjadi elohim dengan Eloah setelah ciptaan
mereka sama seperti kita sedang menjadi elohim. Sekalipun demikian Ia adalah
tetap Allah yang tunggal.
Ulangan 6:4-5 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! 5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Keluaran 3:14 menunjukkan
kepada kita bahwa Allah menjadi sesuatu. (KJV menuliskan “mengutus”). Ia
menyatakan disitu Aku akan menjadi Aku
Yang Akan Jadi (‘eyeh ‘asher ‘eyeh
lihat selanjutnya dalam Oxford Annotated
RSV dan karya Bullinger: Companion
Bible catatan untuk ayat tsb.). Tuhan sedang menjadi semua dalam semua.
Segala kuasa dijalankan di bawah arahan dari Allah, dilakukan atas namaNya sebagai Yehova Agung. Karenanya setiap makhluk yang bertindak bagiNya dipanggil dengan namaNya yaitu Yehova dan mereka mempunyai otoritasNya sama seperti seseorang yang membawa cincin raja mempunyai otoritas raja (lihat selanjutnya dalam Malaikan YHVH [024]; Kejadian pasal 18 dan 19)
Penggunaan Nama Allah dalam Kuasa
Allah membimbing dan mengajar kita. KelembutanNya membuat kita menjadi sempurna dan kita memiliki perisai keselamatanNya. Ia adalah benteng kita dan pembebas kita (lihat selanjutnya dalam 2Samuel 22:32-35; Mazmur 18:34; 144:1). Semua kuasa berasal dari Allah dan kekuasaan yang ada adalah diberikan oleh Allah (Roma 13:1, 2, 7).
Sekalipun demikian, kita harus mematuhi Allah lebih daripada mematuhi manusia (Kisah Para Rasul 5:29). Dendam dam pembalasan adalah hakNya (Ulangan 32:35; Mazmur 94:1; Ibrani 10:30; Roma 12:19).
Ulangan 10:20 Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu, kepadaNya haruslah engkau beribadah dan berpaut, dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah.
Penyalah-gunaan Nama Allah sebagai suatu Otoritas
Imamat 19:12 Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.
Semua otoritas sudah seharusnya bermuara dari, dan untuk menangani kesemua hal di dalam Hukum Allah. Semua sistem keagamaan yang menyatakan bekerja untuk Alkitab dan mempengaruhi ataupun mengubah sistem Hukum Allah, sebenarnya menyia-nyiakan nama Allah yang Sejati dan melanggar hukumNya, sesuai dengan pernyataan Perintah yang Ke Tiga.
Jika mereka mengajar bertentangan dengan firman Tuhan maka mereka mengambil namanya tanpa tujuan dan tanpa otoritasNya dan kerana itu adalah sia-sia.
Adalah merupakan suatu pelanggaran terhadap Hukum Allah dan terhadap Perintah ini, untuk membuat sebuah sistem hukum, yang tidak sesuai dengan Alkitab dan ketentuan yang ada di dalamnya.
Dengan demikian keseluruhan sistem yang dibuat menyelewengkan Hukum Allah. Adalah tidak diijinkan untuk mengimplementasikan sebagian dari tatanan hukum yang ada, tapi menolak bagian yang lain.
Adalah tidak diijinkan untuk mengklaim diri menyembah Allah yang Hidup di dalam nama Yesus Kristus, tetapi kemudian menolak Sabat dan Hari-hari Raya, kemudian meng-implementasikan suatu sistem penyembahan kafir ataupun sistem kultus penyembah Matahari. Dengan demikian kebaktian pada hari Minggu, dan penerapan perayaan Natal dan Paskah, tidak hanya melanggar Perintah yang Ke Empat, tetapi juga pelanggaran Perintah yang Ke Tiga dan keseluruhan Hukum Allah.
Allah menyatakan
bahwa Ia membenci Perayaan dan Sabat mereka (Yesaya 1:11-20) karena sikat
hipokrit ini.
Sebuah Sabat palsu tidak hanya berupa penyembahan pada hari yang berbeda, seperti pada hari Minggu. Sabat palsu adalah penyembahan Allah secara sia-sia, melalui ketidak-adilan dan kelicikan dan kepalsuan. Allah membenci imam-imam yang palsu dan menyembah berhala ini. Imam-imam ini adalah yang mengenakan jubah hitam dan menyembah Baal dan kultus penyembah Dewa Matahari (lihat selanjutnya dalam 2Raja-raja 23:5; Hosea 10:5; Zefanya 1:4).
Diberitahukan kepada kita agar tidak menyebut nama Allah dengan sembarangan, atau bersumpah demi namaNya secara palsu.
Nama Allah dalam Kesia-siaan
Allah telah berfirman:
Keluaran 20:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Imamat 19:12 Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.
Mazmur 99:2-3 TUHAN itu maha besar di Sion, dan Ia tinggi mengatasi segala bangsa. 3 Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-Mu yang besar dan dahsyat; Kuduslah Ia!
Mazmur 111:9 Dikirim-Nya kebebasan kepada umatNya, diperintahkanNya supaya perjanjianNya itu untuk selama-lamanya; nama-Nya kudus dan dahsyat.
Yeremia. 14:9 Tetapi Engkau ada di antara kami, ya TUHAN, dan nama-Mu diserukan di atas kami; janganlah tinggalkan kami!”
Tuhan
yang Tidak Kelihatan
Firman Tuhan menyatakan pada kita bahwa Allah belum pernah dilihat dan tak seorangpun pernah mendengar suaraNya. Siapakah Allah ini yang hanya dikenal dari namaNya?
Yohanes 1:18a Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah
Keluaran 33:20 Lagi firman-Nya: “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.”
Yohanes 5:37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suaraNya, rupaNyapun tidak pernah kamu lihat,
Disini Kristus menyatakan identitas sang Bapa sebagai Dia yang belum pernah dilihat, baik bentukNya maupun suaranya belum pernah didengar orang.
Tulisan Paulus di Perjanjian Baru mengunjuk pada Allah yang “gaib”.
Kolose 1:15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,
1Timotius 1:17 Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.
Ibrani 11:27 Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.
Allah ini yang belum pernah dilihat siapapun, mempunyai sebuah nama. Nama Allah menunjukkan siapa Allah itu. Nama Allah adalah Eloah, atau Yahova Agung. Terkadang secara keliru nama Allah disebut sebagai Yehova atau Yahwe.
Bagaimana penggunaan atau penyebutan nama Allah secara sembarangan atau sia-sia itu?
Konkordansi Analisis karangan Young memberikan beberapa arti terhadap kata “sembarangan” atau “sia-sia”, yaitu:
· Vanity (membanggakan diri sendiri): Kata ini berasal dari kata Ibrani hebel (Yeremia10:3)
· Gratis (tak ada
harganya), tak ada nilainya – dari kata Ibrani chinnam (Yehezkiel 6:10)
· Hollow (tak ada
isinya) dari kata nabab (Ayub 11:11,
12)
·
Empty (kosong), atau hampa, dari kata rig (Mazmur 2:1; Yeremia 51:58)
·
Falsehood or lie (palsu atau menipu) dari kata sheqer (Keluaran 5:9)
· Waste or ruined (Sia-sia, terbuang atau rusak) dari kata tohu (Yesaya 45:18; lihat selanjutnya dalam Kejadian 1:2; Yeremia 4:23)
· Unprofitable or useless (tak memberi manfaat atau tak berguna) dari kata Yunani mataios.
Kesemua kata tersebut diterjemahkan ke dalam kata vain dalam bahasa Inggris (kemudian menjadi sembarangan atau sia-sia dalam bahasa Indonesia). Kita melihat dari referensi Alkitab, bahwa tiap-tiap kata tersebut sebenarnya mempunyai aplikasi/penerapan yang berbeda. Kata sembarangan di dalam Perintah yang Ke Tiga, mempunya kata Ibrani yang sama sekali berbeda. Kata Ibraninya adalah shav, atau shawv. Kata ini juga mengandung arti kepalsuan yang juga dapat menurun pada sembarangan atau kesia-siaan.
Dalam Kamus Ibrani Strong (Strong’s Hebrew
Dictionary (SHD) 7723, shawv berarti kehampaan,
kejahatan, kehancuran, penyembahan berhala, kesia-siaan, ketidak-bergunaan,
kepalsuan.
Sementara kita menelusuri perintah yang ke tiga, kita akan menelaah kesekian banyak penerapan dari hukum ini.
Nama
Tuhan Dituliskan namun tidak Disebutkan
Nama Allah sangat besar artinya bagi bangsa Ibrani. Setelah penawanan di Babilon, suku Yehuda dan sebagian suku Lewi dan Benyamin yang bersama mereka, menganggap nama Allah sedemikian suci sehingga walaupun nama itu seringkali ditulis, namun tak pernah diucapkan. Manakala seorang pembaca di sinagoga sampai pada kata ‘YHVH’ ia menggantinya dengan kata “Adonay” yang artinya “Tuhan”.
Huruf Ibrani, sebagaimana huruf steno pada masa kini, hanya terdiri dari konsonan. Huruf hidup ditambahkan kemudian bagi mereka yang tidak yakin terhadap tradisi lisan Ibrani, dengan sederet tanda-tanda kecil, yang disebut vowel points ataua tanda huruf hidup, di atas, di sekitar dan di bawah konsonan, tetapi tidak pernah melanggarnya.
Dengan demikian di sekitar huruf dari nama
Allah ditambahkan huruf hidup dari kata “Adonay” (SHD 136), yang harus dibaca.
Sebagai hasil dari praktik ini, pada masa yang agak modern, kata campuran
“Yehovah” muncul, terdiri dari nama “YHVH” dan huruf hidup “Adonay”. Nama ini
mengalami 134 kali perubahan oleh para Soferim atau para penulis pada jaman
para rabi. Kita tahu bahwa perubahan ini terjadi terhadap aslinya. Kita tahu
dari arkeologi kuno bahwa kependekan nama Allah adalah Yaho (lihat selanjutnya
dalam J. B. Pritchard, The Ancient Near
East, Princeton, 1958, Jilid 1, hal. 278-282). Inilah yang kemudian salah
dituliskan menjadi Jah. Tak ada huruf J
dalam aksara Ibrani dan huruf hidupnya juga dengan keliru ditinggalkan pada
teks tersebut, sebagaimana yang kita lihat dari teks kuno pada Bait di
Elephantine (lihat selanjutnya dalam Mazmur 68:4 KJV). Para ahli masa kini
menuliskannya “Jahveh”, atau “Yahweh”.
Manakala Yahovah SHD 3068 dituliskan, kata ini kemudian dilafalkan menjadi Adonai dan ketika The God (Allah) yang akan disebut, maka Yahovih SHD 3069-lah yang dituliskan. Ini selalu dilafalkan elohim oleh para penulis masa kemudian, lebih untuk menghindarkan implikasi teologi dari perbedaannya daripada untuk maksud yang lain.
Banyak dari tradisi yang muncul kemudian ini masuk ke dalam Yudaisme dari penawanan di Babilon, dan konsep diantara bangsa yang tidak mengenal Allah, dengan tidak menyebutkan nama Allah, karena takut penyebutannya dapat membuat Allah bertindak, atau dikendalikan oleh orang yang menyebutkan nama tersebut (lihat selanjutnya dalam the paper Abrakadabra: Arti Nama-nama [240]).
Bahkan di saat menuliskan nama Allah, penulisnya diikat oleh aturan tertentu. Seorang penulis Hukum Tuhan:
· Harus menulis sesudah mandi.
· Harus mengenakan pakaian Yahudi secara lengkap
· Tidak pernah boleh mencelup-ulang penanya pada tinta, di tengah-tengah penulisan nama Allah.
· Apabila seorang Raja memanggilnya saat ia sedang menuliskan nama Allah, ia tidak boleh mengacuhkannya.
Peraturan ini diberlakukan, menurut kabar dikarenakan mereka berpendapat bahwa dengan peraturan itu manusia dapat dicegah agar tidak menyebutkan nama Allah dengan sembarangan. Akan tetapi lebih condong, bahwa mereka sendiri juga terpengaruh, dari pertimbangan yang sama seperti yang kita lihat dalam konsep penamaan dalam bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Jika anda tahu namanya, maka anda dapat memanggil dan mengendalikan sang allah yang disebut itu. Pandangan ini sama sekali bertentangan dengan arti dari perintah yang ketika dalam Hukum Allah.
Companion Bible karangan Bullinger memuat sebuah daftar dari pergantian Adonai menjadi Yahovah ini dan juga perlakuan terhadap kata elohim, di dalam Appendix 32.
Fokus penyebutan nama Allah ini adalah BUKAN apa yang dimaksudkan oleh perintah yang ke tiga.
R. J. Rushdoony, (The Institutes of Biblical Law, Presbyterian and Reformed
Publishing Company, 1973, hal 126) mengajukan pertanyaan berikut ini:
“Q.112. Apa yang dituntut oleh perintah yang ke tiga?”
“A. Perintah yang ke tiga menuntut bahwa nama Allah, sebutanNya, gelarNya, jabatan, firman, sakramen, doa, janji, sumpah, milik, karyaNya dan apapun yang ada akan membuatNya menjadi dikenal sebagai yang suci dan dipikirkan dengan hormat, dalam perenungan, kata-kata ataupun tulisan, untuk suatu pekerjaan yang kudus dan kebiasaan yang dapat dipertanggung-jawabkan, untuk kemuliaan Allah, dan untuk kebaikan diri kita sendiri dan sesama.”
(Q=Question=Pertanyaan.
A=Answer=Jawaban)
“Q. 113. Dosa apakah yang dilarang dalam perintah yang ke tiga?”
“A. Dosa yang dilarang dalam perintah yang ke tiga adalah, penggunaan nama Allah dengan tidak semestinya, dan ketidak-hormatan karena ketidak-pedulian terhadap nama itu, karena kesia-siaan, kesembarangan, kenajisan, ketakhyulan atau penyebutan secara licik atau selain itu penggunaan sebutan, gelar atau jabatan atau karyaNya dalam hujatan, janji, sumpah, sekalipun sesuai dengan tuntutan hukum, dalam keluh-kesah dan dalam pertengkaran, untuk menyelidiki gosip, dan dalam penerapan yang salah, atau dengan cara apa saja yang menyimpangkan firmanNya, atau sebagian daripadanya, untuk seruan yang tidak pantas, pertanyaan karena rasa penasaran atau yang tidak berguna, gurauan atau celaan atau menyatakan doktrin palsu; melecehkannya, makhluk atau apapun yang berada di dalam nama Allah, untuk mengguna-gunai atau nafsu cabul dan praktik cabul lainnya; melakukan kekejaman, memarahi, mencela atau menentang kebenaran Allah dengan cara apapun, juga anugrah dan jalanNya. Menganut profesi keagamaan untuk kepentingan diri sendiri atau untuk tujuan yang tidak baik; untuk merasa malu atau dipermalukan karena namaNya.”
Sebagian besar dari kita,
mungkin tidak pernah beranggapan bahwa perintah Allah yang ke tiga mempunyai
penerapan yang sedemikian luas.
Kita tahu bahwa
Allah ingin bersekutu dengan manusia. Satu-satunya cara agar persekutuan ini
dapat berhasil, adalah bagi manusia untuk menyerahkan diri secara total dan
menyeluruh pada Allah dan kehendakNya, melalui kepatuhan yang total dan
menyeluruh terhadap hukum-hukumNya. Allah lebih menginginkan kepatuhan daripada
persembahan. Lebih penting lagi, hukum diberikan untuk kepentingan kita dan
bukan merupakan sebuah beban apabila diterapkan di dalam kuasa Roh Kudus.
Penyelewengan
berupa penggunaan nama Allah secara sembarangan dimulai pada jaman cucu Adam,
Enos, yang dapat kita teliti dalam Kejadian
4:26.
Kejadian 4:26 Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN.
Kata-kata
di dalam versi King James ini menyembunyikan apa yang sebenarnya sedang
terjadi. Companion Bible, karya
Bullinger Appendix 21 memberikan pada kita maksud yang sebenarnya dari ayat
ini. Menurut komentar Yudais kuno, ini adalah karena manusia berhenti berdoa di
dalam nama Allah (Targum Onkelos) dan mulai membuat berhala dan menyebut
berhala itu dengan sebutan Firman Allah (Targum Jonathan). Rashi menyatakan bahwa
suatu ketidak-layakan dalam pemanggilan nama Allah. Apa yang disebut Dabar
Yahovah atau Firman Allah merupakan suatu entitas yang mewakili Allah,
sebagaimana yang kita pahami dari fungsi Logos dalam Yesus Kristus.
Pada
jaman Enos, keturunan Adam, kita ketahui bahwa manusia mulai melakukan
penyembahan palsu dengan menempatkan nama Allah pada benda-benda langit. Mereka
mulai memanggil “allah-allah” mereka dengan nama Yahovah.
Penyembahan
berhala karenanya dimulai dari titik ini. Enos sendiri berarti ringkih, lemah, sakit-sakitan atau tidak dapat disembuhkan. Kejadian
merupakan buku dari segala yang permulaan. Dalam jaman Enos, manusia mulai
menggunakan nama Allah secara sembarangan. Henokh, keturunan yang ke tujuh dari
Adam, dicatat telah memberikan nubuatan terhadap pelanggaran dan kemaksiatan
ini (Yudas 14, 15).
Penyembahan berhala selalu menyelewengkan
nama Allah. Adalah Iblis yang memberikan inspirasi pada manusia untuk
menyelewengkan penyembahan dari Allah dan mengarahkannya pada dirinya sendiri.
Mengucapkan Sumpah
Imamat 19:12 Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.
Amsal 19:28 Saksi yang tidak berguna mencemoohkan hukum.
“Landasan bagi semua prosedur hukum yang menyangkut segala sesuatu yang disebut perselisihan sipil, jelas berada di dalam Perintah Allah yang Ke Tiga, dan sudah barang tentu juga berlanjut ke dalam lingkup hukum kriminil.
(Ingram, World Under God’s Law, halaman 46).
Sumpah jabatan, untuk
menjamin kejujuran seorang saksi, untuk stabilitas masyarakat dalam pengertian
sikap yang sama terhadap kebenaran, dan keseluruhan struktur yang ada
didasarkan pada teori kewajiban, kesemuanya bergantung pada konsep kemurnian
atau kebenaran di bawah sumpah (atau suatu afirmasi jika sumpah dianggap
sebagai sesuatu yang berlawanan dengan perintah Kristus). Dimana tidak ada
penghormatan terhadap kebenaran, saat manusia dapat melakukan sumpah, tanpa
niat untuk mematuhi sumpah itu, maka anarki sosial dan kehancuran generasi timbul.
Manakala tak ada rasa takut terhadap Allah, maka kemurnian dari sumpah-pun
lenyap, dan d\landasan suatu masyarakat beralih dari kebenaran menjadi dusta.
Sumpah Naik Tahta atau
sumpah Jabatan Kepala Negara, atau sumpah jabatan apapun lainnya, pada jaman-jaman
awal, benar-benar dikenal sebagai suatu turunan dari perintah yang ke tiga, dan
bahkan sebagai penerapan perintah yang ke tiga. Dengan mengucapkan sumpah,
seseorang berjanji untuk mematuhi ucapan dan kewajibannya, sama seperti Allah
tidak melanggar firmanNya. Jika seorang pejabat gagal memenuhi sumpah
jabatannya, mereka juga telah masuk ke dalam penghakiman illahi dan kutuk dari
Hukum Allah jatuh atas dirinya. Dalam masyarakat masa kini terdapat suatu
ketidak-pedulian terhadap sumpah jabatan ini. Banyak catatan mengenai bagaimana
sumpah jabatan ini hanya sekedar suatu upacara belaka, suatu formalitas yang
harus diikuti. Seseorang mengucapkan sumpah sembari memegang Alkitab yang
mereka hanya baca sekedarnya, atau yang tidak dipahaminya, dan bahkan banyak
yang tidak percaya dengan apa yang dituliskan di dalamnya.
Pada jaman dahulu,
pelanggaran terhadap sumpah jabatan dianggap sebagai suatu pelanggaran yang
amat berat. Bagi seseorang yang menyaksikan sumpah jabatan semacam itu, atau
sumpah lainnya untuk melakukan kejahatan, dan tidak melakukan apa-apa, harus
memberikan penebusan pelanggaran (Imamat 5:4-7).
Sumpah palsu merupakan
pelanggaran terhadap kehidupan dari seluruh masyarakat. Kebencian terhadap
sumpah palsu direfleksikan di dalam Mazmur 109:17-18.
Mazmur 109:17-18 Ia cinta kepada kutuk [mengutuk, menyumpah]—biarlah itu datang kepadanya; ia tidak suka kepada berkat—biarlah itu menjauh dari padanya. 18 Ia memakai kutuk [mengutuk, menyumpah] sebagai bajunya—biarlah itu merembes seperti air ke dalam dirinya, dan seperti minyak ke dalam tulang-tulangnya;
Keluaran 23:1 “Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar.
Keluaran 22:10-11 Apabila seseorang menitipkan kepada temannya seekor keledai atau lembu atau seekor domba atau binatang apapun dan binatang itu mati, atau patah kakinya atau dihalau orang dengan kekerasan, dengan tidak ada orang yang melihatnya, 11 maka sumpah di hadapan TUHAN harus menentukan di antara kedua orang itu, apakah ia tidak mengulurkan tangannya mengambil harta kepunyaan temannya, dan pemilik harus menerima sumpah itu, dan yang lain itu tidak usah membayar ganti kerugian.
Zakharia 8:16-17 Inilah hal-hal yang harus kamu lakukan: Berkatalah benar seorang kepada yang lain dan laksanakanlah hukum yang benar, yang mendatangkan damai di pintu-pintu gerbangmu. 17 Janganlah merancang kejahatan dalam hatimu seorang terhadap yang lain dan janganlah mencintai sumpah palsu. Sebab semuanya itu Kubenci, demikianlah firman TUHAN.”
Amsal 6:16-19 Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: 17 mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, 18 hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, 19 seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.
Imamat 5:1 Apabila seseorang berbuat dosa, yakni jika ia mendengar seorang mengutuki, dan ia dapat naik saksi karena ia melihat atau mengetahuinya, tetapi ia tidak mau memberi keterangan, maka ia harus menanggung kesalahannya sendiri.
Imamat 5:4-5 Atau apabila seseorang bersumpah teledor dengan bibirnya hendak berbuat yang buruk atau yang baik, sumpah apapun juga yang diucapkan orang dengan teledor, tanpa menyadari hal itu, tetapi kemudian ia mengetahuinya, maka ia bersalah dalam salah satu perkara itu. 5 Jadi apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu, haruslah ia mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu
Imamat 5:6-13 dan haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN sebagai tebusan salah karena dosa itu seekor betina dari domba atau kambing, menjadi korban penghapus dosa. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosanya. 7 Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan kambing atau domba, maka sebagai tebusan salah karena dosa yang telah diperbuatnya itu, haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang seekor menjadi korban penghapus dosa dan yang seekor lagi menjadi korban bakaran. 8 Haruslah ia membawanya kepada imam, dan imam itu haruslah lebih dahulu mempersembahkan burung untuk korban penghapus dosa itu. Dan haruslah ia memulas kepalanya pada pangkal tengkuknya, tetapi tidak sampai terpisah. 9 Sedikit dari darah korban penghapus dosa itu haruslah dipercikkannya ke dinding mezbah, tetapi darah selebihnya haruslah ditekan ke luar pada bagian bawah mezbah; itulah korban penghapus dosa. 10 Yang kedua haruslah diolahnya menjadi korban bakaran, sesuai dengan peraturan. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosa yang telah diperbuatnya, sehingga ia menerima pengampunan. 11 Tetapi jikalau ia tidak mampu menyediakan dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, maka haruslah ia membawa sebagai persembahannya karena dosanya itu sepersepuluh efa tepung yang terbaik menjadi korban penghapus dosa. Tidak boleh ditaruhnya minyak dan dibubuhnya kemenyan di atasnya, karena itulah korban penghapus dosa. 12 Lalu haruslah itu dibawanya kepada imam dan imam itu haruslah mengambil dari padanya segenggam sebagai bagian ingat-ingatannya, lalu membakarnya di atas mezbah di atas segala korban. 13 Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosanya dalam salah satu perkara itu, sehingga ia menerima pengampunan. Selebihnya adalah bagian imam, sama seperti korban sajian.”
Melanggar Hukum Allah tanpa disadari
Ulangan 23:21-23 “Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu. 22 Tetapi apabila engkau tidak bernazar, maka hal itu bukan menjadi dosa bagimu. 23 Apa yang keluar dari bibirmu haruslah kaulakukan dengan setia, sebab dengan sukarela kaunazarkan kepada TUHAN, Allahmu, sesuatu yang kaukatakan dengan mulutmu sendiri.”
Kewajiban keluarga dan kepala keluarga
Bilangan 30:1-16 Musa berkata kepada
kepala-kepala suku Israel, demikian: “Inilah yang diperintahkan TUHAN. 2
Apabila seorang laki-laki bernazar atau bersumpah kepada TUHAN, sehingga ia
mengikat dirinya kepada suatu janji, maka janganlah ia melanggar perkataannya
itu; haruslah ia berbuat tepat seperti yang diucapkannya. 3 Tetapi
apabila seorang perempuan bernazar kepada TUHAN dan mengikat dirinya kepada
suatu janji di rumah ayahnya, yakni pada waktu ia masih gadis, 4 dan
ayahnya mendengar nazar dan janji yang mengikat diri anaknya itu, tetapi
ayahnya tidak berkata apa-apa kepadanya, maka segala nazarnya itu akan tetap
berlaku dan setiap janji mengikat dirinya akan tetap berlaku juga. 5
Tetapi jika ayahnya melarang dia pada waktu mendengar itu, maka segala nazar
dan janji yang mengikat diri anaknya itu tidak akan berlaku; dan TUHAN akan
mengampuni perempuan itu, sebab ayahnya telah melarang dia. 6 Tetapi
jika perempuan itu bersuami, dan ia masih berhutang karena salah satu nazar
atau salah satu janji yang diucapkan begitu saja dan yang mengikat dirinya, 7
dan suaminya mendengar tentang hal itu, tetapi tidak berkata apa-apa kepadanya
pada waktu mendengarnya, maka nazarnya itu akan tetap berlaku dan janji yang
mengikat dirinya akan tetap berlaku juga. 8 Tetapi apabila suaminya
itu, pada waktu mendengarnya, melarang dia, maka ia telah membatalkan nazar
yang menjadi hutang isterinya dan janji yang diucapkan begitu saja dan yang
mengikat isterinya; dan TUHAN akan mengampuni isterinya itu. 9
Mengenai nazar seorang janda atau seorang perempuan yang diceraikan, segala apa
yang mengikat dirinya akan tetap berlaku baginya. 10 Jika seorang
perempuan di rumah suaminya bernazar atau mengikat dirinya kepada suatu janji
dengan bersumpah, 11 dan suaminya mendengarnya, tetapi tidak berkata
apa-apa kepadanya dan tidak melarang dia, maka segala nazar perempuan itu akan
tetap berlaku, dan setiap janji yang mengikat diri perempuan itu akan tetap
berlaku juga. 12 Tetapi jika suaminya itu membatalkannya dengan
tegas pada waktu mendengarnya, maka ucapan apapun yang keluar dari mulutnya,
baik nazar maupun janji, tidak akan berlaku; suaminya telah membatalkannya, dan
TUHAN akan mengampuni isterinya itu. 13 Setiap nazar dan setiap
janji sumpah perempuan itu untuk merendahkan diri dengan berpuasa, dapat
dinyatakan berlaku oleh suaminya atau dapat dibatalkan oleh suaminya. 14
Tetapi apabila suaminya sama sekali tidak berkata apa-apa kepadanya dari hari
ke hari, maka dengan demikian ia telah menyatakan berlaku segala nazar
isterinya atau segala ikatan janji yang menjadi hutang isterinya; ia telah
menyatakannya berlaku, karena ia tidak berkata apa-apa kepadanya pada waktu
mendengarnya. 15 Tetapi jika ia baru membatalkannya beberapa lama
setelah didengarnya, maka ia akan menanggung akibat kesalahan isterinya.” 16
Itulah ketetapan-ketetapan yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, yakni antara
seorang suami dengan isterinya, dan antara seorang ayah dengan anaknya
perempuan pada waktu ia masih gadis di rumah ayahnya.
Ulangan 23:21-23 “Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu. 22 Tetapi apabila engkau tidak bernazar, maka hal itu bukan menjadi dosa bagimu. 23 Apa yang keluar dari bibirmu haruslah kaulakukan dengan setia, sebab dengan sukarela kaunazarkan kepada TUHAN, Allahmu, sesuatu yang kaukatakan dengan mulutmu sendiri.”
Hujat, penyalah-gunaan nama Allah dalam penghujatan sederhana
Para Pemazmur mencatat orang-orang bodoh dan musuh-musuh Israel melecehkan nama Allah (Mazmur 74:10-18). Orang Israel dibebeaskan dan ditebus oleh Allah yang berfirman. Umat Allah kemudian dibuang ke dalam penawanan dan menghujat nama Allah. Karena itu umatNya harus mengenal namaNya dan bahwa Ia berfirman (Yesaya 52:5; lihat selanjutnya dalam Roma 2:24). Pada jaman akhir manusia akan menghujat nama Allah dan tidak mau bertobat untuk memberiNya kemuliaan (Wahyu 16:9, 11, 21).
Sebuah contoh klasik dari penyalah-gunaan nama dan otoritas Allah, dalam suatu sumpah jabatan dan hujatan yang sederhana, ditemukan di dalam 1 Raja-raja 21:10-13 dan Kisah Para Rasul 6:11 dan seterusnya. Stefanus tidak mempertanyakan hak dari dewan yang menjatuhkan hukuman mati baginya. Ia berdoa meminta pengampunan bagi mereka semua, akrena mereka telah bertindak atas dasar kesaksian palsu, yang melanggar perintah yang ke tiga dan yang ke sembilan.
Kristus menerima tuduhan palsu bahwa Ia telah menghujat (Matius 9:3; 26:65, 66; Yohanes 10:36). Akan tetapi, pada saat itu Ia juga mengatakan, mengenai dosa yang tidak dapat diampuni dalam hal penghujatan terhadap Roh Kudus (Matius 12:22-32; Markus 3:22-30). Ini merupakan suatu hal yang tanpa dikaitkan hal lainnya sudah cukup rumit. Roh Kudus merupakan suatu instrumen yang diharuskan dalam penerimaan keselamatan dalam kuasa Allahy. Kegagalan untuk mengakui perlunya penebusan dan mengakui dosa, pada dasarnya adalah sama dengan berdusta, dan menghujat Roh Kudus.
Menghormati orang lain yang menyandang Nama Allah
Otoritas Allah juga berlaku baik bagi pemerintahan rohani maupun jasmani.
Keluaran 22:28 “Janganlah engkau mengutuki Allah dan janganlah engkau menyumpahi seorang pemuka di tengah-tengah bangsamu.
Menghina pemerintah suatu negara yang adalah elohim sama saja dengan menghujat nama Allah. Kita akan membahas ini lebih banyak di bawah. Hujat dan penghujatan nama Allah, diuraikan berkali-kali di dalam Alkitab.
Mazmur 74:10 Berapa lama lagi, ya Allah, lawan itu mencela, dan musuh menista nama-Mu terus-menerus?
Mazmur 74:18 Ingatlah ini: musuh mencela, ya TUHAN, dan bangsa yang bebal itu menista nama-Mu.
Yesaya 52:5-6 Tetapi sekarang, apakah lagi urusan-Ku di sini? demikianlah firman TUHAN. Umat-Ku sudah dirampas begitu saja. Mereka yang berkuasa atas dia memegahkan diri, demikianlah firman TUHAN, dan nama-Ku terus dihujat sepanjang hari. 6 Sebab itu umat-Ku akan mengenal nama-Ku dan pada waktu itu mereka akan mengerti bahwa Akulah Dia yang berbicara, ya Aku!
Contoh dari saksi palsu untuk suatu tujuan yang tidak jujur, dapat dilihat dalam kasus Nabot. Tindakan ini melanggar baik perintah ke tiga maupun perintah ke sembilan; melanggar yang ke sembilan karena adanya saksi palsu, dan melanggar perintah ke tiga, karena ada putusan hukum yang diterapkan dengan tidak adil.
1Raja-raja 21:10-13 Suruh jugalah dua orang dursila duduk menghadapinya, dan mereka harus naik saksi terhadap dia, dengan mengatakan: Engkau telah mengutuk Allah dan raja. Sesudah itu bawalah dia ke luar dan lemparilah dia dengan batu sampai mati.” 11 Orang-orang sekotanya, yakni tua-tua dan pemuka-pemuka, yang diam di kotanya itu, melakukan seperti yang diperintahkan Izebel kepada mereka, seperti yang tertulis dalam surat yang dikirimkannya kepada mereka. 12 Mereka memaklumkan puasa dan menyuruh Nabot duduk paling depan di antara rakyat. 13 Kemudian datanglah dua orang, yakni orang-orang dursila itu, lalu duduk menghadapi Nabot. Orang-orang dursila itu naik saksi terhadap Nabot di depan rakyat, katanya: “Nabot telah mengutuk Allah dan raja.” Sesudah itu mereka membawa dia ke luar kota, lalu melempari dia dengan batu sampai mati.
Dalam referensi ini Izebel
memunculkan penuduh-penuduh palsu, sehingga Raja Ahab merampas kebun anggur
Nabot.
Kisah Para Rasul 6:8-13 Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. 9 Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini—anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria—bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, 10 tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara. 11 Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: “Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah.” 12 Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. 13 Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: “Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat,
Disini saksi palsu
dimunculkan untuk bahwa menuduh Stefanus menghujat. Kuasa untuk menjatuhinya
hukuman mati memang ada, tetapi digunakan secara tidak semestinya.
Dengan cara yang sama, mereka berusaha untuk mempersalahkan Kristus, sebagaimana yang kita ketahui. Dalam sebagian besar kasus yang ada, nabi yang dikirim ke Israel selalu dibunuh, dengan berbagai alasan yang dicari-cari, oleh para imam dan para nabi, ataupun juga oleh komunitas keagamaan masa kini. Dalam sebagian besar kasus yang ada, bangsa-bangsa jatuh ke dalam dosa, karena komunitas keagamaan itu sendiri sudah menyimpang dan secara umum sebagian besar telah jatuh ke dalam penyembahan berhala.
Matius 9:1-7 Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. 2 Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” 3 Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: “Ia menghujat Allah.” 4 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? 5 Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? 6 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” –lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu–:”Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” 7 Dan orang itupun bangun lalu pulang.
Jika Yesus adalah sungguh Kristus, maka Ia tidak akan mengucapkan hujat. Imam Besar telah “bernubuat” pada tahun itu, bahwa ada satu orang yang harus mati bagi bangsa mereka. Yang ia maksud jelas adalah Kristus. Hal ini digambarkan secara simbolis dengan pengoyakan jubah. Imam Besar tidak pernah mengoyak jubahnya. Apa yang ia lakukan dengan tindakan ini secara simbolis, adalah mengoyakkan imamat dari Lewi di Yudea, kepada Melkisedek di Israel.
Matius 26:63-66 Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.” 64 Jawab Yesus: “Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.” 65 Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: “Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. 66 Bagaimana pendapat kamu?” Mereka menjawab dan berkata: “Ia harus dihukum mati!”
Yesus Kristus dikenai
tuduhan palsu tentang penghujatan, karena ketidak-tahuan bangsa yang menjadi
pendengar Firman Allah. Sebagian besar Kekristenan modern akan juga
menginginkan kematian Kristus jika Ia datang pada jaman ini, karena pesan yang
akan Ia sampaikan pada mereka akan berbeda dengan apa yang mereka inginkan,
dan apa yang telah diajarkan kepada mereka. Pada abad pertengahan, Kristus
tentu akan dibakar di kayu pancang, sebagai apa yang disebut orang Arya
penganut Sabat, jika didasarkan pada semua firmanNya dalam teks Perjanjian
Baru.
Yohanes 10:34-36 Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? 35 Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah—sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan—, 36 masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?
Pesan ini saja tentunya cukup untuk mendatangkan tuduhan bagiNya. Ia dituduh telah menggunakan kuasa dari dewa lalat, yang dinamai Ekron sang allah.
Matius 12:22-32 Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. 23 Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: “Ia ini agaknya Anak Daud.” 24 Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: “Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.” 25 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. 26 Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? 27 Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. 28 Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. 29 Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu. 30 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. 31 Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. 32 Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.
Yesus Kristus mengajarkan,
bahwa hujatan antara seorang dengan yang lain merupakan pelanggaran yang dapat
diampuni, tetapi penghujatan terhadap Roh Kudus, membawa hukuman mati.
Pertobatan merupakan prasyarat keselamatan. Pengakuan dosa dan pengakuan
dibutuhkannya anugrah keselamatan dari Allah dalam Roh Kudus, merupakan kunci
dari keselamatan. Kegagalan bertobat merupakan penghujatan terhadap Roh Kudus.
Wahyu 16:9,11,21 Dan manusia dihanguskan oleh panas api yang dahsyat, dan mereka menghujat nama Allah yang berkuasa atas malapetaka-malapetaka itu dan mereka tidak bertobat untuk memuliakan Dia. 11 dan mereka menghujat Allah yang di sorga karena kesakitan dan karena bisul mereka, tetapi mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan mereka. 21 Dan hujan es besar, seberat seratus pon, jatuh dari langit menimpa manusia, dan manusia menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat.
Menghujat Allah merupakan
anti-tesis dari pertobatan. Dunia telah menjalankan urusannya sendiri sesuai
dengan hukum dan sistemnya, selama enamribu tahun bahkan lebih. Mereka telah
menurunkan kadar bumi menjadi sekedar sebuah padang gurun virtual yang tak
dapat dihuni namun mereka masih tetap tidak mau bertobat dan memberikan
kemuliaan pada Allah dan HukumNya. Mereka menyia-nyiakan namaNya dengan
membangun sistem pemerintahan yang palsu.
Imamat 24:16 Siapa yang menghujat nama TUHAN, pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, haruslah dihukum mati.
Allah tidak main-main. Allah
sungguh-sungguh dengan apa yang Ia katakan. Masyarakat akan berada dalam
keamanan apabila hukum ini sepenuhnya dijalankan. Tatanan Hukum Allah tidak
dapat dijalankan sepotong-sepotong. Hukum ini tidak dapat diimplementasikan
dalam basis ad-hoc, atau dengan cara sebagian demi sebagian. Keseluruhan sistem
tatanan Hukum Allah merupakan sebuah sistem yang komplit, yang didasarkan pada
hubungan rohani secara teoritis, yang bersumber dari keberadaanNya sendiri.
Kausalitas bukanlah sebuah sistem hubungan yang dapat ditaati dengan julukan tambahan. Ini merupakan suatu
Ketunggalan, yang bersumber dari keberadaan Allah dalam tatanan HukumNya. Ini
merupakan sesuatu yang kudus, benar, baik dan sempurna dan sejati karena Allah
adalah kesemuanya itu. Penyimpangan terhadap Hukum Allah dan kesaksian atasNya
adalah menyebutkan nama Allah dengan sembarangan.
Pemberontakan Korah dalam Bilangan 16 menunjukkan pada kita bahwa Allah tidak akan terus menerus memberikan toleransi pada mereka yang menentang dan menghujat Dia.
Bilangan 16:31-33 Baru saja ia selesai mengucapkan segala perkataan itu, maka terbelahlah tanah yang di bawah mereka, 32 dan bumi membuka mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya dan dengan semua orang yang ada pada Korah dan dengan segala harta milik mereka. 33 Demikianlah mereka dengan semua orang yang ada pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati; dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu.
Nama Allah dna mereka yang diurapi Allah disebutkan dalam kejahatan. Allah menggunakan contoh ini untuk memusnahkan para pemberontak, dan sebagai sebuah contoh bagi yang lain yang menghujat Allah. Penghujatan adalah lebih dari sekedar menggunakan nama Allah dengan tidak pantas. Penghujatan merupakan perkataan yang merendahkan, licik dan memberontak yang diarahkan pada Allah dan sistenNya dan terhadap mereka yang bertindak dalam namaNya.
Nabi Yeremia dibenci oleh para nabi Anaton dari mana ia berasal. Umumnya suatu kebusukan timbul dalam sebuah bangsa dimulai dari para pemimpinnya. Pada jaman akhir, pelacur keagamaan sudah demikian menghancurkan kedudukannya sendiri, sehingga binatang dari sistem manusia di akhir jaman, akan berbalik melawan pelacur itu danmenghancurkannya. Pelacur itu juga telah menyia-nyiakan nama Allah yang Hidup, sehingga menjadi sama-sekali kehilangan kredibilitasnya, yang seharusnya ia miliki (lihat selanjutnya dalam Wahyu 17:16).
Paulus dibawa ke hadapan Imam Besar. Tindakan ini membentuk sebuah pelajaran yang penting.
Kisah Para Rasul 23:1-5 Lima hari kemudian datanglah Imam Besar Ananias bersama-sama dengan beberapa orang tua-tua dan seorang pengacara bernama Tertulus. Mereka menghadap wali negeri dan menyampaikan dakwaan mereka terhadap Paulus. 2 Paulus dipanggil menghadap dan Tertulus mulai mendakwa dia, katanya: “Feliks yang mulia, oleh usahamu kami terus-menerus menikmati kesejahteraan, dan oleh kebijaksanaanmu banyak sekali perbaikan yang telah terlaksana untuk bangsa kami. 3 Semuanya itu senantiasa dan di mana-mana kami sambut dengan sangat berterima kasih. 4 Akan tetapi supaya jangan terlalu banyak menghabiskan waktumu, aku minta, supaya engkau mendengarkan kami sebentar dengan kemurahan hatimu yang terkenal itu. 5 Telah nyata kepada kami, bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte orang Nasrani.
Apakah hukum yang tertulis
ini, agar tidak membantah seorang hakim atau penguasa?
Keluaran 22:28 “Janganlah engkau mengutuki Allah dan janganlah engkau menyumpahi seorang pemuka di tengah-tengah bangsamu.
Rasul Paulus mengetahui
hukum ini. Ia telah mendapatkan pengajaran mengenai Hukum Allah sebagai seorang
Farisi, oleh Gamaliel (lihat selanjutnya dalam Kisah Para Rasul 5:34).
Kisah Para Rasul 22:3 “Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini.
Paulus sebenarnya bukanlah
seorang Yahudi. Ia adalah seorang suku Benyamin (Roma 11:1). Artinya, ia adalah
seorang anggota suku Benyamin, bukan Yudea, tetapi istilah Yahudi disini mempunya pemahaman yang generik melebih batasan suku.
Musa bukanlah seorang Yahudi. Ia adalah seorang Lewi. Yesus Kristus adalah
seorang Yahudi, yang juga mempunyai pertalian darah dengan suku Lewi. Imam
Besar, sekalipun seorang Lewi dan bukan seorang Yahudi, bagaimanapun juga
adalah pemimpin baik suku Yudea maupun Benyamin, dan juga Lewi. Aturan ini
berhenti pada saat Bait Allah dihancurkan dan bangsa Israel tersebar.
Paulus, segera setelah ia
menemukan bahwa ia telah mengucapkan sesuatu yang tidak baik terhadap Ananias,
tahu apa yang telah ia lakukan. Ia telah membantah pemimpin bangsa, atau mereka
yang telah ditaruh Allah sebagai pemegang otoritas, yang sebenarnya dilarang
oleh Allah (Keluaran 22:28).
Sesudahnya Paulus akan
menulis kepada Gereja Roma dalam Roma 13:1 bagian yang pertama:
Tiap-tiap
orang harus takluk kepada pemerintahan yang di atasnya. Atau, sebagaimana
dinyatakan dalam Concordant Literal New Testament:
Roma 13:1-2 Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. 2 Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.
Mandat Allah adalah hukum
Allah yang diekspresikan dalam Keluaran 22:28. Hukum ini amat sulit untuk dapat
dipatuhi oleh manusia, karena penyalah-gunaan kekuasaan oleh para pemegang
otoritas ini, sama seperti yang dialami Paulus pada bagian ini. Jelas, semua
kita akan diuji pada masa yang akan datang, saat kita berhadapan dengan
penyalah-gunaan kekuasaan oleh pemegang otoritas, dalam titik hukum yang satu
ini.
Imamat 22:1-33 TUHAN berfirman kepada Musa: 2 “Katakanlah kepada Harun dan anak-anaknya, supaya mereka berlaku hati-hati terhadap persembahan-persembahan kudus yang dikuduskan orang Israel bagi-Ku, agar jangan mereka melanggar kekudusan nama-Ku yang kudus; Akulah TUHAN. 3 Katakanlah kepada mereka: Setiap orang di antara kamu turun-temurun, yakni dari antara segala keturunanmu yang datang mendekat kepada persembahan-persembahan kudus yang dikuduskan orang Israel bagi TUHAN, sedang ia dalam keadaan najis, maka orang itu akan dilenyapkan dari hadapan-Ku; Akulah TUHAN. 4 Seseorang dari keturunan Harun yang sakit kusta atau yang mengeluarkan lelehan, janganlah memakan persembahan-persembahan kudus, sebelum ia menjadi tahir; dan orang yang kena kepada sesuatu yang najis karena orang mati atau orang yang tertumpah maninya 5 atau orang yang kena kepada seekor binatang yang merayap yang menajiskan dia atau kepada salah seorang manusia yang menajiskan dia, dengan kenajisan apapun ia menjadi najis, 6 orang yang kena kepada yang demikian itu menjadi najis sampai matahari terbenam dan janganlah ia makan dari persembahan-persembahan kudus, sebelum ia membasuh tubuhnya dengan air. 7 Sesudah matahari terbenam, barulah ia menjadi tahir dan sesudah itu bolehlah ia makan dari persembahan-persembahan kudus itu, karena itulah yang menjadi makanannya. 8 Janganlah ia makan bangkai atau sisa mangsa binatang buas, supaya jangan ia menjadi najis karenanya; Akulah TUHAN. 9 Dan mereka harus tetap berpegang pada kewajibannya terhadap Aku, supaya dalam hal itu jangan mereka mendatangkan dosa kepada dirinya dan mati oleh karenanya, karena mereka telah melanggar kekudusan kewajiban itu; Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka. 10 Setiap orang awam janganlah memakan persembahan kudus; demikian juga pendatang yang tinggal pada imam ataupun orang upahan. 11 Tetapi apabila seseorang telah dibeli oleh imam dengan uangnya menjadi budak beliannya, maka orang itu boleh turut memakannya, demikian juga mereka yang lahir di rumahnya. 12 Apabila anak perempuan imam bersuamikan orang awam, janganlah ia makan persembahan khusus dari persembahan-persembahan kudus. 13 Tetapi apabila perempuan itu menjadi janda atau diceraikan, dan ia tidak mempunyai anak, dan telah kembali ke rumah ayahnya seperti waktu ia masih gadis, maka ia boleh makan dari makanan ayahnya; tetapi setiap orang awam janganlah memakannya. 14 Apabila seseorang dengan tidak sengaja memakan persembahan kudus, ia harus memberi gantinya kepada imam dengan menambah seperlima. 15 Janganlah pada imam melanggar kekudusan persembahan-persembahan kudus orang Israel yang telah dikhususkan bagi TUHAN, 16 karena dengan demikian mereka mendatangkan kepada orang Israel kesalahan yang harus ditebus, apabila mereka memakan persembahan-persembahan kudus mereka, sebab Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka.” 17 TUHAN berfirman kepada Musa: 18 “Berbicaralah kepada Harun serta anak-anaknya dan kepada semua orang Israel dan katakan kepada mereka: Siapapun dari umat Israel dan dari orang asing di antara orang Israel yang mempersembahkan persembahannya, baik berupa sesuatu persembahan nazar maupun berupa sesuatu persembahan sukarela, yang hendak dipersembahkan mereka kepada TUHAN sebagai korban bakaran, 19 maka supaya TUHAN berkenan akan kamu, haruslah persembahan itu tidak bercela dari lembu jantan, domba atau kambing. 20 Segala yang bercacat badannya janganlah kamu persembahkan, karena dengan itu TUHAN tidak berkenan akan kamu. 21 Juga apabila seseorang mempersembahkan kepada TUHAN korban keselamatan sebagai pembayar nazar khusus atau sebagai korban sukarela dari lembu atau kambing domba, maka korban itu haruslah yang tidak bercela, supaya TUHAN berkenan akan dia, janganlah badannya bercacat sedikitpun. 22 Binatang yang buta atau yang patah tulang, yang luka atau yang berbisul, yang berkedal atau yang berkurap, semuanya itu janganlah kamu persembahkan kepada TUHAN dan binatang yang demikian janganlah kamu taruh sebagai korban api-apian bagi TUHAN ke atas mezbah. 23 Tetapi seekor lembu atau domba yang terlalu panjang atau terlalu pendek anggotanya bolehlah kaupersembahkan sebagai korban sukarela, tetapi sebagai korban nazar TUHAN tidak akan berkenan akan binatang itu. 24 Tetapi binatang yang buah pelirnya terjepit, ditumbuk, direnggut atau dikerat, janganlah kamu persembahkan kepada TUHAN; janganlah kamu berbuat demikian di negerimu. 25 Juga dari tangan orang asing janganlah kamu persembahkan sesuatu dari semuanya itu sebagai santapan Allahmu, karena semuanya itu telah rusak dan bercacat badannya; TUHAN tidak akan berkenan akan kamu karena persembahan-persembahan itu.” 26 TUHAN berfirman kepada Musa: 27 “Apabila seekor anak lembu atau anak domba atau anak kambing dilahirkan, maka haruslah itu tinggal tujuh hari lamanya dengan induknya, tetapi sejak hari kedelapan dan seterusnya TUHAN berkenan akan binatang itu kalau dipersembahkan berupa korban api-apian bagi-Nya. 28 Seekor lembu atau kambing atau domba janganlah kamu sembelih bersama dengan anaknya pada satu hari juga. 29 Dan apabila kamu menyembelih korban syukur bagi TUHAN, kamu harus menyembelihnya sedemikian, hingga TUHAN berkenan akan kamu. 30 Pada hari itu juga korban itu harus dimakan; janganlah kamu tinggalkan apa-apa dari padanya sampai pagi; Akulah TUHAN. 31 Dengan demikian kamu harus berpegang pada perintah-Ku dan melakukannya; Akulah TUHAN. 32 Janganlah melanggar kekudusan nama-Ku yang kudus, supaya Aku dikuduskan di tengah-tengah orang Israel, sebab Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu, 33 yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, supaya Aku menjadi Allahmu; Akulah TUHAN.”
Semua persembahan adalah
kudus bagi Allah, dan persembahan kurban yang telah tercemar adalah sama dengan
menggunakan nama Allah secara sembarangan.
Ini merupakan dasar dari
komplain, dimana Allah menyatakan bahwa mezbahNya telah tercemar, karena kita
semua adalah orang berdosa dan ditebus dengan Allah menjadi persembahan yang
hidup.
Hukuman yang Adil dan Tidak Berat Sebelah
Sebuah contoh determinasi dari hukuman mati untuk penghujatan, ditemukan dalam teks berikut ini:
Imamat 24:10-16 Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki, ibunya seorang Israel sedang ayahnya seorang Mesir, di tengah-tengah perkemahan orang Israel; dan orang itu berkelahi dengan seorang Israel di perkemahan. 11 Anak perempuan Israel itu menghujat nama TUHAN dengan mengutuk, lalu dibawalah ia kepada Musa. Nama ibunya ialah Selomit binti Dibri dari suku Dan. 12 Ia dimasukkan dalam tahanan untuk menantikan keputusan sesuai dengan firman TUHAN. 13 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 14 “Bawalah orang yang mengutuk itu ke luar perkemahan dan semua orang yang mendengar haruslah meletakkan tangannya ke atas kepala orang itu, sesudahnya haruslah seluruh jemaah itu melontari dia dengan batu. 15 Engkau harus mengatakan kepada orang Israel, begini: Setiap orang yang mengutuki Allah harus menanggung kesalahannya sendiri. 16 Siapa yang menghujat nama TUHAN, pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, haruslah dihukum mati.
Yang penting di dalam teks ini adalah bahwa Yesus Kristus-lah yang berada bersama umat Israel di padang gurun. Kristus sendiri mengatakan bahwa tak seorangpun pernah melihat Allah, atau mendengar suaraNya. Karena itu Kristus yang melakukan hukuman ini melalui Musa dan dalam peristiwa itu sendiri menunjukkan bagaimana Kristus yang menyatakan bagaimana hukuman itu harus dilakukan.
Ini kemudian dijalankan oleh Musa,
sebagaimana diinstruksikan kepadanya di padang gurun, oleh entitas yang kita
kenal sebagai sang Mesias, sebagai elohim dari Israel. Karena mereka semua
mengikuti batu di padang gurun itu, dan mereka semua minum dari batu rohani itu
dan batu itu adalah Kristus (1Korintus 10:4).
Karena inilah
gereja Trinitarian pada abad pertengahan, menetapkan bahwa adalah suatu
pelanggaran untuk mengatakan bahwa Kristus adalah entitas yang berada bersama
umat Israel di padang gurun, sebagai Malaikat Yahovah, atau Utusan Agung
(Penasihat Ajaib) yang disebutkan di dalam Yesaya 9:6 (LXX). Jika Malaikat
Allah adalah Yesus Kristus, maka hukum Allah tidaklah berubah dan perintah
Allah juga tidak berubah, termasuk mengenai Sabat dan hari-hari Kudus. Dengan
demikian mereka mengambil-alih otoritas Allah dan menggunakan namaNya dengan
sembarangan. Mereka membunuh para martir dan menjadi mabuk dengan darah
orang-orang kudus.
Imamat 24:23 Demikianlah Musa menyampaikan firman itu kepada orang Israel, lalu dibawalah orang yang mengutuk itu ke luar perkemahan, dan dilontarilah dia dengan batu. Maka orang Israel melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
Pengucapan Nama Allah di dalam bahasa Ibrani
Ada beberapa kelompok
diantara berbagai gereja Allah yang mematuhi tradisi Sabat, yang menyatakan
agar nama Allah hanya diucapkan
dalam bahasa Ibrani saja. Mereka mendasarkan ini pada pengartian yang salah
atas Kisah Para Rasul 4:12.
Kisah Para Rasul 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”
Sejumlah nama yang diajukan
adalah:
Bagi Allah Maha Tinggi:
YaHVah, Yahu Wey, Yahaweway,
Yhwh.
Bagi Sang Mesias:
YaHVaHoshea, Yahushua, Yahshua, Yeshua.
Kelompok-kelompok Nama yang
paling Agung menyatakan hanya nama Allah yang Maha Tinggi sebagai Yahweh, dan
untuk Mesias mereka menggunakan Yahshua.
Pendapat ini dapat beralih
menjadi bahwa kita harus mengetahui nama Allah, dan harus dengan intonasi yang
benar, dengan pengucapan yang tepat, agar dapat diselamatkan. Pendapat ini
mengolok-olok Allah yang Maha Kuasa, dengan menimbulkan pengertian bahwa Ia
hanya dapat berkomunikasi dengan manusia dalam bahasa Ibrani. Pemikiran ini
sama sekali mengabaikan, bahwa adalah Allah sendiri yang mengacaukan
bahasa-bahasa di menara Babel.
Pemikiran ini mengabaikan Yesaya 28:11.
Yesaya 28:11 Sungguh, oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini
Pemikiran ini juga mengabaikan berbagai gelar dan peran yang diberikan dalam pendelegasian, kepada siapa yang kemudian dikenal sebagai Yesus Kristus, dari apa yang terdapat dalam Yesaya 9:6.
Yesaya 9:6 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Konsep mengenai kalimat ini
dapat dibaca dan dipahami dengan beberapa cara. LXX menterjemahkan teks Yesaya
9:6-8 menjadi:
6 Sebab
seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita;
lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Utusan
Penasihat [Malaikat Penasihat], karena Aku akan membawa damai bagi para raja
dan kesehatan bagiNya. 7 Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera
tidak akan berkesudahan, kesemuanya di atas takhta Daud dan di dalam
kerajaannya akan ditegakkan, didasarkan pada keadilan dan kebenaran dari
sekarang sampai selama-lamanya. 8 Meterai TUHAN semesta alam akan
melakukan hal ini.
Teks ini menyebutkan Utusan
Penasihat dari Allah yang Maha Kuasa.
Dengan demikian
penterjemahannya ke dalam LXX sebagai Malaikat Penasihan sebagaimana yang kita
pahami.
Istilah Bapa yang Kekal
tidak dapat dipahami dari sudut pemikiran Trinitarian ataupun Yudaisme.
Kesemuanya dituliskan hanya dari LXX saja. Teks Ibrani menyajikan suatu fungsi
dari Bapa yang Kekal dalam sang Mesias. Dipahami bahwa ada banyak tatanan Bapa
di dalam surga dan di bumi sebagaimanya dinyatakan oleh Paulus (Efesus 3:14).
Seseorang mungkin berusaha untuk membaca teks Ibrani sebagai Bapa yang Kekal
dalam pengertian gelar, tetapi dalam teks yang sebenarnya dan di dalam LXX
tidaklah demikian halnya. Soncino menterjemahkan teks ini menjadi:
Sebab seorang anak telah lahir untuk kita
Seorang putera telah diberikan untuk kita
Lambang pemerintahan ada di atas bahunya;
Dan namanya disebutkan orang
Pele-joez-el-gibbor-
Abdi-ad-sar-shalom
Dengan demikian keseluruhan
struktur yang ada dipandang sebagai sebuah nama dari kuasa yang diberikan
Allah. LXX memahami bahwa ini adalah Malaikat dalam Perjanjian Lama yang
memberikan Hukum Allah kepada Musa, manakala hukum itu dituliskan berabad-abad
sebelum kelahiran Kristus. Yudaisme modern berusaha untuk mengabaikan fakta ini
dan memang ini sebabnya mengapa LXX ditolak oleh Yudaisme rabinis paska
Kristen.
Kita tahu bahwa peran yang
berbagai rupa ini merupakan suatu pendelegasian
karena ayat 7, bagian terakhir, meterai
Tuhan Semesta Alam akan melakukan ini.
Pemikiran mengenai Nama yang
paling Agung ini mengabaikan catatan yang ada dalam Matius 1:21, 23.
Ayat 21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus
[yang berarti Juru Selamat], karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya
dari dosa mereka.”
Yesus menjadi Juru Selamat
atas dasar pendelegasian, dengan
menjalani hidup yang tanpa dosa, sehingga memberikan hidup itu sebagai suatu
pengurbanan: karena Allah sendirilah yang menjadi Juru Selamat.
Yudas 25 Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.
(baca selanjutnya dalam
makalah Tuhan Juru Selamat Kita [198]).
Matius 1:23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” --yang berarti: Allah menyertai kita.
Anak Allah ini, sang Mesias
ini, Juru Selamat berdasarkan pendelegasian
ini, ditunjuk sebagai Imam Besar menurut tatanan Melkisedek dan menjadi Imam
Besar kita pada kedatanganNya yang pertama dan akan menjadi Raja kita pada
kedatanganNya yang ke dua.
Dengan membatasi sang Mesias
hanya pada satu nama di dalam bahasa Ibrani, akan mematahkan perintah yang ke
tiga. Ini berarti “menyia-nyiakan” nama Allah. Ini merupakan tindakan membatasi
maksud Allah dan membatasi rencana Allah untuk membawa keselamatan bagi seluruh
umat manusia.
Saat Yesus Kristus diminta
oleh murid-muridnya agar mengajar mereka berdoa, Lukas 11:1-4, Ia kemudian
mengajarkan sebuah doa langsung kepada Allah Bapa. Allah harus disebut sebagai
“Bapa kami yang di Surga.”
Ia
tidak berkata bahwa mereka hanya boleh menyebut Bapa dalam bahasa Ibrani saja.
Doa Yesus Kristus sendiri
dalam Yohanes 17:1-26 kepada Allah adalah, “Bapa”. Dalam Matius 27:46 kita
melihat bahwa ketika Yesus Kristus berada di kayu salib, Ia berseru kepada Bapa
dalam bahasa Aram, yang adalah bahasa yang umum dipakai masyarakat, Eli, Eli, lama
sabachtani? yang mengutip Ayat Alkitab berbahasa Ibrani.
Ia tidak menggunakan bahasa
Ibrani untuk memanggil Bapa. Matius mencatatnya karena ia berada disitu dan
mendengarnya. Yohanes juga berada di situ. Yohanes mencatat kata berikutnya,
“Sudah selesai.”
Adalah
amat penting bagi kita untuk memahami bahwa Allah dan MesiasNya, Yesus Kristus,
memiliki banyak nama.
Allah mempunyai beberapa
nama dan nama-nama ini harus “ditinggikan”. Menyebutkan nama-nama ini dalam
bahasa Ibrani saja, tidaklah meninggikan nama-nama itu. Nama-nama ini sendiri
memiliki sejumlah konsep. Nama-nama yang diberikan oleh Bapa kepada PutraNya
merupakan sebuah Gelar Kekuasaan. Ini sebabnya mengapa Malaikat yang bertindak
bagi Allah dalam perjanjian lama selalu menyandang nama Yahovah. Allah sendiri
disebut sebagai Yahovah Agung.
Apakah yang dimaksud Yesus
Kristus, dalam khotbah di bukit, ketika Ia mengatakan kepada para murid,
“Jangan sekali-kali bersumpah”? Ia baru saja mengatakan pada mereka bahwa Ia
tidak datang untuk membatalkan Hukum Taurat. Apakah Ia mengganti sebagian dari
hukum itu di bagian ini?
Matius 5:34-37 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, 35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; 36 janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. 37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Penyusunan kalimat dalam KJV
ini, “Jangan sekali-kali bersumpah” bukanlah terjemahan yang baik dari teks
aslinya dalam bahasa Yunani.
The Concordant Literal New
Testament menyajikan apa yang dimaksud oleh Yesus Kristus dengna lebih baik.
Konkordansi, Matius 5:33-37
Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu (bersaksi di bawah sumpah), melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Ada dua bagian dari ayat
ini. Bagian pertama mengkonfirmasikan hukum mengenai sumpah. Bagian yang ke dua
memberikan larangan untuk mengucapkan sumpah dengan sembarangan, atau dengan
tanpa kesungguhan. Kita semua pernah mendengar orang mengatakan, ‘sebenarnya’,
apakah ini berarti bahwa sebelumnya ia tidak pernah mengatakan yang sebenarnya?
Atau mereka berusaha untuk memberikan penekanan dengan mengatakan “biar ibuku
buta kalau yang aku katakan ini tidak benar”.
Masyarakat pada jaman
Kristus menggunakan bumi, seperti Yerusalem misalnya, atau kepalanya, untuk
berusaha menambahkan penekanan pada kata-katanya, dengan cara yang hampir sama
dengan orang di masa sekarang menggunakan kata-kata makian/kutukan untuk
menambahkan penekanan pada kata-kata mereka. Kristus memberi kita instruksi
untuk cukup mengucapkan YA, YA atau TIDAK, TIDAK.
Beberapa orang pemimpin kita
di masa yang lalu telah menginstruksikan pada kita agar tidak mengucapkan
sumpah di pengadilan didasarkan pada kata, “jangan sekali-kali bersumpah”. Ini
merupakan interpretasi yang keliru dari kata ini. Rasul Paulus bersumpah di
pengadilan, dan itu merupakan hal yang layak.
Ruth menggunakan nama Allah
dalam sebuah pernyataan ketika ia mengikatkan dirinya pada Naomi.
Ruth 1:16-17 Tetapi kata Rut: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; 17 di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!”
Ruth menggunakan nama Allah
dengan cara yang selayaknya dalam contoh ini. Kita harus menggunakan contoh ini
dan melakukannya dengan cara yang sama.
Perintah yang ke tiga
difokuskan pada apa yang kita katakan. Perkataan kita mempertunjukkan pemikiran
kita; pemikiran kita menuntun langkah kita. Sebuah prinsip diberikan oleh
Kristus dalam Lukas 6:43-45.
Lukas 6:43-45 “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. 44 Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. 45 Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.”
Rasul Paulus membukakan
pengertian mengenai hatiyang jahat pada saudara-saudara di Roma. Ia menunjukkan
bahwa secara alamiah manusia telah memilih untuk memisahkan diri dari Allah.
Roma 3:10-18 10 seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. 11 Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. 12 Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. 13 Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. 14 Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, 15 kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. 16 Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, 17 dan jalan damai tidak mereka kenal; 18 rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu.”
Ayat-ayat ini menunjukkan
pada kita mengenai mereka yang tidak menghargai Hukum Allah.
Yakobus, saudara Kristus
sendiri, Pastor atau uskup Gereja di Yerusalem, juru bicara bagi konperensi
gereja dalam Kisah Para Rasul 15, juga berkata
banyak mengenai penggunaan lidah.
Yakobus 1:26 Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
Yakobus 2:5-7 Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikanNya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia? 6 Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan? 7 Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang olehNya kamu menjadi milik Allah?
Yakobus 3:5-9 Demikian juga lidah, walaupun
suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang
besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. 6
Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di
antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh
tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api
neraka. 7 Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta
binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan
telah dijinakkan oleh sifat manusia, 8 tetapi tidak seorangpun yang
berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai,
dan penuh racun yang mematikan. 9 Dengan lidah kita memuji Tuhan,
Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa
Allah
Yakobus 4:11-12 Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya. 12 Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?
1Petrus 3:10 “Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.
Kita perhatikan juga dalam Titus 2:7-8:
7 dan jadikanlah
dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan
bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, 8 sehat dan tidak bercela
dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk
yang dapat mereka sebarkan tentang kita.
Kita melihat dari ayat-ayat
Alkitab ini bahwa Allah ingin hamba-hambaNya yang sejati untuk memiliki lidah
yang bersih. Kita dihakimi dari apa yang kita ucapkan. Jauh dari dalam
kepenuhan hati, mulut mengeluarkan perkataan.
Doa pada Allah dengan cara
yang layak merupakan sesuatu yang dikenal dari masa yang paling dini. Tetapi
doa juga digunakan untuk usaha memanipulasi Allah. Manipulasi ini merupakan
usaha yang sia-sia. Upaya ini melanggar perintah yang ke tiga. “Puasa” telah
diterapkan para pemimpin Gereja, ketika suatu usaha masuk ke dalam kesulitan
finansial. Doa telah telah dinaikan bagi pemimpin Gereja yang memimpin para
jemaat ke dalam penyimpangan.
Yesaya 1:15 Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.
Allah menggunakan nubuat dan
para nabi untuk memperingatkan umat mengenai suatu peristiwa yang akan datang,
untuk memerintahkan pertobatan pada mereka yang tidak patuh dan untuk menunjukkan
apa yang akan terjadi pada Israel bila mereka melanggar hukumNya.
“Nubuat palsu” selalu
menjadi suatu wabah bagi umat Allah. Kejadian yang menyangkut Raja Balak di
Moab yang meminta Bileam untuk mengucapkan kutuk pada Israel dalam Bilangan 22,
menunjukkan bagaimana Allah memandang nabi palsu. Allah harus bicara melalui
seekor keledai untuk mendapatkan perhatian Bileam. Mengucapkan nubuatan palsu
dalam nama Allah merupakan suatu “kesia-siaan” atau kehampaan. Menimbulkan
pemikiran yang keliru dan salah mengartikan Firman Allah, telah menjadi suatu
wabah yang luar biasa di dalam Gereja Allah di abad ke duapuluh.
Aliran utama dari apa yang
disebut dunia Ortodoks dipenuhi dengan doktrin palsu buatan manusia, yang
merupakan pelanggaran terhadap perintah yang ke tiga dan melanggar Hukum Allah.
Doa yang disebut Salam Maria yang
menjadi perantara dengan Kristus, juga merupakan kesia-siaan, permintaan yang
hampa. Penggunaan rosario dan “rantai doa” juga merupakan pengulangan yang tak
ada gunanya, yang dilarang oleh Alkitab.
Matius 6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
Upaya untuk mengumpulkan
ribuan orang dalam sebuah stadion atau lapangan dan menyampaikan khotbah pada
mereka untuk menerima kristus palsu juga merupakan kesia-siaan, menggunakan
nama Allah dengan sembarangan.
Lagu-lagu yang lebih modern
dalam kebaktian gereja di masa sekarang, terutama yang memuat kata-kata seperti
“sama sepertiKu”, merupakan pelanggaran terhadap perintah yang ke tiga.
Lagu-lagu ini menunjukkan ketidak-pahaman terhadap perlunya pertobatan dan
merupakan pemenuhan dari “raungan” Amos, yang dinubuatkan akan memenuhi
tempat-tempat penyembahan kita.
Khotbah di pagi hari Minggu
“mengenai Yesus” juga merupakan penggunaan nama Allah dengan sembarangan. Yesus
Kristus Perjanjian Baru yang sejati
menyatakan dalam Matius 15:9 and in Markus 7:7:
Percuma mereka beribadah (Greek-adore-menyembah) kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
Keseluruhan sistem dari apa
yang disebut musik Rohani (Gospel Music) dengan pesannya “serahkan hatimu pada
Allah”; ajaran yang menyimpang mengenai masuk ke surga; atau, anda akan terbakar
di neraka selamanya; tidaklah didasarkan pada bagian manapun dari Alkitab yang
berasal dari Allah yang Hidup. Hal ini tidak ditemukan di dalam Alkitab.
Kesemuanya hanya pemikiran manusia semata-mata. Kesemuanya tidaklah Alkitabiah.
Pemikiran tersebut hampa, sia-sia. Ajaran ini tidak mempunyai arah kecuali
untuk menimbulkan rasa takut terhadap agama dan menyembunyikan keseluruhan
maksud dan rencana Allah yang Tunggal. Rencana itu adalah untuk membawa semua
umat manusia ke dalam persekutuan denganNya, melalui pertobatan dan kepatuhan
(lihat selanjutnya dalam Kisah Para Rasul 2:38 and Matius 7:21).
Beberapa orang ada yang
menyatakan bahwa struktur hukum di dalam sepuluh perintah Allah mengandung
negativisme di dalam susunan kalimat dan instruksinya: “Jangan.” Frasa ini
digunakan sepuluh kali dalam Keluaran 20, dan sepuluh kali ketika perintah ini
diberikan dalam Ulangan 5.
Tetapi kesepuluh isi hukum
ini merupakan hukum yang positif dalam penerapannya. Kesepuluh perintah Allah
haruslah dipatuhi dan perintah ini mempunyai efek pengaturan terhadap
masyarakat secara umum dan pada setiap individu khususnya. Hukum Allah, bila
dipatuhi dan diterapkan, membawa “roh” manusia ke dalam penyerahan pada jalan
Allah. Ini menyebabkan manusia untuk mengembangkan suatu kepatuhan dari dalam
diri sendiri. Ini mengajarkan manusia suatu cara “pemerintahan.” Selama manusia
tidak dapat belajar untuk memerintah hatinya, kekacauan akan terus terjadi.
Hati manusia harus dialihkan
dan diubahkan; karena jika tidak tindakan manusia adalah tindakan yang bodoh.
Mazmur 14:1, 53:1, (bagian pertama) 1 Orang bebal berkata dalam hatinya: “Tidak ada Allah.”
Amsal 14:7 Jauhilah orang bebal, karena pengetahuan tidak kaudapati dari bibirnya.
Amsal 17:12 Lebih baik berjumpa dengan beruang betina yang kehilangan anak, dari pada dengan orang bebal dengan kebodohannya.
Amsal 18:6 Bibir orang bebal menimbulkan perbantahan, dan mulutnya berseru meminta pukulan.
Amsal 13:20 20 Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.
Hukum Allah
dipenuhi dengan hikmat. Hukum Allah, saat dipatuhi, memberikan pengertian.
Hukum Allah, saat diterapkan, adalah sesuatu yang positif. Hukum Allah
memberikan hasil yang positif.
Hukum Allah merupakan cara pemecahan terhadap ketidak-mampuan manusia untuk memerintah. Perintah yang ke tiga merupakan bagian yang besar dalam sebuah pemerintahan. Allah, di dalam hikmatNya, mewahyukan hukumNya. Umat manusia harus belajar untuk takut pada Allah dan takut keingkaran kepada hukumNya.
(lihat juga selanjutnya dalam Keluaran 20:10, Ulangan 5:14; Amsal 1:32; 14:7; 17:12; 10:23; 18:6; 29:11; 13:20; 26:6).
Sumpah
dan Revolusi
Keluaran 21:17 menunjukkan hukuman jika mengutuk orangtua. Persyaratan dalam mengeluarkan kutukan terhadap ketidak-patuhan dalam suatu bangsa digelar di dalam teks dari Hukum Allah. Tak ada kutukan dan tak ada tuduhan yang dapat diajukan di luar dari cakupan Hukum Allah. Semua tindakan yang semacam itu merupakan pelanggaran terhadap perintah yang ke tiga, selain juga terhadap perintah yang lain yang mencakup hal tersebut.
Sumpah
dan Penyembahan
Allah sendiri telah mengucapkan sebuah sumpah dan sumpah itu akan tetap berlaku. Yesaya 45:23 merupakan sebuah nubuatan.
Yesaya 45:23 Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa,
Allah menyatakan disini
bahwa sejarah manusia akan mengalami kulminasi dalam penyembahan padaNya, dan
sumpah Allah akan menjadi fondasi dari setiap masyarakat dan suku bangsa.
Mikha 6:8 “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
Ulangan 5:11 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Yakobus 5:12 Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.
Firman Allah dan nama Allah tidak akan kembali sia-sia. Keduanya tidak boleh digunakan secara sembarangan (lihat selanjutnya dalam Roma 14:11).
Dalam tiap generasi, Allah telah memberikan perlindungan kepada mereka yang tidak menerima dan tidak tunduk terhadap sistem yang menyimpang ini dan tetap setia padaNya (1 Raja-raja 19:18).
1Kings 19:18 Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.”
Allah telah memilih Yesus Kristus sebagai yang diurapiNya, dan semua akan bertelut padaNya di dalam nama Allah.
Filipi 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
Apa yang dapat dikenal manusia mengenai Allah dakan dimanifestasikan di dalam diri umat pilihanNya, yang bertindak atas namaNya (Roma 1:19-20). Di dalam kerajaan Allah yang akan datang manusia tidak akan menyebut nama Allah secara sembarangan, sebagaimana yang telah mereka lakukan di masa lalu (Kejadian 4:26). Ia yang telah ditunjuk sebagai Imam Besar menurut tatanan Melkisedek, akan dinyatakan sebagai Raja segala raja, dan akan memerintah atas nama satu Allah yang sejati yang telah mengutusNya (Yohanes 17:3) dan tak akan ada lagi lidah yang akan menyebut nama Allah dengan sembarangan.
q